Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkunganya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada tingkat pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya. Arsyad, 1996. Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah adalah melakukan proses belajar mengajar. Secara garis besar, ada dua komponen yang mempengaruhi proses belajar mengajar, yaitu faktor internal dan eksternal, Faktor internal terdapat dalam diri siswa seperti minat, motivasi serta kemampuan. Sedangkan faktor eksternal adalah yang mempengaruhi siswa dalam belajar, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan kesenian yang membutuhkan kedua komponen tersebut untuk dapat membangun, merangsang dan mengembangkan sensitivits, antuanisme, minat dan kreativitas siswa. Pada dasarnya pendidikan kesenian bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesenian, ketrampilan dalam mengapresiasikan seni serta mampu mengembangkan kesenian, memiliki sifat positif dalam menghargai karya seni dan berperan aktif dalam membina serta mengembangkan usaha-usaha kesenian baik untuk sendiri maupun lingkunganya, seperti di ungkapkan oleh Dieter Mack 2001:151 Bangsa yang unggul dan kreatif adalah bangsa yang mampu bersaing dan mampu mengantisipasi segala macam perubahan dan persaingan yang ada Sumaryanto, 2010:4. Sebagai negara berkembang Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberi sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta kesejahteraan bangsa pada umumnya. Pada saat ini banyak orang berlomba- lomba untuk menjadi lebih pintar dan berguna untuk orang-orang di sekitarnya dengan cara mengengejar pendidikan yang tinggi seperti melanjutkan di perguruan tinggi. Akan tetapi, pendidikan yang tinggi saja tidak akan cukup tanpa adanya kreativitas. Melihat biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itu mahal, tidak sedikit pula orang yang berpendidikan rendah. Dengan pendidikan yang rendah ini tidaklah menjadi masalah dan kendala dalam kehidupan jika di iringi dengan kreativitas. Di SMK TEXMACO Pemalang, pelajaran seni musik yang submateri dari mata pelajaran seni budaya menggunakan botol bekas sebagai media dalam pembelajaran musik. Botol diisi air sedemikian rupa kemudian ditiup sehingga menimbulkan nada. Ketinggian air dalam botol disesuaikan agar menimbulkan nada do-re-mi-fa-sol-la-si-do, makin sedikit air didalam botol makin rendah nada yang dihasilkan begitu juga sebaliknya semakin tinggi air didalam botol semakin tinggi nadanya. Untuk pengiring musik tiup botol yaitu dengan menggunakan media laptop dengan program Gitar Pro. Penggunaan botol sebagai media pembelajaran musik di sekolah khususnya di daerah Pemalang hanya terdapat di SMK TEXMACO. Inilah yang membuat perbedaan dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain karena memanfaatkan barang bekas berupa botol dapat dijadikan media pembelajaran musik sekaligus membuktikan bahwa untuk pembelajaran musik tidak harus menggunakan alat musik pada umumnya tetapi juga bisa menggunakan barang bekas seperti botol sehingga ada keunikan tersendiri. Berbagai prestasi yang pernah diraih SMK TEXMACO khususnya yang berhubungan musik antara lain: juara 2 Honda Festival, tampil corps Drumband Hari jadi 17 Agustus acara besar Nasional di kabupaten Pemalang. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti skripsi dengan judul: “Pembelajaran Seni Musik Melalui Media Botol Bekas di SMK Texmaco Pemalang”.

1.2 Rumusan Masalah