Tindakan Penagihan Pajak Dimulai dengan Menerbitkan Surat Teguran

B. Tindakan Penagihan Pajak Dimulai dengan Menerbitkan Surat Teguran

Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan , melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Tujuan pelaksanaan penagihan pajak adalah guna pelunasan utang pajak oleh wajib pajak.Oleh karena itu, rangkaian tindakan penagihan pajak oleh fiskus harus diarahkan guna terpenuhinya tujuan tersebut. Rangkaian tindakan pajak yang dilakukan oleh fiskus pada dasarnya mencakup tiga kelompok kegiatan,yaitu : 1. Pemantauan pembayaran pajak 2. Penagihan yang bersifat aktif 3. Penagihan dengan Surat Paksa. Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa diawali dengan penerbitan Surat Teguran, Surat Peringatan, atau surat lain yag sejenis oleh pejabat yang berwenang atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah 7 tujuh hari sejak jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran, Surat Peringatan, atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya sebelum Surat Paksa diterbitkan. Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya. Terhadap wajib pajak yang karena satu dan lain hal diberikan keleluasan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak tidak akan diberikan Surat Teguran walaupun tanggal jatuh tempo pembayaran pajak telah terlampaui dan wajib pajak belum melunasi utang pajaknya. Hal ini wajar karena wajib pajak tersebut akan menanggung beban tambahan berupa bunga sesuai dengan ketentuan yang berlaku terhadap keterlambatan pembayaran tersebut. Tetapi keterlambatan tersebut adalah atas sepengetahuan dan persetujuan fiskus sehingga terhadapnya tidak akan diberikan Surat Teguran karena pada dasarnya wajib pajak tersebut memiliki kepatuhan membayar pajak tetapi tidak bisa segera melakukan kewajibannya karena kondisi keuangannya kurang baik. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat 21 hari sejak Surat Teguran diterbitkan, maka pejabat segera menerbitkan Surat Paksa. Hal ini dapat dilihat pada Undang-Undang No.19 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang mana tersirat makna bahwa tindakan penagihan dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran. Yang diperkuat dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-20PJ1995 tentang Jadwal Waktu Penagihan Pajak yaitu Pasal 1 dan Pasal 2 berikut : Pasal 1 1 Pengeluaran Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan segera setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayaran dari jumlah pajak yang masih harus dibayar. 2 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah tanggal Surat Teguran, wajib pajak atau penanggung pajak harus melunasi pajaknya. 3 Surat Teguran sebagaimana yang dimaksud ayat 1 dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Pajak 2 1 Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran, maka jumlah pajak yang masih harus dibayar dapat ditagih dengan Surat Paksa 2 Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 hari sejak tanggal Surat Teguran. Mengenai Tindakan Penagihan dapat dilihat dari Keputusan Menteri Keuangan No. 147KMK.041998 Tanggal 27 Februari 1998 yaitu dilakukan apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Keputusan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan SKP, Surat Keputusan Keberatan SKK, Pusat Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah lewat jatuh tempo. Surat Teguran juga berfungsi sebagai alat untuk menangguhkan “Kadaluarsa Penagihan Pajak” seperti yang disebutkan dalam pasal 22 ayat 1 Undang-Undang No.16 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang No.9 Tahun 1994, yaitu hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, kadaluarsa setelah lewat waktu 10 tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Tabel : Proses Penagihan Pajak Proses penagihan pajak menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas 2010:80 Urutan Tahapan Kegiatan Penagihan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Dasar Hukum 1. Penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis. Setelah 7 tujuh hari sejak saat jatuh tempo utang pajak penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya. Pasal 8 s.d 11 Permenkeu Nomor 24PMK.032008 2. Penerbitan Surat Paksa Sudah lewat Pasal 7 UU 21dua puluh satu hari sejak diterbitkanya Surat teguran surat peringatan dan penanggung pajak tidak melunasi utang pajak Nomor 192000 dan pasal 15 s.d 23 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24 PMK.032008 3. Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Setelah lewat 2x24 jam Surat Paksa diberitahukan kepada penanggung pajak dan utang pajak belum dilunasi. Pasal 12 UU Nomor 192000 4. Pengumuman lelang. Setelah lewat waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan Pasal 26 Peraturan Menteri Keuangan Nomor penyitaan dan penanggung pajak tidak melunasi utang pajak. 24PMK.03.2008 5. Penjualan pelelangan barang sitaan. Setelah lewat waktu 14 empat belas hari sejak pengumuman lelang dan penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya. Pasal 26 UU Nomor 192000 dan pasal 28 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24PMK.03.2008

C. Pentingnya Surat Teguran Dalam Mencairkan Tunggakan Pajak