39.28 100.00 36.57 Dinamika Perubahan Disparitas Regional Di Pulau Jawa Sebelum Dan Setelah Kebijakan Otonomi Daerah

4.13 dapat dilihat bahwa di Provinsi DKI Jakarta sebagian besar rumah tangganya menggunakan minyak tanah dan gaselpiji sebagai bahan bakar utama untuk memasak, dengan persentase berturut-turut adalah 57.9 dan 34.2. Sedangkan beberapa jenis bahan bakar yang lain juga digunakan pada wilayah tersebut, meskipun dengan persentase yang relatif kecil. Sementara itu, di beberapa provinsi yang lain, seperti Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY, sebagian besar rumah tangganya masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar utama untuk memasak, dengan persentase masing-masing adalah 62.33, 56.43, dan 50.06. Sedangkan bahan bakar utama yang digunakan sebagian besar rumah tangga di Provinsi Jawa Barat dan Banten untuk memasak adalah minyak tanah. Tabel 4.13. Persentase Rumah Tangga di Masing-masing Provinsi di Pulau Jawa Berdasarkan Bahan Bakar Utama yang Digunakan untuk Memasak Tahun 2007 dalam Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Bahan Bakar Utama Yang Digunakan untuk Memasak Provinsi Listrik Gaselpiji Minyak tanah Arang briket Kayu Lainnya Jumlah DKI Jakarta 4.07 34.20 57.90 0.20 0.27 3.36 100.00 Jawa Barat 2.24 11.56 48.74 0.31 36.66 0.49 100.00 Jawa Tengah 1.41 8.90 26.25 0.42 62.33 0.69 100.00 DI Yogyakarta 2.54 16.70 23.25 0.51 50.07 6.93 100.00 Jawa Timur 1.51 6.83 34.08 0.32 56.44 0.82 100.00 Banten 2.47 16.52 45.46 0.31 34.37 0.87 100.00 Jawa 2.37

15.79 39.28

0.35 40.02

2.19 100.00

Indonesia 1.86

10.57 36.57

0.79 49.38

0.83 100.00

Sumber: Statistik Indonesia 2008; Diolah dari hasil Susenas. Kondisi Ekonomi Pengeluaran per Kapita Dalam menggambarkan kondisi ekonomi di suatu wilayah, pengeluaran per kapita seringkali dijadikan sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat yang dapat mencerminkan besarnya pendapatan income maupun personal income. Pengeluaran per kapita dapat dirinci menjadi 2 dua, yaitu pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan dan pengeluaran untuk konsumsi bahan bukan makanan. Pengeluaran per kapita penduduk untuk mengkonsumsi bahan makanan dan bukan makanan diasumsikan sebagai biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi berbagai produk baik pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan, penggunaan area terbangun dan pemanfaatan sumber-sumber energi. Berdasarkan data Susenas tahun 2007, dapat diketahui bahwa Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan tingkat pengeluaran per kapita tertinggi dengan rasio pengeluaran bahan makananbukan makanan paling rendah, yaitu 0.55. Tabel 4.14. Rasio pengeluaran per kapita untuk bahan makananbukan makanan dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Salah satu indikator dari tingkat kesejahteraan masyarakat adalah apabila pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan lebih tinggi dibandingkan konsumsi terhadap bahan makanan, sehingga rasio pengeluaran untuk bahan makananbukan makanan relatif kecil. Di antara keenam provinsi di Pulau Jawa, hanya terdapat dua provinsi yang rasio pengeluaran untuk konsumsi bahan makananbukan makanan-nya berada di bawah rata-rata Pulau Jawa, yaitu Provinsi DKI Jakarta dan DIY, sedangkan keempat provinsi yang lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Banten memiliki nilai rasio yang cukup tinggi. Tabel 4.14. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan di Masing-masing Provinsi di Pulau Jawa dalam Rupiah Tahun 2007 Pengeluaran Rata-rata per Kapita Rpbulan Provinsi Bahan Makanan Bukan Makanan Jumlah Rasio Bahan MakananBukan Makanan DKI Jakarta 272,821 500,586 773,407 0.55 Jawa Barat 180,512 186,750 367,263 0.97 Jawa Tengah 140,609 140,756 281,365 1.00 DI Yogyakarta 163,292 227,348 390,639 0.72 Jawa Timur 143,502 151,834 295,336 0.95 Banten 196,907 234,190 431,097 0.84 Jawa 182,941 240,244 423,185 0.76 Indonesia 174,025 179,396 353,421 0.97 Sumber: Susenas 2007. Data Susenas menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran rata-rata per kapita di Pulau Jawa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan tekanan penduduk di Pulau Jawa yang mendorong terjadinya peningkatan atas permintaan terhadap bahan makanan dan bukan makanan, sehingga lebih lanjut berdampak pada kenaikan harga barang-barang tersebut. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi barang-barang tersebut juga akan semakin meningkat Tabel 4.15. Di Pulau Jawa, besarnya konsumsi untuk bahan makanan dari tahun ke tahun cenderung semakin menurun. Tabel 4.15. Jumlah Total dan Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan untuk Konsumsi Makanan di Pulau Jawa Menurut Provinsi Tahun 2002, 2005 dan 2007 Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Rpbulan untuk Konsumsi Makanan dan Bukan Makanan Konsumsi Makanan Provinsi 2002 2005 2007 2002 2005 2007 DKI Jakarta 481,585 658,764 773,407 40.53 37.72 35.28 Jawa Barat 209,078 296,283 367,263 59.16 50.42 49.15 Jawa Tengah 172,686 228,602 281,365 59.31 52.61 49.97 DI. Yogyakarta 231,885 367,297 390,639 50.41 40.13 41.8 Jawa Timur 186,665 253,183 295,336 57.87 50.75 48.59 Banten 260,237 343,538 431,097 56.62 48.98 45.68 Jawa 257,023 357,945 423,185

53.98 46.77