141 46.7 83 46.9 152 Faktor Risiko Anemia pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi

Hal tersebut mengakibatkan pengeluaran besi meningkat dan keseimbangan zat besi dalam tubuh terganggu Depkes 1998. Adanya frekuensi menstruasi contoh yang tidak normal seperti rendah dan tinggi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengganggu kelancaran siklus menstruasi diantaranya yaitu faktor stres, perubahan berat badan, olah raga yang berlebihan, dan keluhan menstruasi Affandi 1990. Meski demikian, hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi menstruasi dengan status anemia contoh p0.1. Banyaknya Menstruasi Banyaknya menstruasi digambarkan dengan banyaknya pembalut yang digunakan contoh setiap hari. Menurut Affandi 1990, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah darah menstruasi adalah dengan menanyakan volume berdasarkan jumlah pembalut yang digunakan. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan banyaknya menstruasi dan status anemia Banyaknya Menstruasi Status Anemia Total Anemia Tidak Anemia n n n Ganti 1-2 kalihari 54 43.2 87

49.1 141 46.7

Ganti 3-4 kalihari 69

55.2 83 46.9 152

50.3 Ganti 5-6 kalihari 2 1.6 6 3.4 8 2.7 Ganti 6 kalihari 1 0.6 1 0.3 Total 125 100 177 100 302 100 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode menstruasi berkisar antara 20-25 cc dan dianggap abnormal jika kehilangan darah menstruasi lebih dari 80 ml. Tabel 7 menunjukkan bahwa secara umum lebih dari separuh contoh 50.3 mengganti pembalut 3-4 kali setiap hari. Lebih dari separuh contoh yang anemia 55.2 mengganti pembalut 3-4 kali setiap hari sedangkan hampir separuh contoh yang tidak anemia 49.1 mengganti pembalut 1-2 kali setiap harinya. Hal ini menunjukkan bahwa contoh yang anemia cenderung mengalami kehilangan darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang contoh tidak anemia dilihat dari jumlah pembalut yang diganti setiap hari. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara banyaknya menstruasi dengan status anemia contoh p0.1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa perbedaan banyaknya menstruasi tidak mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk menderita anemia. Namun menurut pernyataan Affandi 1990, apabila darah yang keluar saat menstruasi cukup banyak berarti jumlah zat besi yang hilang dari tubuh juga cukup besar. Banyaknya darah yang keluar dapat berbeda-beda pada setiap orang dan bahkan pada seorang remaja wanita dapat berbeda setiap bulannya. Tidak adanya hubungan antara banyaknya menstruasi dengan status anemia diduga karena pengukuran banyaknya menstruasi menggunakan banyaknya pembalut masih dipengaruhi faktor subyektif sesuai dengan kebutuhan pembalut masing- masing individu. Lama Menstruasi Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari dan dianggap tidak normal jika lebih dari delapan atau sembilan hari. Saat menstruasi terjadi pengeluaran darah dari dalam tubuh. Hal itu menyebabkan zat besi yang terkandung dalam hemoglobin juga ikut terbuang. Lama menstruasi yang tinggi dapat menyebabkan darah yang dikeluarkan tubuh semakin banyak, sehingga kemungkinan kehilangan zat besi juga semakin tinggi Affandi 1990. Sebaran contoh berdasarkan lama menstruasi dan status anemia disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan lama menstruasi dan status anemia Lama Menstruasi Status Anemia Total Anemia Tidak Anemia n n n Rendah 1 0.8 1 0.6 2 0.7 Normal 108 86.4 157 88.7 265 87.7 Tinggi 16 12.8 19 10.7 35 11.6 Total 125 100 177 100 302 100 Lama menstruasi dikatakan rendah jika kurang dari tiga hari dan normal apabila berada diantara 3-7 hari serta dikatakan tinggi jika lebih dari delapan hari. Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh 87.7 memiliki lama menstruasi yang tergolong normal 3-7 hari. Hal ini terlihat dari sebagian besar contoh anemia 86.4 dan tidak anemia 88.7 yang juga memiliki lama menstruasi yang tergolong normal. Hanya sekitar 12.3 persen contoh yang memiliki lama menstruasi yang tergolong tidak normal yaitu lama menstruasi yang rendah 0.7 dan tinggi 11.6. Lama menstruasi yang tinggi lebih banyak dialami oleh contoh anemia. Menurut Affandi 1990, beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode menstruasi normal berkisar antara 20-25 cc dan dianggap abnormal jika kehilangan darah menstruasi lebih dari 80 ml. Jumlah 20-25 cc menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12.5-15 mgbulan atau kira-kira sama dengan 0.4-0.5 mghari. Jika jumlah tersebut ditambah dengan kehilangan basal maka jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1.25 mghari Arisman 2002. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan status anemia contoh p0.1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa perbedaan lama menstruasi tidak mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk menderita anemia. Tidak adanya hubungan signifikan tersebut diduga karena rata-rata lama perdarahan setiap periode tiap wanita kurang lebih tetap. Banyaknya darah yang keluar dapat berbeda-beda pada setiap orang, bahkan pada seorang remaja wanita dapat berbeda-beda dari bulan ke bulan. Perbedaan lama menstruasi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan, lamanya menstruasi, usia, dan ovulasi Affandi 1990. Riwayat Penyakit Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi Permaesih dan Herman 2005. Infeksi merupakan faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian anemia dan anemia merupakan konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi Thurnham Northrop-Clewes 2007. Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh 99.3 tidak memiliki riwayat penyakit. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit dan status anemia Riwayat Penyakit Status Anemia Total Anemia Tidak Anemia n n n Ya 1 0.7 2 0.8 3 0.8 Tidak 152 99.3 245 99.2 397 99.3 Total 153 100 247 100 400 100 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh anemia maupun tidak anemia tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan anemia seperti malaria, tuberculosis, dan kecacingan. Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa hanya terdapat sekitar 0.8 persen contoh yang memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan anemia. Penyakit yang pernah diderita oleh contoh tersebut adalah malaria dan kecacingan. Penyakit infeksi terutama malaria, kecacingan, dan infeksi lainnya seperti tuberculosis merupakan faktor penting yang memberikan kontribusi terhadap tingginya prevalensi anemia di banyak populasi WHO 2004. Menurut Dreyfuss et al 2000, adanya infeksi cacing tambang menyebabkan pendarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus sehingga dapat mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi. Malaria menyebabkan kehilangan darah secara langsung dan kehilangan darah tersebut mengakibatkan defisiensi besi WHO 2001. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit dengan status anemia contoh p0.1. Hasil penelitian Permaesih dan Herman 2005 memperlihatkan bahwa sakit yang diderita baik pada satu tahun atau satu bulan sebelumnya berhubungan secara bermakna dengan status anemia. Sakit yang diderita, terutama penyakit infeksi mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat besi yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dalam darah. Tidak adanya hubungan signifikan tersebut diduga karena jarangnya contoh menderita penyakit yang berhubungan dengan anemia seperti malaria, tuberculosis, dan kecacingan. Selain itu hal ini diduga karena pengukuran data yang kurang mendalam karena hanya mengukur riwayat penyakit yang pernah diderita contoh, dan bukan riwayat penyakit pada kurun waktu tertentu. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Depkes 2004, perilaku hidup sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Perilaku hidup sehat sangat erat kaitannya dengan higiene perorangan personal hygiene. Salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan air bersih Anonim 2003 diacu dalam Nurwulan 2003. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS Status Anemia Total Anemia Tidak Anemia n N n Mencuci tangan 139

90.8 226