3. Surat Tagihan Pajak
Sesuai dengan Pasal 14 Undang-Undang KUP, Surat Tagihan Pajak dapat diterbitkan oleh Dirjen Pajak apabila :
a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung. c.
Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga. d.
Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, yang tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. e.
Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur Pajak atau pengusaha yang telah dikukuhkan sebagaimana
Kena Pajak tetapi tidak membuat atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak.
Surat Tagihan Pajak membuat kekuatan hukum yang sama denga Surat Ketetapan Pajak, sehingga dalam penagihannya dapat dilakukan dengan paksa.
4. Surat Keputusan Pembetulan
Menurut Pasal 16 Undang-Undang KUP, Dirjen Pajak karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat membetulkan Surat Ketetapan Pajak atau atas
permohonan wajib pajak yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan perundang-
undangan perpajakan. Pembetulan dapat dilakukan oleh Dirjen Pajak, baik atas permohonan wajib pajak maupun secara jabatan.Apabila kesalahan maupun
kekeliruan ditemukan, baik oleh fiskus maupun berdasarkan permohonan wajib pajak, maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus dibetulkan.
5. Surat Keputusan Keberatan
Menurut Pasal 25 Undang-Undang No.16 Tahun 2000 Tentang KUP, bahwa wajib pajak dalam mengajukan keberatan hanya kepada Dirjen Pajak atas :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB.
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan atau
pemungutan pajak tidak sebagaimana semestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya pada Dirjen Pajak. Pengajuan Keberatan
tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
6. Putusan Banding
Apabila wajib pajak merasa tidak puas atas jawaban keputusan keberatan yang diterbitkan oleh fiskus, wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan banding,
sesuai dengan Pasal 27 UU No. 16 Tahun 2000.Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajakterhadap keputusan
mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan
pajak.
7. Jatuh Tempo Pembayaran
Dalam buku KUP oleh Rudy suhartono dan Wirawan B. Ilyas 2010;140 Penentuan tanggal jatuh tempo dalam penerbitan Surat Teguran sangat penting
karena tanggal jatuh tempo menunjukkan timbulnya utang pajak dan juga mulai timbulnya wewenang melakukan penagihan pajak.
1 Menurut Undang-Undang No.16 Tahun 2000 tentang KUP, Surat Tagihan
Pajak STP, Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi
dalam jangka waktu satu bulan sejak diterbitkan. 2
Bagi Wajib Pajak usah kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang – undangan perpajakan, jangka
waktu pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 dua bulan.
3 Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan SPT PBB harus dilunasi
dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib Pajak. 4
SKPKB, SKPKBT, STP, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali
dalam Bea atas Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan, yang menyebabkan jumlah Bea yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi
dalam jangka waktu 1 satu bulan sejak tanggal diterima oleh Wajib Pajak. 5
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas SKPKBSKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak yang tidak disetunjui dalam pembahasan
akhir hasil pemerikasaan, tertangguh sampai dengan 1 satu bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.
6 Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding atas Surat Keputusan
Keberatan sehubungan SKPKBSKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai dengan 1 satu bulan sejak tanggal penerbitan Putusan
Banding.
44
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A.
Perbandingan Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan dengan Jumlah Wajib Tunggakan Pajak
Sebelum penulis membandingkan antara jumlah Surat Teguran yang diterbitkan dengan jumlah Tunggakan Pajak, ada baiknya penulis menyajikan tentang
pelaksanaan Surat Teguran itu terlebih dahulu karena hal ini menyangkut mengenai Prosedur Pengeluaran Surat Teguran tersebut oleh Kantor Pelayanan Pajak Medan
Polonia. I.
Pelaksanaan Surat Teguran merupakan bagian dari tindakan penagihan yang dikenal sebagai tindakan penagihan aktif persuasif, yaitu untuk
menghimbau wajib pajak atau memberi kesempatan bagi wajib pajak yang beritikad baik untuk melunasi tunggakan pajaknya yang tercantum dalam
Surat Tagihan Pajak STP, Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT,
Surat Keputusan Pembetulan SKP, Surat Keputusan Keberatan SKK, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo. Dengan kata lain Surat Teguran yang dikeluarkan setelah melampaui waktu tujuh
7 hari dari saat jatuh tempo yang tercantum pada nota perhitungan,
bertujuan supaya segera melunasi utang pajaknya sebelum dilakukan tindakan penagihan berikutnya.
Kantor Pelayanan Pajak menyimpan arsip Surat Teguran di dalam berkas.Jika Surat Teguran ini tidak ditemui lagi atau hilang, sesuai dengan SE Dirjen.Pajak No.
SE-29PJ.741989 Tanggal 25 Juli 1989, diterbitkan kembali Surat Teguran Pertama salinan sebagai arsip dengan nomor dan tanggal yang sama, dan dibuat sesuai
dengan Buku Surat Teguran. Jika nomor, tanggal, bulan, dan tahun Surat Teguran tidak dapat diketahui, maka dibuatkan Surat Teguran Baru, karena dianggap belum
pernah dibuatkan Surat Teguran.
II. Prosedur Pengeluaran Surat Teguran 1
Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk melakukan penerbitan Surat Teguran atas dasar penagihan pajak
yang telah melewati jangka waktu pelunasan. 2
Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan Jurusita Pajak untuk melakukan penerbitan Surat Teguran atas dasar
penagihan pajak yang telah melewati jangka waktu pelunasan. 3
Pelaksana Seksi Penagihan Jurusita Pajak melakukan penelitian kemudian menyusun dan menyerahkan konsep Surat Teguran kepada
Kepala Seksi Penagihan. Dalam melakukan penelitian, Pelaksana Seksi Penagihan Jurusita Pajak melakukan koordinasi antar seksi
terkait, contohnya dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk
memperoleh data yang valid tentang nama dan alamat wajib pajak, laporan hasil pemeriksaan dan nota perhitungan, dan status pengajuan
keberatan atau pengajuan permohonan banding. Pelaksana Seksi Penagihan Jurusita Pajak juga dapat melakukan koordinasi dengan
Seksi Pelayanan untuk mendapatkan data surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak.
4 Beberapa ketentuan terkait dengan penerbitan Surat Teguran adalah
sebagai berikut: A.
Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan dan tidak mengajukan permohonan banding, pelunasan atas jumlah pajak
yang belum dibayar dilakukan paling lama 1 satu bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan.
B. Dalam hal wajib pajak mengajukan permohonan banding,
pelunasan atas jumlah pajak yang belum dibayar dilakukan paling lama 1 satu bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
C. Dalam hal wajib pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih
harus dibayar dalam pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi, pelunasan atas jumlah pajak
yang masih harus dibayar dilakukan paling lama 1 satu bulan sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
D. Dalam hal wajib pajak usaha kecil dan wajib pajak di daerah
tertentu menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi, pelunasan atas jumlah pajak yang masih
harus dibayar dilakukan paling lama 2dua bulan sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
E. Dalam hal wajib pajak tidak melunasi jumlah pajak yang masih
harus dibayar dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a,huruf b,huruf c,dan huruf d, pajak yang masih harus dibayar
tersebut ditagih dengan terlebih dahulu menerbitkan Surat Teguran. F.
Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada huruf e disampaikan setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran
sebagaimana dimaksud pada huruf a,huruf b, huruf c, dan huruf d. G.
Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan wajib pajak tidak mengajukan keberatan, Surat Teguran
disampaikan setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan.
H. Dalam hal wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh
jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan
wajib pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan, Surat Teguran disampaikan setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pengajuan permohonan banding.
I. Apabila sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak dikenakan
sebagai akibat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak, yang pajak terutangnya tidak disetujui oleh wajib pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan atas Surat Ketetapan Pajak diajukan keberatan dan atau
banding, tindakan penagihan atas Surat Tagihan Pajak tersebut ditangguhkan sampai dengan Surat Ketetapan Pajak tersebut
mempunyai kekuatan hokum tetap.
5 Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf kemudian menyerahkan
konsep Surat Teguran kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 6
Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani kemudian menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk menatausahakan
dan mengirim Surat Teguran kepada wajib pajak. 7
Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan atau Jurusita Pajak untuk menatausahakan dan mengirimkan Surat Teguran
kepada wajib pajak. 8
Pelaksana Seksi Penagihan atau Jurusita Pajak menatausahakan dan mengirimkan Surat Teguran kepada wajib pajak.
9 Proses selesai.
Di bawah ini adalah penyajian data sesuai dengan masalah yang penulis bahas dalam laporan ini :
TABEL 1 : Perbandingan Jumlah Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran
Yang Telah Diterbitkan No. Tahun Tunggakan Pajak
Penerbitan Surat Teguran
Persentase
Lbr Rp
Lbr Rp
1. 2012