55.64 Indonesia 68.5 Dinamika Perubahan Disparitas Regional Di Pulau Jawa Sebelum Dan Setelah Kebijakan Otonomi Daerah

nilai di atas rataan nasional, Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan nilai rata-rata lama sekolah yang tertinggi, meskipun besarnya hanya mencapai 10.4 tahun 2005 dan 10.7 tahun 2006. Nilai ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk di Jakarta berpendidikan setingkat SLTA, sedangkan di provinsi lainnya kecuali di Provinsi DIY, penduduknya rata-rata berpendidikan setingkat SLTP. Dengan fakta tersebut, sebenarnya tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia khususnya Pulau Jawa relatif masih rendah, meskipun bila dibandingkan dengan pulau yang lain, Jawa masih lebih unggul. Kapasitas SDM merupakan salah satu kunci pembangunan, sehingga hal ini menjadi tantangan yang harus dijawab melalui proses pembangunan wilayah di Pulau Jawa. Provinsi DKI Jakarta dan DIY memiliki nilai rata-rata lama sekolah yang lebih baik karena keduanya mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang cukup memadai. Selanjutnya ditinjau dari angka partisipasi sekolah berdasarkan kelompok umur 1 menunjukkan bahwa kondisi partisipasi sekolah penduduk di Pulau Jawa memiliki kemiripan karakteristik. Pada kelompok umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun angka partisipasi sekolah cukup baik pendidikan setingkat SD dan SLTP dan selanjutnya besarnya persentase angka tersebut semakin menurun secara signifikan pada kelompok umur 16-18 tahun dan 19-24 tahun pendidikan setingkat SLTA dan Perguruan Tinggi. Angka partisipasi sekolah yang paling baik terdapat di Provinsi DIY, yang ditunjukkan dengan nilai persentasenya yang paling tinggi dibandingkan kelima provinsi lainnya di Pulau Jawa pada semua kelompok umur, sebagaimana yang disajikan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Usia Sekolah di Masing-masing Provinsi di Pulau Jawa dalam Angka Partisipasi Sekolah Provinsi 7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 tahun DKI Jakarta 98.46 90.76 60.26 15.84 Jawa Barat 97.64 79.70 45.62 8.88 Jawa Tengah 98.47 83.41 51.31 9.26 D.I.Yogyakarta 99.35 90.55 71.18 39.71 Jawa Timur 98.22 85.99 56.79 10.28 Banten 97.36 80.35 48.65 10.36 Jawa 98.25

85.13 55.64

15.72 Sumber: BPS 2007. 1 Merujuk pada jenjang pendidikan maka penduduk usia sekolah biasanya dikelompokkan ke dalam empat 4 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun SD, 13-15 tahun SLTP, 16-18 tahun SLTA dan 19-24 tahun Perguruan Tinggi. Tingginya angka partisipasi sekolah di Provinsi DIY sudah dapat diduga karena memang kebanyakan orang datang ke wilayah tersebut untuk menempuh pendidikan, terutama pendidikan menengah dan tinggi selain juga untuk tujuan wisata. Sementara itu, kondisi belum optimalnya angka partisipasi sekolah di beberapa provinsi lain di Pulau Jawa menuntut adanya perbaikan, sehingga kapasitas dan kualitas SDM di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa semakin meningkat. Kesehatan Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Pentingnya pembangunan bidang kesehatan ini paling tidak tercermin dari deklarasi Millenium Development Goals MDGs dimana lebih dari sepertiga indikatornya menyangkut bidang kesehatan. Berdasarkan informasi dari dokumen Proyeksi Penduduk Indonesia tahun 2000-2025, angka kematian bayi di Pulau Jawa secara umum masih berada di bawah rataan nasional. Namun demikian, ada dua provinsi yang memiliki nilai di atas rataan nasional, yaitu Provinsi Jawa Barat dan Banten Tabel 4.8. Tabel 4.8. Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup pada Masing- masing Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2005 dan 2006 Angka Kematian Bayi Angka Harapan Hidup Provinsi 2000 2005 2005 2006 DKI Jakarta 18 14 72.5 72.6 Jawa Barat 42 33 67.2 67.4 Jawa Tengah 33 25 70.6 70.8 DI Yogyakarta 18 14 72.9 73.0 Jawa Timur 37 29 68.5 68.6 Banten 50 39 64.0 64.3 Jawa 33 26 69.3

69.5 Indonesia

41 32

68.1 68.5

Sumber: BPS 2007. Dari data Tabel 4.8 di atas terlihat bahwa dominannya aktivitas ekonomi dan memusatnya penduduk di Kawasan Jabodetabek telah diwarnai dengan permasalahan-permasalahan kependudukan seperti angka kematian bayi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi salah satu indikasi bahwa telah terjadi urbanisasi secara berlebihan di Kawasan Jabodetabek sehingga tingginya aktivitas ekonomi di satu sisi diikuti oleh semakin menurunnya kesejahteraan di sisi yang lain. Berdasarkan dokumen yang sama, angka harapan hidup di Pulau Jawa secara umum berada di atas nilai rataan nasional. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di Provinsi Jawa Barat dan Banten angka harapan hidupnya lebih rendah daripada nilai rataan nasional Tabel 4.8. Indikator lain terkait bidang kesehatan yang dihasilkan dari Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional adalah persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan. Dari Tabel 4.9, dapat diketahui bahwa secara umum hampir setiap tahun tahun 2002-2007 besarnya persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan masih berada di atas nilai rataan nasional. Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun, besarnya persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan di Pulau Jawa cenderung meningkat, meskipun pada tahun 2003 dan 2005 angka ini mengalami penurunan. Tabel 4.9. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu di Masing-masing Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2002 hingga 2007 dalam Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu Provinsi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 DKI Jakarta 28.91 27.61 29.90 25.29 31.38 32.16 Jawa Barat 24.71 22.93 24.14 24.36 25.91 28.89 Jawa Tengah 30.98 29.30 29.38 27.06 27.91 28.49 D.I.Yogyakarta 1 34.54 34.25 37.81 32.73 44.39 38.41 Jawa Timur 29.50 27.12 30.65 29.11 29.40 30.12 Banten 22.07 17.17 20.08 19.45 25.40 29.53 Jawa 28.45

26.40 28.66