Macerasi Diagnosa Ultrasonografi untuk Mendeteksi Gangguan pada Uterus Kucing (Felis catus)

16 juga berupa pembesaran abdomen, emasiasio, kelemahan, temperatur yang bervariasi dan gejala rematik. Diagnosa penyakit ini tidak terlalu sulit, karena gejalanya memiliki karakteristik yang cukup untuk menegakkan diagnosa. Di sisi lain abcess uterus perlu dibedakan dengan kebuntingan, distensi vesika urinaria, ascites, tumor dan lainnya. Pada kasus yang sulit, laparotomi sangat disarankan untuk dilakukan. Endometritis dapat menimbulkan infertilitas permanen jika infeksi ascenden sampai pada tuba fallopi, menyebabkan salphingitis. Oleh sebab itu, terapi yang tepat sangat diperlukan untuk mengobati penyakit ini.

2. Macerasi

Macerasi adalah keadaan fetus yang mati di dalam uterus, berubah menjadi massa menyerupai bubur, dimana tulang-tulang fetus terapung diatas massa tersebut dan terdapat infeksi bakteri. Menurut Roberts 1956 emfisema fetus, dekomposisi dan macerasi dapat terjadi pada beberapa stadium kebuntingan dan telah diobservasi pada beberapa spesies. Pada hewan multipara, macerasi pada embrio dini dan fetus biasanya berakhir dengan penyerapan, sedangkan fetus lain akan berkembang secara normal atau jarang menjadi macerasi oleh infeksi yang berkelanjutan. Pada kebanyakan kasus, macerasi awal atau resorbsi tidak bergabung dengan infeksi di hewan multipara. Informasi mengenai kematian embrio maupun fetus sangat terbatas. Kucing yang mengalami kematian embrio atau fetus dapat dipengaruhi oleh adanya stress. Sehingga kucing bunting perlu dijaga agar tidak dalam keadaan distress. Resorbsi fetus dapat disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Salah satu virus yang menginfeksi yaitu Feline Leukaemia Virus FeLV, dimana virus tersebut juga menyebabkan abortus dan sindrom kepucatan anak kucing Arthur et al. 1996. Menurut Marrow 1980 bahwa biasanya kejadian macerasi terjadi pada tahap awal dan akhir kebuntingan. Kadang-kadang yang terdapat dalam uterus adalah sebagian kecil tulang bercampur nanah. Pada beberapa kasus, fetus yang telah mengalami kematian, dapat mengalami infeksi bakteri. Hal ini menyebabkan keadaan fetus yang busuk dalam rongga rahim yang diikuti discharge nanah, tulang fetus juga dalam keadaan hancur. 17 Macerasi fetus dapat terjadi pada beberapa spesies, walaupun kejadian paling sering pada hewan ternak. Macerasi fetus juga dapat terjadi akibat kegagalan dalam pengeluaran fetus yang mengalami abortus, dimana kemungkinan akibat inertia uteri. Bakteri dapat masuk ke dalam uterus melalui cervix yang mengalami dilatasi. Selain itu, terjadi pula keadaan busuk dan digesti dari jaringan lunak yang telah mengalami autolisis, serta tersisa patahan tulang fetus di dalam uterus. Tulang fetus terkadang mengelilingi dinding uterus, sehingga dapat menyulitkan proses pemindahan atau pengeluaran fetus dengan menggunakan teknik histerektomi Arthur et al. 1996. Diagnosa macerasi pada anjing dan kucing diperoleh melalui anamnesa, inspeksi, palpasi abdominal, gejala klinis dan pemeriksaan yang menggunakan USG maupun radiografi. Pada kebanyakan kasus, tidak ditemukan adanya discharge uterus pada vulva. Prognosa dari macerasi buruk, dimana emfisema fetus dan macerasi dapat menyebabkan perimetritis lokal atau ruptur uteri dengan penutupan rongga abdominal. Pada kasus tertentu, torsio uteri dapat menyebabkan kondisi macerasi pada ruminansia dan hewan multipara Roberts 1956. Tindakan medis yang diberikan pada penyakit macerasi adalah histerektomi atau histerotomi pada hewan multipara. Hal ini mengingat kapasitas reproduksi hewan multipara dan pemiliknya, sehingga fetus yang mengalami macerasi dapat dikeluarkan dan fetus yang masih hidup dapat dipertahankan. Antibiotika perlu diberikan pada hewan yang telah diberikan terapi, mengingat adanya infeksi bakteri pada saluran reproduksi tersebut. Jika hewan sudah kembali sehat maka hewan dapat bereproduksi kembali.

3. Mumifikasi