Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Biji Durian Pada Ransum Ayam Kampung di Kota Medan

(1)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN

PADA RANSUM AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

WINA ANGRAINI SEMBIRING 100306054

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(2)

ANALISIS USAHA PEMANFAATAN TEPUNG BIJI DURIAN

PADA RANSUM AYAM KAMPUNG DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

WINA ANGRAINI SEMBIRING 100306054/PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(3)

Judul : Analisis Usaha Pemanfaatan Tepung Biji Durian Pada Ransum Ayam Kampung Di Kota Medan

Nama : Wina Angraini Sembiring

NIM : 100306054

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ir. Armyn Hakim Daulay, M.BA Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr.Ir.Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan


(4)

ABSTRAK

WINA A SEMBIRING, 2015,“Analisis Usaha Ayam Kampung Yang Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan”. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan efisiensi nilai ekonomis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung dengan pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga pakan yang digunakan dalam penelitian.Perlakuan tepung biji durian terdiri dari level 0% (P0), 10(P1), 20% (P2), 30%(P3). Parameter yang diamati yaitu total biaya produksi, total hasil produksi, analisis laba/rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Income Over Feed Cost (IOFC) untuk periode 3 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan analisis laba/rugi (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (279.468,89) dan laba/rugi terendah pada perlakuan P0 (234.395,64), rataan R/C ratio tertinggi pada perlakuan P3 (1,44) dan terendah pada perlakuan P0 (1,34), rataan IOFC (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (11,70) dan terendah pada perlakuan P1 (9,94). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung biji durian sebagai campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 30% dapat memberikan keuntungan.


(5)

ABSTRACT

WINA A SEMBIRING, 2015, "The Native Chicken Business Analysis Using Seed Flour Durian On Rations In Medan". Guided by ARMYN HAKIM DAULAYand EDHY MIRWANDHONO.

This study aims to determine the feasibility and efficiency of the economic value of the business of raising livestock chicken with durian seed flour utilization in feed at various levels in chicken age 0-12 minggu.Penelitian was conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May 2015 until July this 2015.Penelitian using a survey method to determine the price of feed used in penelitian.Perlakuan durian seed flour consists of level 0% (P0), 10 (P1), 20% (P2), 30% (P3). Parameters observed that the total cost of production, total production, analysis of profit / loss, Revenue / Cost ratio (R / C ratio) and Income Over Feed Cost (IOFC) for a period of 3 months.

The results showed that the average analysis of profit / loss (USD / head / week), the highest in treatment P3 (279.468,89) and the profit / loss of the lowest in treatment P0 (234.395,64), the average R / C ratio was the highest in treatment P3 (1,44) and the lowest in treatment P0 (1,34), the average IOFC (USD / head / week), the highest in treatment P3 (11,70) and the lowest in treatment P1 (9,94). The conclusion from this study indicate that the durian seed flour as a mixture of feed ingredients in the ration to the level of 30% can provide advantages.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Juni 1993 dari ayah Drs.P. Sembiring dan ibu R. Br. Munte, penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudaraTahun 2011 tamat dari SMA Negeri 3 PematangSiantar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).Penulis memilih Program Studi Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET).Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP).

Penulis juga telah melakukan praktek kerja lapangan (PKL) pada bulan Juli 2014 sampai Agustus 2014 di BPTU – HPT Siborong-borong Instalasi Bahal Batu di Siborong – borong Kabupaten Tapanuli Utara.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik yang berjudul “Analisis Usaha Peternakan Ayam Kampung Yang

Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Ir. Armyn Hakim Daulay, M.BA, selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semua pihak yang ikut membantu.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat membantu memberikan informasi dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan khususnya peternakan ayam kampung.


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Usaha Ternak Ayam Kampung ... 4

Total Biaya Produksi ... 6

Biaya bibit ... 8

Biaya pakan ... 8

Biaya obat-obatan ... 8

Biaya sewa kandang dan peralatan kandang ... 9

Biaya tenaga kerja... 9

Total Hasil Produksi ... 10

Hasil penjualan ayam kampung ... 11

Hasil penjualan kotoran ayam kampung ... 11

Analisis Laba-Rugi (Keuntungan-Kerugian) ... 11

Analisis R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) ... 12

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 13

Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung ... 13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat Penelitian ... 14

Bahan ... 14

Alat ... 14

Metode Penelitan ... 14

Data Usaha Peternakan ... 15

Metode Pengumpulan Data ... 15


(9)

Metode Pengambilan Data ... 17

Parameter Penelitian ... 17

Total biaya produksi ... 17

Total hasil produksi ... 17

Analisis laba rugi (keuntungan-kerugian) ... 17

Analisis R/C ratio (revenue cost ratio) ... 18

Analisis IOFC (income over feed cost) ... 18

Pelaksanaan Penelitian ... 19

Prosedur Kerja ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Total Biaya Produksi ... 25

Total Hasil Produksi ... 27

Analisis Laba/Rugi ... 30

Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) ... 33

Income Over Feed Cost (IOFC) ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian (Rp/bulan) ... 22 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan

(Rp/bulan) ... 23 3. Rekapitulasi data survey penelitian jika diasumsikan menggunakan


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Prosedur Kerja Pembuatan Tepung Biji Durian... 20 2. Total biaya produksi peternakan rakyat yang diasumsikan

menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan) ... 27 3. Total biaya produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan

tepung biji durian 30%(Rp/Ekor/bulan) ... 28 4. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan

tepung biji durian30% (Rp/bulan) ... 30 5. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan

tepung biji durian 30% (Rp/ekor/bulan) ... 30 6. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung

biji durian (Rp//bulan) ... 33 7. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung

biji durian (Rp/ekor/bulan) ... 34 8. R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji

durian (Rp//bulan) ... 36 9. Laba/Rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung

biji durian (Rp/ekor//bulan) ... 36 10.IOFC pada peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung

biji durian (Rp//bulan) ... 38 11.IOFC peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30% tepung biji


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Formula ransum ayam penelitian ... 42

2. Harga ransum tiap perlakuan ... 43

3. Harga bibit DOC (Rp/4 ekor) ... 44

4. Biaya obat-obatan selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 44

5. Biaya peralatan kandang selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 44

6. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 45

7. Biaya transportasi selama penelitian (Rp/4 ekor) ... 45

8. Biaya tenaga Kerja (Rp/4 ekor) ... 45

9. Data rataan konsumsi ransum (gr/4ekor) ... 45

10. Biaya konsumsi ransum selama penelitian (gr/4ekor) ... 46

11. Data rataan konsumsi ransum Per Minggu selama Penelitian (gr/4ekor) .... 47

12. Total BiayaProduksi selama penelitian (gr/ 4 ekor)... 48

13. Rataan PBB ayam kampung selama penelitian... 49

14. Hasil penjualan ayam kampung selama penelitian (kg/4ekor) ... 50

15. Hasil penjualan feses selama penelitian (Rp/ekor) ... 50

16. Total hasil produksi selama penelitian (Rp/ekor) ... 50

17. Laba-rugi ... 50

18. R/C Ratio ... 51

19. IOFC ... 51

20. Biaya bibit di peternakan masyarakat(Rp/ekor)... 51


(13)

22. Biaya Penyusutan kandang dan peralatan kandang di petenakan masyarakat (Rp/ekor) ... 53 23. Biaya obat-obatan dan transportasi di peternakan masyarakat (Rp/ekor).... 54 24. Total biaya produksi peternakan masyarakat (Rp/ekor) ... 55 25. Konsumsi Pakan dan biaya pakan bila diasumsikan menggunakan 30 %

tepung biji durian (Rp/ekor) ... 56 26. Kandang yang biasa digunakan di paternakan masyarakat Kota Medan ... 57


(14)

ABSTRAK

WINA A SEMBIRING, 2015,“Analisis Usaha Ayam Kampung Yang Menggunakan Tepung Biji Durian Pada Ransum Di Kota Medan”. Dibimbing oleh ARMYN HAKIM DAULAY dan R. EDHY MIRWANDHONO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dan efisiensi nilai ekonomis usaha pemeliharaan ternak ayam kampung dengan pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu.Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei 2015 sampai Juli 2015.Penelitian ini menggunakan metode survey untuk menentukan harga pakan yang digunakan dalam penelitian.Perlakuan tepung biji durian terdiri dari level 0% (P0), 10(P1), 20% (P2), 30%(P3). Parameter yang diamati yaitu total biaya produksi, total hasil produksi, analisis laba/rugi, Revenue/Cost ratio (R/C ratio) dan Income Over Feed Cost (IOFC) untuk periode 3 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan analisis laba/rugi (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (279.468,89) dan laba/rugi terendah pada perlakuan P0 (234.395,64), rataan R/C ratio tertinggi pada perlakuan P3 (1,44) dan terendah pada perlakuan P0 (1,34), rataan IOFC (Rp/ekor/minggu) tertinggi pada perlakuan P3 (11,70) dan terendah pada perlakuan P1 (9,94). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa tepung biji durian sebagai campuran bahan pakan dalam ransum sampai level 30% dapat memberikan keuntungan.


(15)

ABSTRACT

WINA A SEMBIRING, 2015, "The Native Chicken Business Analysis Using Seed Flour Durian On Rations In Medan". Guided by ARMYN HAKIM DAULAYand EDHY MIRWANDHONO.

This study aims to determine the feasibility and efficiency of the economic value of the business of raising livestock chicken with durian seed flour utilization in feed at various levels in chicken age 0-12 minggu.Penelitian was conducted at the Laboratory of Animal Biology of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May 2015 until July this 2015.Penelitian using a survey method to determine the price of feed used in penelitian.Perlakuan durian seed flour consists of level 0% (P0), 10 (P1), 20% (P2), 30% (P3). Parameters observed that the total cost of production, total production, analysis of profit / loss, Revenue / Cost ratio (R / C ratio) and Income Over Feed Cost (IOFC) for a period of 3 months.

The results showed that the average analysis of profit / loss (USD / head / week), the highest in treatment P3 (279.468,89) and the profit / loss of the lowest in treatment P0 (234.395,64), the average R / C ratio was the highest in treatment P3 (1,44) and the lowest in treatment P0 (1,34), the average IOFC (USD / head / week), the highest in treatment P3 (11,70) and the lowest in treatment P1 (9,94). The conclusion from this study indicate that the durian seed flour as a mixture of feed ingredients in the ration to the level of 30% can provide advantages.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam kampung yang memiliki kelebihan seperti daya tahan tubuhnya tinggi dan cepat beradaptasi terhadap lingkungan. Ditinjau dari segi permodalan, memelihara ayam kampung relatif lebih murah dan tidak serumit pengelolaan ternak ayam ras. Harga daging ayam kampung dipasaran tidak tergantung pada jenisnya. Melainkan pada berat badannya. Hal ini dapat mendorong banyak peternak melakukan usaha peternakan ayam kampung. Untuk meningkatkan produksi daging yang tinggi sangat diperlukan pemberian ransum yang baik juga, salah satunya yaitu tepung biji durian.

Kesulitan dalam memenuhi permintaan akan produk dari ayam kampung disebabkan oleh produktivitas dari ayam kampung yang masih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Rendahnya produktivitas dari ayam kampung ini disebabkan karena kebanyakan dari petani dalam mengusahakan ayam kampung masih secara tradisional. Sifat genetik ayam kampung merupakan tipe ayam yang kecil dengan pertumbuhan yang lambat dan daya alih (konversi) makanan menjadi produk protein esensial yang juga rendah. Semua kekurangan tersebut tentu perlu diatasi agar diperoleh hasil yang memuaskan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas pakan yang diberikan kepada ayam kampung.

Produksi durian di Indonesia cukup melimpah. Data Biro Pusat Statistik (2004) menunjukkan bahwa produksi durian meningkat setiap tahun. Seiring dengan meningkatnya luas daerah panen durian yaitu dari 24.031 ha pada tahun 1999 menjadi 53.770 ha pada tahun 2003, maka terjadi peningkatan produksi


(17)

durian di Indonesia sebesar 194.359 ton pada tahun 2002. Pada tahun 2010 produksi durian sebanyak 491.179 ton. Pada tahun 2013 produksi durian sebesar 759,054 ton. Untuk daerah sumatera utara jumlah produksi durian pada tahun 2015 sebesar 202.580 ton. Durian tersebut berasal dari berbagai daerah yaitu dairi, sidikalang, tanah jawa, tiga lingga, sibolga. Untuk 3 buah durian berukuran besar memiliki rataan berat sebesar 3,5 kg. Terdiri dari kulit durian 2 kg, biji duriannya 1 kg, dan dagingnya sebesar 500 gr. Untuk 3 buah durian berukuran sedang memiliki rataan berat sebesar 2 kg. Terdiri dari kulit durian 1 kg, biji durian sebesar 700 gr dan daging duriannya sebesar 300 gr. Untuk 3 buah durian berukuran kecil memiliki berat sebesar 1 kg. Terdiri dari kulit durian sebesar 500 gr, biji durian sebesar 300 gr dan daging durian sebesar 200 gr. Untuk durian berukuran besar yang memiliki biji durian dengan rataan berat sebesar 1 kg dapat menghasilkan 500 gr tepung biji durian. Hal ini terjadi karena adanya penyusutan berat disebabkan oleh proses penjemuran, mencoper dan menggrinder sehingga menyebabkan penyusutan hingga 50 %. Dari data tersebut kita ketahui bahwa produksi durian terus meningkat, hal tersebut sangat memberikan potensi untuk memanfaatkan limbah durian untuk diolah menjadi pakan ternak. Data biro pusat statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi ayam kampung di sumatera utara pada tahun 2014 mencapai 19.539 ekor. Beternak ayam kampung dapat menjadi salah satu peluang yang berpotensial untuk dijadikan salah satu usaha karena permintaan ayam kampung tiap tahun semakin meningkat.

Analisa usaha dalam suatu peternakan ayam kampung merupakan hal yang penting bagi suatu peternakan untuk mengetahui prospek kedepannya, Untuk mengetahui peternakan tersebut menguntungkan, layak atau tidak untuk


(18)

3

dijalankan. Dengan analisis usaha dapat memberikan informasi tentang modal yang diperlukan biaya untuk bibit, ransum, kandang, peralatan kandang, dan lamanya modal kembali dengan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pemanfaatan tepung biji durian sebagi salah satu bahan penyusun ransum ternak unggas dapat dilakukan disebabkan limbah tersebut mempunyai kandungan zat – zat makanan yang cukup tinggi terutama kandungan karbohidratnya. Kandungan karbohidrat limbah yang tinggi merupakan potensi yang perlu dimanfaatkan. Disamping itu biji durian juga mengandung protein dan lemak. Biji durian mengandung 51,1 % air, 46,2 % karbohidrat, 2,5 % protein dan 0,2 %. Kadar karbohidrat biji durian lebih tinggi dibandingkan singkong (karbohidrat 34,7 %), ataupun ubi jalar (karbohidrat 27,9 %). Kandungan karbohidrat yang tinggi ini memungkinkan dimanfaatkannya biji durian sebagai bahan pakan ternak.

Rumusan Masalah

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ayam kampung yaitu biaya produksi. Biaya produksi diantaranya terdapat harga pakan, harga bibit, biaya obat – obatan, sewa kandang dan biaya peralatan kandang, dan biaya transportasi. Namun yang paling membutuhkan biaya besar yaitu biaya pakan. Salah satu upaya alternatif untuk mengurangi biaya produksi ransum dalam pemeliharaan yaitu dengan memanfaatkan tepung biji durian.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kelayakan pemanfaatan pemberian biji durian yang dalam pakan dengan berbagai level pada ayam kampung umur 0 – 12 minggu dan


(19)

mengetahui efisiensi nilai ekonomis dan IOFC usaha pemeliharaan ternak ayam kampung.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti atau masyarakat peternak ayam kampung dalam pengembangan usaha peternakan mengenai pemanfaatan tepung biji durian dalam pakan dengan berbagai level terhadap ayam kampung umur 0 – 12 minggudalam ransum ayam kampung ditinjau dari sudut analisis usaha


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Usaha Ayam Kampung

Analisa usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha tersebut menguntungkan atau merugikan. Analisa usaha memberikan gambaran kepada peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha diperlukan beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah sesuai dengan perkembangan waktu (Supriyadi, 2009).

Untuk meningkatkan populasi, produksi, produktivitas, dan efisiensi usaha dalam ayam kampung, sistem pemeliharaannya harus ditingkatkan dari tradisional ke arah yang lebih intensif dengan menerapkan teknologi. Budidaya ayam kampung secara lebih intensif diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat, karena dengan penerapan teknologi akan meningkatkan produktivitas ayam kampung dan pendapatan petani. Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 948/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselenggarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan. Modal dalam usahatani yang didalamnya termasuk usaha peternakan ayam petelur dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi (Soekartawi, 2002).


(21)

Untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam kampung pedaging maka diperlukan analisis biaya dan penerimaan pada akhir masa produksi. Dengan demikian akan diketahui modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, ransum, kandang, dan lamanya modal kembali dan keuntungan yang diperoleh (Cahyono, 1998).

Keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi (Suprijatna, 2005).

Pakan merupakan faktor yang cukup menentukan dalam suatu usaha peternakan ayam. Hal ini bisa dilihat dari besarnya komponen biaya yang harus dikeluarkan untuk sektor ini, yaitu 60 - 70% dari total biaya produksi. Oleh karena itu, penggunaan makanan haruslah dilakukan seefisien mungkin, tanpa mengabaikan kebutuhan ayam. Salah satunya adalah melalui pemberian makanan dalam imbalan yang tepat.

Kondisi yang akan terkait dengan masalah utama dalam pengembangan ayam kampung adalah rendahnya produktivitas. Salah satu faktor penyebabnya adalah sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, jumlah pakan yang diberikan belum mencukupi dan pemberian pakan yang belum mengacu kepada kaidah ilmu nutrisi terutama sekali pemberian pakan yang belum memperhitungkan kebutuhan zat-zat makanan untuk berbagai tingkat produksi (Gunawan, 2002).


(22)

7

Ayam kampung memiliki arti penting bagi pembangunan peternakan di Indonesia. Ayam kampung merupakan bahan pangan sumber protein hewani guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai ternak yang dapat dijadikan usaha sambilan bagi mayarakat, terutama yang tinggal di pedesaan (Suprijatna, 2005).

Karena harganya yang mahal maka ayam kampung dan telurnya dikonsumsi secara terbatas oleh beberapa kalangan. Di zaman modern, orang lebih banyak mengkomsumsi daging ayam potong dan telur ayam petelur .Karena kondisi seperti itu maka kita sangat layak untuk mengembangbiakkan ayam kampung secara lebih baik dan intensif. Hal ini layak untuk dilakukan karena daging ayam kampung jauh lebih enak, gurih, lezat dan lebih dibandingkan ayam jenis lainnya khususnya ayam potong (Suhaeni, 2007).

Populasi ayam kampung dan selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2001 – 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun tahun 2005 – 2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (Aman, 2011).

Total Biaya Produksi

Adanya perencanaan biaya produksi maka anggaran biaya produksi diketahui. Pengontrolan terhadap perkembangan usaha untuk mencapai peningkatan produktivitas dapat dilakukan. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka perlu dilakukan suatu sistem pelaporan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan pengambilan keputusan. Laporan tersebut dapat digunakan sebagai pembanding antara rencana


(23)

pembiayaan dan pelaksanaan. Produksi biaya terbagi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Biaya produksi menurut Harih (2010), adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut.

Biaya produksi dibagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau sedangkan biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume produksi (Kasmir,2008).

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi karena biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harga. Maka dapat dikatakan bahwa biaya produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Nuraini, 2003).

Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang - barang produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang digunakan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa tanah dan bunga modal. Biaya tidak tetap antara lain biaya pembelian pakan,

biaya pembelian obat-obatan dan biaya pembayaran listrik dan telepon (Budiono, 1990).


(24)

9

Biaya Bibit

Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Harga

biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah bibit dengan harga per ekor DOC. Harga bibit ayam kampung (DOC) mencapai Rp.7.000. Pemilihan bibit ayam yang dipelihara sangat penting untuk diperhatikan, karena menentukan keberhasilan dalam beternak. DOC (Day old chick) yang baik mempunyai sifat yang lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya penyakit - penyakit tertentu (Sentral-ternak, 2013).

Biaya Pakan

Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan perkilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan peternak. Biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian pakan ayam kampung yang berjumlah 100 ekor ialah sebesar Rp. 21791,25, dimana biaya ini terdiri dari pakan komersial dan pakan olahan.

Harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan pakan (Luthfan et al., 2011).

Biaya Obat-obatan

Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit. Pengobatan pada ternak diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan semakin luas, baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut


(25)

Luthfan et al., (2011) biaya yang dikeluarkan untuk membeli vitamin dan vaksin untuk ayam kampung sebesar Rp. 83.200/bulan.

Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang

Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang berfungsiuntuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan ternak stres. Biaya peralatan kandang adalah biaya yangdigunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak. Biaya perlengkapan kandang sebesar Rp. 328.120,00- untuk 100 ekor ayam kampung meliputi kandang, tempat minum dan tempat pakan. Menurut Santoso (2009) Peralatan kandang lainnya antara lain meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, alas kandang, pemanas ruangan, tirai kandang.

Biaya Tenaga Kerja

Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan

tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT 2015 (Upah Minimum Regional Provinsi Sumatera Utara) saat ini sebesar Rp. 1.851.000/bulan. Menurut Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan

Pengolahan Hasil Peternakan (1985) bahwa 1 orang tenaga kerja dapat memelihara 1088 ekor ayam, sehingga biaya tenaga kerja pemeliharaan 1 ekor ayam/bulan adalah sebesar Rp. 1.851.000/1088 ekor ayam = Rp. 1.701.-/ekor/bulan. Menurut Rasyaf (1992) jumlah tenaga kerja yang


(26)

11

sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

Total Hasil Produksi(Pendapatan)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume penjualan produk dan harga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang akan didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan pemeliharaan ayam kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang besar, peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil mungkin. Kemudian untuk harga jual produk merupakan nilai yangberupa uang untuk menghargai setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak ayam pedaging yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan sejumlah uang setiap kilogramnya (Jatmiko,2006).

Setelah perencanaan produksi pembiayaan disusun maka selanjutnya perlu diakukan perencanaan hasil usaha.Perencanaan hasil usaha dihitung berdasarkan hasil penjualan produk, biaya pemasaran dan biaya produksi (Suprijatna, 2005).

Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak, baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan urin) (Rasyaf, 1995).


(27)

Hasil Penjualan Ayam Kampung

Menurut Kotler (1994) harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar menawar, penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar-menawar mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui.

Harga jual ayam kampung lebih mahal dari pada harga daging ayam ras.Harga ayam kampung pedaging bisa mencapai Rp. 40.000-Rp. 45.000/kg di pasar. Sementara itu, harga jual ayam ras pedaging hanya berkisar belasan ribu saja (Sentral-ternak, 2013).

Hasil Penjualan Kotoran Ayam Kampung

Penjualan kotoran ayam kampung diperoleh dari harga jual kotoran ayam kampung per kilogramnya. Harga pupuk yang berasal dari kotoran ayam di pasaran mencapai Rp. 450/kg, dalam keadaan basah harga kotoran ayam adalah Rp. 300/kg (Sentral-ternak, 2013).

Analisa Ratio Keuangan

Analisis Laba Rugi

Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan (Hansen dan Mowen, 2005)


(28)

13

Keuntungan (laba) suatu usaha secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

K = TR – TC Dimana :

K = keuntungan

Total Revenue = total penerimaan kembali Total Cost = total pengeluaran

Total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi. Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periodeke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama (Kasmir, 2008).

Analisis R/C Ratio (revenue cost ratio)

Menurut Kadariah (1997), Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila :

R/C Ratio > : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas R/C ratio < 1 : Tidak Efisien

MenurutCahyono (2002), pendapatan dan keuntungan usahatani yang besar tidak selalu mencerminkan tingkat efisiensi usaha yang tinggi. Guna mengetahui efisiensi usahatani dapat digunakan analisis R/C ratio. R/C ratio


(29)

merupakan singkatan dari return cost ratio, atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya.

Income Over F eed Cost (IOF C)

Income OverFeedCost (IOFC )ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga jual. Jumlah ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa pembesaran hingga saat dijual. Nilai yang diperoleh dibandingkan antara pendapatan dengan biaya ransum tersebut (Siregar,2002).

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak (Prawirokusumo, 1990).

Kebutuhan Nutrisi Ayam Kampung

Pertumbuhan pada ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pada faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah pakan. Hafez dan Dryer (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah hereditas, pakan dan kondisi lingkungan. Penurunan bobot badan akan terjadi pada ternak pada fase pertumbuhan bila diberikan pakan dengan kandungan nutrisi yang rendah. Sutardi (1997) menyatakan bahwa ternak ayam kampung akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya bila mendapat zat zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.


(30)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sembilan desa yang ada dikota Medan yaitu desa Tanjung Slamat, Tanjung Anom, Tanjung Rejo, Gedung Johor, Kedai Durian, Desa Suka Maju, Namu Gajah, Sidomulyo, Ladang Bambu.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2015

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini Quisioner, bahan baku, komponen biaya produksi, asumsi – asumsi biaya dan Peternak yang ada di Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, Desa Ladang Bambu

Alat

Adapun alat yang digunakan adalah buku data dan alat – alat tulis

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey yaitu untuk mengetahui harga jual ayam kampung dan mengetahui biaya produksinya.Informasi tentang harga ayam kampung di suatu peternakan yang ada di Medan diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung.Data dikumpulkan dalam penelitian ini adalah informasi yang dapat dilihat secara langsung di lingkungan peternakan ayam kampung.


(31)

Data Usaha Peternakan

Berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) kota medan menyatakan bahwa terdapat 21 kecamatan yang ada di kota Medan. Dalam penelitian ini, sampel diambil dari 3 kecamatan. Diantara tiga kecamatan tersebut terdiri tiga desa dari masing masing kecamatan yaitu Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, Desa Ladang Bambu. Alasan pemilihan kecamatan dan desa dikarenakan masih daerah perkampungan Masih memiliki banyak peternak ayam kampung memiliki lahan yang cukup untuk beternak.

Penentuan Kepemilikan Skala Usaha Peternakan Masyarakat

Interval I = kepemilikan besar – kepemilikan kecil / 2 skala Interval = 150 – 100 / 2 skala = 25 ekor

1. Skala I = 100+ 25 = 125 ekor Jumlah ternak 100 – 125 ekor 2. Skala II = 126 + 25 = 151 ekor

Jumlah ternak 126 – 151 ekor

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung ke peternakan untuk mengetahui keadaan lokasi dan wawancara seputar tentang peternakan tersebut.Dalam wawancara pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder dari instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS).sedangkan data primer yaitu data dari peternak ayam kampung yang di survey.


(32)

Analisis Data

Analisis Data Analisis data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data, dengan pengamatan langsung terhadap suatu obyek penelitian guna mengetahui keadaan lokasi usaha dan karakteristik peternakan ayam kampung

2. Analisis ekonomi atau kuantitatif yang digunakan untuk melakukan perhitungan sebagai berikut:

a. Total biaya TC = FC + VC Keterangan : TC = Biaya total

FC = Biaya tetap VC = Biaya tidak tetap b. Total penerimaan TR = (p1 x Q) + (p2 x Q)

Keterangan : TR = Total revenue p1 = Harga / kg daging

p2= Harga / hasilsamping Q = Tingkat produksi

c. Pendapatan ∏ = TR – TC

Keterangan :∏ = Pendapatan TR = Total revenue

TC = Total cost d. R/C rasio

Keterangan :


(33)

C = Total biaya

Kriteria penilaian R/C rasio sebagai berikut :

R/C rasio > 1, usaha peternakan ayam kampung layak dikembangkan.

R/C rasio = 1, usaha peternakan ayam petelur tersebut tidak untung tidak rugi (impas).

R/C rasio < 1, usaha peternakan ayam petelur tidak layak dikembangkan.

e. IOFC = (Bobot Badan Akhir – Bobot Badan Awal ayam) x Harga Jual ayam/kg - (Total Konsumsi Pakan x Harga Pakan Perlakuan/kg)

Metode Pengambilan Data

Dilakukan survey dan observasi langsung ke peternakan dan melakukan wawancara seputar peternakan

1. Survey dilaksanakan Desa Tanjung Slamat, Desa Tanjung Anom, Desa Tanjung Rejo, Desa Gedung Johor, Desa Kedai Durian, Desa Suka Maju, Desa Namu Gajah, Desa Sidomulyo, Desa Ladang Bambu

2. Pengambilan data dengan menggunakan Quisioner

3. Melakukan analisis ekonomi dari hasil penelitian performance pemanfaatan tepung biji durian dan membandingkan dengan peternakan yang menggunakan pakan konvensional

Parameter Penelitian

1. Total Biaya Produksi

Total Biaya Produksi atau total pengeluaran yaitu biaya – biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diperoleh dengan cara menghitung biaya bibit, biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya pembuatan kandang, biaya sewa lahan dan biaya obat – obatan


(34)

Total Hasil Produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi yang diperoleh dengan cara menghitung penjualan ayam kampung dan kotoran ayam.

3. Laba – Rugi

Analisa laba – rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran.

Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara : K = TR – TC

Keterangan : K = Keuntungan TR = total penerimaan TC = total pengeluaran

Total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi, biaya peralatan kandang. Laporan laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya.

4. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio)

R/C ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya yang dikeluarkan

Total Hasil Produksi R/C Ratio =


(35)

Total Biaya Produksi

5. Income Over F eed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost diperoleh dengan cara menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya ransum. Pendapatan merupakan perkalian antara penambahan bobot badan akibat perlakuan(dalam Kg bobot hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya ransum adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertumbuhan bobot badan ternak (Prawirokusumo, 1990).

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan pada saat survey seperti Quisioner, dan Buku data

2. Survey Pendahuluan

Melakukan survey pendahuluan untuk mengetahui keadaan dan situasi peternakan agar mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan survey pagi, siang atau pada malam hari dan menentukan lokasi yang akan disurvey

3. Survey dan Melakukan Wawancara

Survey dilakukan di peternakan yang telah dipilih dan dilakukan wawancara dengan menggunakan Quesioner yang telah di siapkan.

4. Tabulasi Data

Mengumpulkan dan menyusun data – data yang telah di dapatkan dari survey yang telah dikumpulkan


(36)

Dianalisis data yang sudah terkumpul untuk mengetahui data – data mana yang kita perlukan dan dapat menjadi sebuah informasi bagi penelitian tersebut

6. Menyimpulkan Data

Disimpulkan semua data menjadi sebuah rangkuman informasi yang dibutuhkan dalam penelitian

Prosedur kerja

Gambar 1. Prosedur kerja pengolahan biji durian

Biaya pengolahan biji durian sebesar Rp. 170.000,00,-. Biaya tersebut terdiri dari Biji Durian Rp. 70.000 untuk 50 kg, sedangkan biaya untuk Coper, Grinder, dan biaya transportasi adalah sebanyak Rp. 100.000,00,- .

Pengumpulan biji durian

Pembersihan biji dengan air mengalir

Penganginan / dikeringkan

Di cacah / Di coper

Di Keringkan Kembali


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Rekapitulasi data hasil penelitian dengan menggunakan tepung biji durian

ANOVA IOFC

SK JK db KT Fhit 0,05 0,01

Perlakuan 9,231175 3 3,077058333 10,18657375 3,238871522 5,292214052

Galat 4,83312 16 0,30207

Total 14,064295 19

PARAMETER PERLAKUAN

0 % 10 % 20 % 30 %

Biaya Bibit 140.000 140.000 140.000 140.000

Biaya Pakan 97.994,77 96.018,64 92.256,09 83.345,96 Biaya Obat – Obatan 20.800 20.800 20.800 20.800 Biaya

PeralatanKandang 19.530 19.530 19.530 19.530

Biaya Sewa Kandang 62.500 62.500 62.500 62.500 Biaya Transportasi 40.000 40.000 40.000 40.000 Biaya Tenaga Kerja 102.077 102.077 102.077 102.077 Total Biaya Produksi 686.404,36 680.323,97 668.746,90 641.331,11

Hasil Penjualan PenjualAyam

Kampung 900.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00

Feses 20.800 20.800 20.800 20.800

Total Hasil Produksi 920.800 920.800 920.800 920.800 Laba –Rugi 234.395,64 240.476,03 252.053,10 279.468,89

R / C 1,34 1,36 1,38 1,44


(38)

28

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan yang menggunakan 30 % tepung biji durian lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan 0 %, 10 %, dan 20% tepung biji durian. Hal ini disebabkan karena biaya pakan dengan 30 % tepung biji durian lebih murah dengan harga Rp.4.299/kg,dibandingkan harga pakan dengan perlakuan 20% tepung biji durian yaitu seharga Rp. 4.591,5/kg, dengan perlakuan 10 % tepung biji durian seharga Rp.4.681,5/kg dan perlakuan dengan 0 % biji durian dengan harga sebesar Rp.4.746,5/kg.

Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)

Skala No. Total Biaya Produksi

Total Hasil

Produksi Laba/Rugi R/C IOFC Skala

I 1 2.335.000 4.500.000 2.165.000 1,93 6,818 2 2.185.000 4.500.000 2.315.000 2,06 6,818 3 2.235.000 4.500.000 2.265.000 2,01 6,818 4 2.235.000 4.500.000 2.265.000 2,01 6,818 5 2.210.000 4.500.000 2.290.000 2,04 6,818 6 2.285.000 4.500.000 2.215.000 1,97 6,818 7 2.285.000 4.500.000 2.215.000 1,97 6,818 8 2.095.000 4.500.000 2.405.000 2,15 9,000 9 2.565.000 5.400.000 2.835.000 2,11 6,545 10 2.555.000 5.400.000 2.845.000 2,11 6,545 11 2.565.000 5.400.000 2.835.000 2,11 8,182 12 2.615.000 5.400.000 2.785.000 2,07 8,182 13 2.650.000 5.400.000 2.750.000 2,04 6,545 14 2.615.000 5.400.000 2.785.000 2,07 6,545 15 2.630.000 5.400.000 2.770.000 2,05 6,545 16 2.525.000 5.625.000 3.100.000 2,23 6,818 17 2.660.000 5.625.000 2.965.000 2,11 8,523 18 2.662.500 5.625.000 2.962.500 2,11 6,818 Total 43.907.500 90.675.000 46.767.500 37,14 127,977 Rataan 2.439.305,55 5.037.500 2.598.194,444 2,06 7,11


(39)

Tabel 2. Rekapitulasi data survey peternakan masyarakat di Kota Medan (Rp/bulan)

Kriteria penentuan skala usaha adalah berdasarkan jumlah kepemilikan ternak yang diusahakan. Penentuan batas distribusi frekuensi panjang kelas, bahwa penentuan rentang yaitu kepemilikan terbesar dikurangi dengan kepemilikan terkecil di bagi panjang kelas. Pembagian skala usaha berdasarkan pada rumus :

Interval I = kepemilikan besar – kepemilikan kecil / 2 skala Interval = 150 – 100 / 2 skala = 25 ekor

3. Skala I = 100+ 25 = 125 ekor Jumlah ternak 100 – 125 ekor 4. Skala II = 126 + 25 = 151 ekor

Jumlah ternak 126 – 151 ekor Skala No. Total Biaya

Produksi

Total Hasil

Produksi Laba/Rugi R/C IOFC Skala II 19 2.895.000 5.850.000 2.955.000 2,02 7,091 20 2.745.000 5.850.000 3.105.000 2,13 7,091 21 2.877.500 6.075.000 3.197.500 2,11 7,364 22 2.802.500 6.075.000 3.272.500 2,17 7,364 23 2.935.000 6.300.000 3.365.000 2,15 7,636 24 3.085.000 6.525.000 3.440.000 2,12 7,676 25 3.190.000 6.750.000 3.560.000 2,12 7,500 26 3.140.000 6.750.000 3.610.000 2,15 7,500 27 2.935.000 6.750.000 3.815.000 2,30 7,500 Total 26.605.000 56.925.000 30.320.000 19,26 66,72 Rataan 2.956.111,11 6.325.000,00 3.368.888,89 2,14 7,41


(40)

30

Tabel 3. Rekapitulasi data survey penelitian jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan)

Skala No Total Biaya Produksi

Total Hasil

Produksi Laba/Rugi R/C IOFC Skala I 1 1.778.350 4.500.000 2.721.650 2,53 11,156 2 1.569.280 4.500.000 2.930.720 2,86 13,070 3 1.745.000 4.500.000 2.755.000 2,57 10,714 4 1.688.210 4.500.000 2811790 2,66 12,389 5 1.644.280 4.500.000 2855720 2,73 13,070 6 1.728.350 4.500.000 2771650 2,60 11,156 7 1.719.280 4.500.000 2780720 2,61 13,070 8 1.746.070 4.500.000 2753930 2,57 11,219 9 1.920.350 5.400.000 3479650 2,81 12,547 10 1.910.350 5.400.000 3489650 2,82 12,547 11 2.067.140 5.400.000 3332860 2,61 11,085 12 2.033.350 5.400.000 3366650 2,65 13,387 13 1.990.000 5.400.000 3410000 2,71 11,612 14 1.920.350 5.400.000 3479650 2,81 12,547 15 1.935.350 5.400.000 3464650 2,79 12,547 16 1.830.350 5.625.000 3794650 3,07 13,070 17 2.019.280 5.625.000 3605720 2,78 16,338 18 2.024.640 5.625.000 3600360 2,77 11,546 Total 33.269980 90.675.000 57405020 49,03 223,082 Rataan 1.848.332,222 5.037.500 3.189.167,778 2,72 12,393 Skala II 19 2.100.350 5.850.000 3.749.650 2,78 13,593 20 2.126.070 6.075.000 3.948.930 2,85 12,004 21 2.025.180 6.075.000 4.049.820 2,99 18,826 22 1.950.180 6.300.000 4.349.820 3,23 19,523 23 2.082.680 6.300.000 4.217.320 3,02 19,523 24 2.148.350 6.525.000 4.376.650 3,03 16,177 25 2.203.350 6.750.000 4.546.650 3,06 16,734 26 2.122.680 6.750.000 4.627.320 3,17 20,918 27 1.917.680 6.750.000 4.832.320 3,519 20,918 Total 18.676.520 14.805.0000 38.698.480 27,69 158,221 Rataan 2.075.168,889 5.483.333,333 4.299.831,111 3,07 17,580


(41)

Pembahasan

Total Biaya Produksi

Pada tabel 1 biaya produksi pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor selama satu bulan penelitian menunjukkan perbedaan yaitu dimana rataan biaya produksi pemeliharaan ayam kampung selama penelitian yang tertinggi terdapat pada perlakuan 0 % tepung biji durian sebesar Rp.686.404,36,- dan yang terendah pada perlakuan 30 % tepung biji durian sebesar Rp. 641.331,11. Hal ini terjadi karena pada perlakuan 0 % tepung biji durian rataan biaya ransumnya sebesar Rp.97.994,77,- lebih besar dibandingkan biaya ransum pada perlakuan 30 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar Rp. 83.345,96,-, sementara biaya produksi lainnya seperti biaya bibit, obat – obatan, penyusutan kandang, perlengkapan kandang, tenaga kerja, transportasi

dan biaya listrik air adalah sama. Hal ini seperti diungkapkan oleh Budiono (1990) bahwa Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan

untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang - barang produksi oleh penelitian. Biaya produksi yang digunakan meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan, biaya penyusutan, biaya sewa tanah dan bunga modal. Biaya tidak tetap antara lain biaya pembelian pakan, biaya pembelian obat-obatan dan biaya pembayaran listrik dan telepon.

Tabel 2 pada peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki ternak antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala 1, skala 2. Tabel 2 rekapitulasi biaya menunjukkan bahwa total biaya produksi tertinggi terdapat pada skala II yaitu dengan rataan sebesar Rp.2.956.111,11/bulan,- dibandingkan


(42)

26

total biaya prodiuksi pada skala I Rp.2.439.305,55/bulan. Hal ini terjadi karena jumlah ternak yang dimiliki pada skala II lebih banyak dibandingkan jumlah ternak pada skala I sehingga total biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih besar juga. apabila semakin besar skala usaha maka semakin besar pula biaya produksinya.

Pada tabel 3 jika peternakan ayam kampung di Kota Medan yang diasumsikan menggunakan pakan 30 % tepung biji durian maka pada skala I total biaya produksi yang akan dikeluarkan setiap bulan yaitu dengan rataan sebesar Rp.1.848.332,222/bulan,-, sedangkan pada skala II dengan rataaan sebesar Rp. 2.075.168,889/bulan,-.

Gambar 1. Total biaya produksi peternakan rakyat yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian (Rp/bulan).

1.848.332,222

2.075.168,889

1700000 1750000 1800000 1850000 1900000 1950000 2000000 2050000 2100000


(43)

Gambar 2. Total biaya produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30 % (Rp/Ekor/bulan).

Gambar 1 menunjukkan peternakan rakyat di Kota Medan bahwa total biaya produksi tertinggi per bulannya yaitu pada skala II. Tetapi bila dilihat dari total biaya produksi per ekornya pada gambar 2 yaitu total biaya produksi

tertinggi terdapat juga pada skala II yaitu sebesar tertinggi sebesar Rp.17.030,261/ekor/bulan, dibandingkan skala I yaitu sebesar

Rp.16.511,156/ekor/bulan. Hal ini terjadi dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan seperti biaya pakan, biaya penyusutan kandang, biaya bibit pada skala II lebih besar dibandingkan pada skala I. Jumlah ini didapat dari total biaya produksi dibagi jumlah ternak tiap skala.

Total Hasil Produksi

Pada tabel 1 total hasil produksi pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor selama satu bulan mempunyai hasil produksi yang sama . Hal ini terjadi karena samanya harga penjualan terhadap hasil produksi seperti penjualan ayam kampung dan feses sehingga mendapatkan hasil produksi yang sama juga yaitu sebesar Rp.920.800. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Rasyaf, 1995), Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh

16.511,15

17.030,26

16200 16300 16400 16500 16600 16700 16800 16900 17000 17100


(44)

28

suatu usaha peternakan, baik yang berupa hasil pokok (misal: penjualan ternak, baik itu hidup atau karkas) maupun hasil samping (misal: penjualan feses dan urin) .

Tabel 2 terdapat peternakan ayam kampung di Kota Medan memiliki ternak antara 100 sampai 150 ekor dan dibagi dalam 2 skala yaitu skala I, dan skala II. Total hasil produksi dari hasil survey yang dilakukan jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian pada peternakan di Kota Medan menunjukkan bahwa memiliki perbedaan pada setiap skala. Dimana total hasil

produksi yang tertinggi terdapat pada skala II yaitu sebesar Rp. 6.325.000,00/bulan, sedangkan pada sakala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan.

Perbedaan total hasil produksi ini pada tiap skala dikarenakan jumlah pemeliharaan ternak dan jumlah produksi yang dihasilkan berbeda sehingga hasil produksi yang dihasilkan juga tidak sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Jatmiko, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah volume penjualan produk danharga jual. Pada umumnya, tujuan utama yang ingin dicapai suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan. Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting mempengaruhi besar kecilnya pedapatan yang akan didapatkan oleh peternak atas usahanya dalam melakukan pemeliharaan ayam kampung. Sehingga untuk mendapatkan keuntungan penjualan yang besar, peternak harus menjaga agar kematian ternaknya sekecil mungkin. Kemudian untuk harga jual produk merupakan nilai yang berupa uang untuk menghargai setiap produk yang dihasilkan dari usaha, seperti usaha ternak ayam pedaging yang produknya berupa ayam hidup yang dihargai dengan sejumlah uang setiap kilogramnya. Suprijatna, (2005), juga menyatakan


(45)

keberhasilan pada suatu usaha peternakan ayam tidak cukup hanya dengan tercapainya tingkat produksi tapi juga perlu memperhatikan tingkat pembiayaan produksinya (ekonomis). Tingkat produksi yang tinggi harus dicapai dengan tingkat pembiayaan yang seminimal mungkin sehingga dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Dengan demikian, akan diperoleh tingkat keuntungan yang tinggi.

Gambar 3. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan).

Gambar 4. Total hasil Produksi peternakan rakyat diasumsikan 5.037.500

5.483.333

4800000 4900000 5000000 5100000 5200000 5300000 5400000 5500000 5600000

skala 1 skala 2

28.488

45.000

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000


(46)

30

Tabel 3 pada peternakan rakyat di Kota Medan yang diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian diperoleh total hasil produksi tertinggi terdapat pada skala II yaitu sebesar Rp. 5.483.333,333,-/bulan dibandingkan dengan dan skala I sebesar Rp. 5.037.500/bulan. Hal ini terjadi karena perbedaan penerimaan pada masing masing skala dan biaya produksi yang dikeluarkan seperti biaya pakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1991), juga mengatakan bahwa besarnya biaya pakan dapat mempengaruhi biaya produksi hingga sebesar 60 – 80 % dari total biaya produksi.

Gambar 4 menunjukkan hasil biaya produksi yang tertinggi yaitu pada skala I dengan rataan sebesar Rp.45.000/ekor/bulan. Sedangkan skala I rataan hasil produksi sebesar Rp.28.488/ekor. Hal ini terjadi karena jumlah ternak tiap skala berbeda sehingga hasil produksi yang di dapatkan juga berbeda.

Laba/Rugi

Analisa laba/rugi yaitu untuk mengetahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran. Pada tabel 1 analisis laba rugi pada pemeliharaan ayam kampung yang menggunakan tepung biji durian diasumsikan 100 ekor ayam kampung selama satu bulan pemeliharaan menunjukkan perbedaan pada setiap level dimana keuntungan yang tertinggi terdapat pada perlakuan 30 % tepung biji durian yaitu dengan sebesar Rp.279.468,- dan yang laba/rugi yang terendah terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian yaitu sebesar Rp.234.395,64,- sedangkan pada perlakuan 10 % dengan rataan sebesarRp.240.476,03,- dan perlakuan 20% dengan rataan sebesar Rp. 252.053,10,-. Hal ini terjadi karena


(47)

biaya produksi yang dikeluarkan pada perlakuan 30% seperti biaya pakan sedikit dibandingkan pada perlakuan yang lain sedangkan biaya bibit, biaya penyusutan kandang, biaya tenaga kerja,biaya transportasi, dan biaya obat-obatan adalah sama. Sehingga total hasil produksi seperti penjualan daging dan feses ayam kampung yang diperoleh dapat mengimbangi total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasmir (2008), yang menyatakan bahwa total pengeluaran seperti biaya pakan, biaya bibit, biaya obat – obatan, biaya transportasi, biaya sewa kandang, biaya upah pekerja dan biaya transportasi. Laporan laba/rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis – jenis biaya yang akan dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama.

Keuntungan terendah terdapat pada perlakuan 0% tepung biji durian dengan rataan sebesar Rp.234.395,64. Karena biaya produksi yang di keluarkannya lebih besar yaitu pada biaya ransum yang digunakan dibandingkan hasil produksi yang dihasilkan pada perlakuan tersebut.Hal ini sesuai dengan pernyataan Hansen dan Mowen, (2005), yang menyatakan bahwa laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat mencari produk yang lain akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan.

Berdasarkan tabel 2 hasil analisis laba/rugi yang dilakukan pada peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan terdapat perbedaan disetiap


(48)

32

skala, yaitu dimana laba/rugi yang tertinggi terdapat skala II yaitu dengan sebesar Rp.3.368.888,89/bulan, sedangkan skala terendah pada skala I yaitu dengan sebesar Rp.2.598.194,44/bulan. Perbedaan laba/rugi ini terjadi dikarenakan jumlah rataan ternak yang dimilki tiap skala tidak sama, sehingga skala II lebih menguntungkan.

Pada peternakan ayam kampung masyarakat di kota medan yang diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% akan menghasilkan laba/rugi setiap bulannya pada skala II yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan, pada skala I sebesar Rp. 3.189.167,778/ bulan.

Gambar 5. Laba/rugi peternakan rakyat diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/bulan)

3.189.167,778

4.299.831,111

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 4500000 5000000


(49)

Gambar 6. Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan rakyat di kotamedan jika diasumsikan menggunakan tepung biji durian 30% (Rp/Ekor/bulan).

Laba/rugi yang diperoleh pada peternakan ayam masyarakat di kota Medan jika diasumsikan menggunakan 30 % tepung biji durian dapat dilihat pada gambar 5 yang menunjukkan bahwa laba/rugi pada skala II merupakan laba/rugi yang paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.299.831,111/bulan. Hal ini terjadi karena semakin kecil biaya produksi akan mengurangi biaya produksi dan dapat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh.

Gambar 6 menunjukkan bahwa laba/rugi per ekornya tertinggi diperoleh pada skala II yaitu sebesar Rp.35.287,36/ekor, dan yang terendah pada skala Isebesar Rp. 28.488,84/ekor/bulan.

R/C Ratio

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa R/C ratio yang diperoleh dari pemeliharaanayam kampung jika diasumsikan 100 ekor yang menggunakan pakan 30% tepung biji durian dianggap memiliki kelayakan untuk dilanjutkan karena memiliki rataan sebesar 1,44yaitu (R/C > 1), sedangkan pada pakan 20 % tepung biji durian sebesar 1,36 (R/C > 1) , pakan 10% sebesar 1,38 (R/C > 1) dan pada

28.488,847

35.287,367

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000


(50)

34

pakan 0 % tepung biji durian sebesar 1,34 (R/C > 1) juga layak untuk dijalankan. Namun R/C tertinggi terdapat pada pakan yang menggunakan 30% tepung biji durian . Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadariah (1997), menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan bagi besarnya pengeluaran, dimana bila :

R/C Ratio > : Efisien R/C Ratio = 1 : Impas R/C ratio < 1 : Tidak Efisien

Rataan R/C Ratio tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian yaitu sebesar 1,44dan nilai rataan R/C terendah terdapat pada 0% tepung biji durian yaitu sebesar 1,34.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada peternakan ayam kampung di masyarakat kota medan dapat dilihat pada tabel 2 dimana memiliki nilai R/C ratio yang berbeda pada setiap skala . R/C ratio yang tertinggi terdapat pada skala II sebesar 2,14 , pada skala I sebesar 2,06. Hal ini menunjukkan bahwa skala II lebih efisien untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan pernyataan soekartawi (1986), yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan memberikan manfaat apabila nilai R/C ratio > 1. Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai R/C rationya maka semakin tidak efisien usah tersebut untuk dijalankan

Jika diasumsikan penggunakan 30% tepung biji durian pada peternakan ayam kampung di kota medan mengghasilkan R/C ratio yang tertinggi pada skala II yaitu sebesar 3,07/bulan dan yang terendah pada pada skala I yaitu sebesar 2,72/bulan.


(51)

Gambar 7. R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/bulan)

Gambar .8 R/C peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/ekor/bulan)

Pada gambar 8 menunjukkan bahwa peternakan ayam kampung masyarakat di kota medan menghasilkan R/C pada skala I sebesar2,72 dan pada skala II menghasilkan R/C sebesar 3,07. Hal ini terjadi karena jumlah penerimaan lebih besar dari pada pengeluaran.

2,72

3,07

2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2

skala 1 skala 2

2,72

3,07

2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2


(52)

36

IOFC

Income OverFeedCost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak.Income OverFeedCost (IOFC)diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan berupa daging dan harga jual.Jumlah ransum yang dihabiskan dikali dengan harga selama masa pembesaran hingga saat dijual.Nilai yang diperoleh dibandingkan antara pendapatan dengan biaya ransum tersebut.

Pada tabel 1 dari pemeliharaan ayam kampung jika diasumsikan 100 ekor dapat dilihat bahwaIncome Over Feed Cost(IOFC) tertinggi terdapat pada pakan 30 % tepung biji durian dengan rataan sebesar 11,70dan rataan terendah terdapat pada 0 % tepung biji durian yaitu dengan rataan sebesar 9,94, sedangkan pada pakan 10 % dengan rataan sebesar 10,16dan 20 % dengan rataan sebesar 10,56. Hal ini sesuai dengan pernyataan prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa

Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha pemeliharaan ternak.

Pada tabel 2 terdapat nilaiIncome Over Feed Cost(IOFC) dari peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan. Nilai Income Over Feed Cost(IOFC) yang tertinggi berada pada skala II yaitu sebesar 7,41 dan yang terendah terdapat pada skala I sebesar 7,11. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh biaya produksi yang dikeluarkan berbeda baik di biaya bibit maupun di biaya pakan sehingga dapat mempengaruhi pendapatan


(53)

Pada tabel 3 terdapat peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58pada skala I sebesar 12,39.

Gambar 9. IOFC peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/bulan)

Gambar. 10. IOFC peternakan rakyat diasumsikan menggunakan 30 % tepung bjii durian (Rp/ekor/bulan)

12,39349884 17,58016741 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

skala 1 skala 2

12,39 17,58 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20


(54)

38

Pada gambar 10 menunjukkan peternakan ayam kampung masyarakat di Kota Medan diasumsikan menggunakan pakan 30% tepung biji durian akan menghasilkan IOFC tertinggi pada skala II yaitu sebesar 17,58 skala II sebesar 12,39.


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil Penelitian laba/rugi di hasil penelitian pemeliharaan ayam kampung yang menggunakan 30 % tepung biji durian yang dalam ransum lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan 0% ,10, dan 20% tepung biji durian.

2. Hasil survey peternakan rakyat di Kota Medan skala kepemilikan ternak yang paling efisien adalah skala II yaitu 7,41 jika dibandingkan dengan skala I yaitu 7,11.

3. Peternakan rakyat di Kota Medan diasumsikan menggunakan tepung biji durian sebanyak 30% , skala kepemilikan ternak yang paling efisien adalah skala II yaitu 17,58, pada skala I yaitu 12,39.

Saran

Disarankan kepada peternak yang berada di Kota Medan untuk menggantikan pakan komersil dengan menggunakan tepung biji durian sehingga dapat mengurangi biaya produksi (biaya pakan) dan meningkatkan pendapatan peternak.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1. Edisi kedua. Cetakan ke II. BPFE, YogyakartaCahyono, B., 1998. Ayam Buras Pedaging. Trubus Agriwidy. Yogyakarta

Cahyono,2002.Teknik Budi Daya Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta Gunawan, 2002.Produktivitas dan Nilai Ekonomis. Kanisius, Yogyakarta.

Hafez dan Drayer. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed. Lea& Febiger.Phildephia. P:385-393. 394-398

Hansen dan Mowen. 2005. Akutansi Manajemen. Jakarta : Saalemba Empat Harih.2010. Biaya Produksi dan Penerimaan. Liberty. Yogyakarta

.

http://sentral ternak.com/2015/12/harga-ternak. html. Diakses tanggal 20 November 2015.

Jatmiko. B, 2006 Presepsi Pengusaha Atas Pengaruh Kesedian Faktor – faktor Produksi Terhadap Laba. Studi Kasus Pada Industri Ayam Ras Pedaging Model Plasma di Kab. Semarang. Program Pasca Sarjana. Program Studi Magister Managemen. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Karadiah. 1997. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta Suhaeni, N., 2007. Petunjuk Praktis Beternak Ayam Kampung. Penerbit Nuansa. Bandung

Luthfan., F. Rosyady dan M. Khoiriyah, 2011. Pelet Fermentasi Bahan Pakan Lokal Sebagai Alternatif Pakan Ayam Buras yang Murah.Praktis dan Alami. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Nuraini, I. 2003 Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah, Malang Prawirokusumo, S., 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Yogyakarta.

Rasyaf, M., 1995. Memelihara Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta Santoso, 2009. Pengantar Akuntansi. BPFE UGM, Yogyakarta.


(57)

Siregar, E., 2002 Pengaruh Pemberian Tepung Tanjung (Minusops elengi L) dalam Ransum terhadap Performans Kelinci Lokal Umur 8 – 16 Minggu. Skripsi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Soekartawi,1995. Dasar Penyususnan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.

Suhaeni . 2007. Pembibitan Ayam Buras. Cetakan kesembilan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E. 2005. Ayam Buras Krosing Petelur . Penebar Swadaya. Jakarta Supriyadi. 2009. Pengelolaan Ayam Kampung. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Sutardi . 1997. Pakan Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.


(58)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Formula Ransum Penelitian

No Bahan Pakan Perlakuan

P0 P1 P2 P3

1 T. Jagung(%) 30,00 20,00 10,00 00,00

2 T. Biji Durian(%)

00,00 10,00 20,00 30,00

3 B. Kedelai(%) 9,90 9,90 9,90 9,90

4 Dedak(%) 13,50 12,50 10,50 14,00

4 B. Kelapa(%) 18,00 18,00 19,50 18,50

5 BIS(%) 16,50 16,50 16,50 16,50

6 Tepung Ikan (%) 10,00 10,00 10,00 10,00

7 Premix(%) 0,10 0,10 0,10 0,10

8 M. Nabati(%) 2,00 3,00 3,50 2,00

Total 100 100 100 100

Kandungan Nutrisi

1 PK (%) 19,95 20,34 19,77 19,47

2 EM (%) 2681,61 2670,71 2639,16 2698,21

3 SK (%) 7,17 7,19 7,13 7,17

4 LK (%) 6,00 5,54 6,51 6,28

5 Ca (%) 1,09 1,18 1,00 1,04


(59)

Lampiran 2. Harga ransum tiap perlakuan

Perlakuan Bahan Pakan Jumlah Harga pakan Harga ransum

(Kg) Rp/Kg (Rp/kg)

P0 TBD(%) 00,00 3.400 0

Tepung jagung (%) 30,00 5.000 1.500

Bungkil kedelai (%) 9,90 9.500 940,5

Bungkil kelapa (%) 18,00 4.000 720

Dedak (%) 13,50 2500 337,5

BIS (%) 16,50 1500 247,5

Tepung ikan (%) 10,00 7.500 750

Premix (%) 0,10 11.000 11

M.nabati (%) 2,00 12.000 240

Total 100 4.746,5

P1 TBD(%) 10,00 3.400 340

Tepung jagung(%) 20,00 5.000 1000

Bungkil kedelai(%) 9,90 9.500 940,5

Bungkil kelapa(%) 18,00 4.000 720

Dedak(%) 12,50 2500 312,5

BIS(%) 16,50 1500 247,5

Tepung ikan(%) 10,00 7.500 750

Premix(%) 0,10 11.000 11

M.nabati(%) 3,00 12.000 360

Total 100 4.681,5

P2 TBD(%) 20 3.400 680

Tepung jagung(%) 10 5.000 500

Bungkil kedelai(%) 9,90 9.500 940,5

Bungkil kelapa(%) 19,50 4.000 780

Dedak(%) 10,50 2500 262,5

BIS(%) 16,50 1500 247,5

Tepung ikan(%) 10,00 7.500 750

Premix(%) 0,10 11.000 11

M.nabati(%) 3,50 12.000 420

Total 100 4.591,5

P3 TBD(%) 30,00 3.400 1020

Tepung jagung(%) 00,00 5.000 0

Bungkil kedelai(%) 9,90 9.500 940,5


(60)

44

Dedak(%) 14,00 2500 350

BIS(%) 16,50 1500 247,5

Tepung ikan(%) 10,00 7.500 750

Premix(%) 0,10 11.000 11

M.nabati(%) 2,00 12.000 240

Total 100 4.299

Lampiran 3.Biaya Bibit DOC (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 140000 28.000 P1 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 140000 28.000 P2 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 140000 28.000 P3 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 140000 28.000 Total 112.000 112.000 112.000 112.000 112.000 560.000

Rataan 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000

Lampiran 4.Biaya Obat – obatan Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 P1 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 P2 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 P3 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 Total 16.640 16.640 16.640 16.640 16.640 83.200

Rataan 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160

Lampiran 5.Biaya Peralatan Kandang Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P1 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P2 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 P3 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 3.900,96 19.505 3.900,96 Total 15.603,84 15.603,84 15.603,84 15.603,84 15.603,84 78.019,2


(61)

Lampiran 6.Biaya Sewa Kandang Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 62.500 12.500 P1 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 62.500 12.500 P2 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 62.500 12.500 P3 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 62.500 12.500 Total 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 250.000

Rataan 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500

Lampiran 7.Biaya Transportasi Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 40.000,00 8.000,00 P1 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 40.000,00 8.000,00 P2 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 40.000,00 8.000,00 P3 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8.000,00 40.000,00 8.000,00 Total 32.000,00 32.000,00 32.000,00 32.000,00 32.000,00 160.000,00

Rataan 8.000,00 8.000,00 8.000,00 8..000,00 8.000,00

Lampiran 8.Biaya Tenaga Kerja Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 102.077,2 20.415,44 P1 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 102.077,2 20.415,44 P2 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 102.077,2 20.415,44 P3 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 102.077,2 20.415,44 Total 81.661,76 81.661,76 81.661,76 81.661,76 81.661,76 408.308,8

Rataan 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44 20.415,44

Lampiran 9. Data Rataan Konsumsi Ransum Selama Penelitian (gr/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 302,94 309,38 316,39 331,93 327,49 1588,13 317,63 P1 337,20 319,50 291,94 325,24 303,83 1577,71 315,54 P2 304,93 301,48 314,16 292,33 332,70 1545,60 309,12 P3 291,45 272,42 307,41 314,78 305,27 1491,33 298,27 Total 1236,52 1202,78 1229,90 1264,28 1269,29 6202,77


(62)

46

Lampiran 10. Biaya Konsumsi Ransum Selama Penelitian (gr/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 18.692,76 19.090,14 19.522,69 20.481,57 20.207,61 97.994,77 19.598,95 P1 20.521,82 19.444,61 17.767,32 19.793,94 18.490,94 96.018,64 19.203,73 P2 18.201,12 17.995,19 18.752,05 17.449,03 19.858,70 92.256,09 18.451,22 P3 16.288,27 15.224,74 17.180,22 17.592,11 17.060,62 83.345,96 16.669,19 Total 73.703,97 71.754,68 73.222,29 75.316,66 75.617,87 369.615,46


(63)

Lampran 11. Data Rataan Konsumsi Penelitian Per Minggu Pemanfaatan Tepung Biji Durian dalam Ransum Ayam Kampung

Perlakuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Total Rataan Konsumsi Rataan Komsusmsi/ Perlakuan Rataan Konsumsi P0U1 130,31 172,50 200,44 238,31 271,69 283,88 372,94 420,94 443,63 494,81 3029,44 3176,25 302,94 P0U2 126,56 190,69 175,69 228,56 248,63 257,44 354,75 457,69 476,25 577,50 3093,75 309,38 P0U3 120,56 164,04 208,69 231,94 269,06 318,38 399,94 459,00 465,75 535,50 3163,88 316,39 P0U4 138,00 167,44 188,63 236,63 266,81 308,63 411,38 487,50 528,94 585,38 3319,31 331,93 P0U5 141,38 177,19 222,38 247,88 279,56 342,56 412,31 430,50 467,25 554,88 3274,88 327,49 P1U1 145,88 173,96 206,63 255,00 295,31 342,75 416,63 479,63 507,19 549,94 3372,00 3155,40 337,20 P1U2 138,38 142,13 192,56 257,44 284,44 338,06 422,06 416,44 465,38 538,13 3195,00 319,50 P1U3 118,88 149,06 196,88 234,19 272,25 277,69 358,88 397,69 415,13 498,75 2919,38 291,94 P1U4 116,81 157,31 191,63 242,06 297,38 307,88 404,81 434,63 502,69 597,19 3252,38 325,24 P1U5 132,19 151,88 170,44 252,75 296,06 240,94 392,25 408,00 464,81 528,94 3038,25 303,83 P2U1 119,25 160,88 189,75 253,31 284,63 342,19 401,81 397,69 429,94 469,88 3049,31 3091,20 304,93 P2U2 150,75 171,38 204,19 254,63 279,00 320,25 362,06 399,75 400,31 472,50 3014,81 301,48 P2U3 124,88 159,75 187,31 238,13 267,94 280,50 401,25 449,81 455,81 579,19 3141,56 314,16 P2U4 121,13 150,56 182,81 231,19 271,69 285,00 356,06 392,25 457,50 475,13 2923,31 292,33 P2U5 134,81 148,69 202,31 254,81 288,56 308,25 419,44 482,06 497,63 590,63 3327,00 332,70 P3U1 123,56 137,81 181,88 267,00 265,88 241,13 375,19 428,25 399,00 494,81 2914,50 2982,64 291,45 P3U2 110,44 152,06 174,94 222,38 272,06 252,19 329,81 348,00 400,31 462,00 2724,19 272,42 P3U3 120,75 145,50 195,38 249,94 239,63 292,31 414,94 419,25 458,25 538,13 3074,06 307,41 P3U4 123,00 153,38 199,50 252,94 277,31 237,00 406,50 439,31 497,06 561,75 3147,75 314,78 P3U5 124,69 156,75 150,94 209,63 271,31 302,63 391,31 422,25 474,56 548,63 3052,69 305,27


(64)

48

Lampran 12. Total Biaya Produksi (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

P0 134.492,59 135.715,29 137.046,21 139.996,63 139.153,65 686.404,36 137280,87 P1 140.120,47 136.805,97 131.645,08 137.880,84 133.871,61 680.323,97 136064,79 P2 132.979,84 132.346,22 134.675,03 130.665,73 138.080,08 668.746,90 133749,38 P3 127.094,14 123.821,74 129.838,62 131.105,97 129.470,63 641.331,11 128266,22 Total 534.687,05 528.689,22 533.204,94 539.649,17 540.575,97 2.676.806,34


(65)

Lampran 13. Data Rataan PBB Ayam Kampung

Perlakuan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Total Rataan PBB Rataan /

Perlakuan Rataan PBB P0U1 64,00 72,75 82,25 77,25 80,00 31,75 81,50 215,50 94,00 73,00 872,00 909,15 87,20 P0U2 66,75 67,00 66,00 69,25 72,50 82,50 128,50 124,50 134,00 109,25 920,25 92,03 P0U3 63,00 64,50 121,50 70,25 67,75 85,25 137,50 118,50 76,00 177,75 982,00 98,20 P0U4 54,50 69,50 83,75 56,00 39,75 91,75 142,00 94,00 73,25 113,25 817,75 81,78 P0U5 70,25 89,00 92,50 75,75 87,75 60,75 113,25 89,00 177,25 98,25 953,75 95,38 P1U1 51,25 90,50 74,50 122,75 122,75 81,00 131,75 98,25 190,50 126,25 1089,50 970,85 108,95 P1U2 46,50 80,25 74,25 112,75 116,00 67,75 105,75 70,75 113,25 106,00 983,25 89,33 P1U3 43,00 87,00 57,25 70,50 82,00 67,50 117,25 132,00 185,50 139,25 981,25 98,13 P1U4 43,75 91,25 76,75 81,00 86,00 76,50 126,75 114,25 81,75 125,75 903,75 90,38 P1U5 56,75 60,00 73,00 73,00 75,25 93,75 143,25 66,00 257,75 87,75 986,50 98,65 P2U1 41,50 96,00 41,75 79,00 80,25 77,75 127,00 103,25 43,00 183,25 872,75 923,95 87,28 P2U2 65,75 77,75 45,75 88,25 94,50 112,25 162,25 78,75 93,00 144,25 962,50 96,25 P2U3 51,50 70,50 67,50 64,00 68,50 84,50 134,75 184,50 81,75 125,00 932,50 93,25 P2U4 45,50 74,75 43,50 74,00 74,75 68,25 118,25 110,00 112,25 158,25 879,50 87,95 P2U5 53,00 64,00 81,00 101,75 110,50 74,00 124,25 101,50 99,50 163,00 972,50 97,25 P3U1 58,50 38,00 85,25 90,75 87,25 70,25 99,00 88,50 113,00 148,75 879,25 888,35 87,93 P3U2 44,75 46,50 75,75 73,00 80,25 62,25 113,25 81,00 61,00 197,00 834,75 83,48 P3U3 49,00 50,00 74,25 79,50 79,50 78,25 129,00 82,50 103,50 134,50 860,00 86,00 P3U4 46,75 54,75 78,75 76,75 78,25 94,00 145,00 101,50 93,50 227,75 997,00 99,70 P3U5 59,25 37,50 68,50 86,50 88,50 92,00 142,00 87,25 78,50 130,75 870,75 87,08


(66)

50

Lampiran 14.Hasil Penjualan Ayam Kampung Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 900.000 180.000

P1 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 900.000 180.000

P2 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 900.000 180.000

P3 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 900.000 180.000

Total 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 900.000 Rataan 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000

Lampiran 15. Hasil Penjualan Feses Selama Penelitian (Gr/Ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 P1 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 P2 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 P3 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 20.800 4.160 Total 16.641 16.642 16.643 16.644 16.645 83.200 4.160 Rataan 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160

Lampiran 16. Total Hasil Produksi Selama Penelitian (Rp/ 4 Ekor)

Perlakua

n Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 184.16 0 184.16 0 184.16 0 184.16 0 184.16

0 920.800

184.16 0 P1 184.16

0 184.16 0 184.16 0 184.16 0 184.16

0 920.800

184.16 0 P2 184.16

0 184.16 0 184.16 0 184.16

0 184160 920.800

184.16 0 P3 184.16

0 184.16 0 184.16 0 184.16 0 184.16

0 920.800

184.16 0 Total 736.64

0 736.64 0 736.64 0 736.64 0 736.64 0 3.683.20 0 Rataan 184.16

0 184.16 0 184.16 0 184.16 0 184.16 0

Lampiran 17. Laba – Rugi

Perlakuan Ulangan


(67)

P0 49.667,41 48.444,71 47.113,79 44.163,37 45.006,35 234.395,64 46.879,12 P1 44.039,53 47.354,03 52.514,92 46.279,16 50.288,39 240.476,03 48.095,20 P2 51.180,16 51.813,78 49.484,97 53.494,27 46.079,92 252.053,10 50.410,62 P3 57.065,86 60.338,26 54.321,38 53,054,03 54,689,37 279.468,89 55.893,77 Total 201.952,95 207.950,78 203.435,06 196.990,83 196,064,03 1.006.393,661 201.278,73 Rataan 50.488,23 51.987,69 50.858,76 49.247,70 49,016,00

Lampiran 18. R/C

Perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 1,37 1,36 1,34 1,32 1,32 6,71 1,34 P1 1,31 1,35 1,40 1,34 1,38 6,78 1,36 P2 1,38 1,39 1,37 1,41 1,33 6,88 1,38 P3 1,45 1,49 1,42 1,40 1,42 7,18 1,44 Total 5,51 5,59 5,53 5,47 5,45 27,55

Rataan 1,38 1,40 1,38 1,37 1,36

Lampiran 19. IOFC

perlakuan Ulangan Total Rataan

U1 U2 U3 U4 U5

P0 10,41 10,19 9,96 9,50 9,63 49,69 9,94 P1 9,48 10,00 10,95 9,83 10,52 50,78 10,16 P2 10,69 10,81 10,37 11,15 9,80 52,82 10,56 P3 11,94 12,78 11,32 11,06 11,40 58,50 11,70 Total 42,52 43,78 42,60 41,54 41,35 211,79

Rataan 10,63 10,95 10,65 10,39 10,34

Lampiran Biaya Produksi Usaha Peternakan Masyarakat Di Kota Medan Lampiran 20. Biaya Bibit (Rp/Ekor)

Skala Nomor

Responden jumlah ternak Biaya Bibit (Rp)

Skala I 1 100 650.000

2 100 500.000

3 100 650.000

4 100 650.000

5 100 600.000

6 100 650.000

7 100 650.000

8 100 650.000

9 120 780.000


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)