Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia terbagi menjadi dua sistem. Pertama, sistem perbankan konvensional yang mendominasi dengan sistem bunga. Kedua adalah sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam berlandaskan pada Al- Qur’an dan Hadits yang identik dengan bagi hasil. Sistem ini juga memiliki fungsi yang sama dengan bank konvensional yaitu sebagai perantara jasa keuangan financial intermediary yang memiliki tugas pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Pengembangan perbankan yang didasarkan pada konsep dan prinsip ekonomi islam merupakan suatu inovasi dalam sistem perbankan internasional dan dalam beberapa tahun terakhir sedang mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan adanya restrukturisasi institusi keuangan atau perbankan dengan menggunakan konsep islam di beberapa negara seperti Mesir, Malaysia, Iran, Pakistan termasuk di beberapa negara Eropa seperti Denmark, Luxemburg, Switzerland dan Inggris. Jika kita melihat kembali ke belakang, sejak pertengahan 1970-an perbankan islam telah meluas di sekitar 70 negara meliputi sebagian negara muslim. Sebagai contoh, Faisal Islamic Bank Mesir yang didirikan pada tanggal 27 Agustus 1977 di Kairo telah mencatat keberhasilan dengan total asset lebih dari 500 juta di beberapa provinsi di Mesir Amin, 2007:34. Melihat adanya perkembangan perbankan syariah di beberapa negara tersebut, secara tidak langsung membawa perubahan terhadap perkembangan perbankan syariah di Indonesia Surbakti, 2005:2. Jumlah perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat seiring hadirnya fatwa Majelis Ulama Indonesia pada 6 Desember 2003 mengenai status hukum bunga bank menjadi haram. Ini menjadi alasan peneliti dalam memilih kurun waktu penelitian pada periode Maret 2004- Juni 2015. Selain itu, pada tahun 2008 pemerintah mengeluarkan Undang- Undang No. 21 tentang Perbankan Syariah yang memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Bahkan berdasarkan hasil survei Islamic Finance Country Index dari Global Islamic Finance Report, industri keuangan syariah di Indonesia telah menorehkan prestasi dengan menempati peringkat keempat industri keuangan syariah dunia yang dinilai dari ukuran- ukuran tertentu dan bobot yang bervariasi, seperti jumlah lembaga keuangan syariah, izin pengaturan syariah, besarnya volume industri, edukasi dan budaya, serta kelengkapan infrastruktur juga semakin meneguhkan eksistensi perbankan syariah di Indonesia Infobank, 2011. Berikut adalah tabel perkembangan perbankan syariah di Indonesia selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2014: Gambar 1.1. Jumlah Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2004-2014 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015, Diolah Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa jumlah perbankan syariah selalu meningkat dan memiliki tren positif dalam pertumbuhannya. Jika pada tahun 2004 hanya ada 3 Bank Umum Syariah, 15 Unit Usaha Syariah dan 88 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada tahun 2014 jumlah perbankan syariah telah mencapai 197 dengan jumlah BUS 12, UUS 22 dan jumlah BPRS 163 atau naik 85,85. Selanjutnya, untuk mengetahui peran perbankan syariah dalam menyalurkan kredit, dapat dilihat dari total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah serta jenis pembiayaan atau akadnya. Berikut adalah tabel komposisi pembiayaan yang diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah: 3 3 3 3 5 6 11 11 11 11 12 15 19 20 25 27 25 23 24 24 23 22 88 92 105 114 131 139 150 155 156 163 163 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BUS Bank Umum Syariah UUS Unit Usaha Syariah BPRS Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2007-2014 Triliun Rupiah Pembiayaan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pemb. Mudharabah 5,578 7,411 10,412 8,631 10,229 12,023 13,625 14,354 Pemb. Musyarakah 4,406 6,205 6,597 14,624 18,96 27,667 39,874 49,387 Pemb. Murabahah 16,553 22,486 26,321 37,508 56,365 88,004 110,57 117,37 Pemb. Salam Pemb.Istishna 0,351 0,369 0,423 0,347 0,326 0,376 0,582 0,633 Pemb. Ijarah - 0,765 1,305 2,341 3,839 7,345 10,481 11,62 Pemb. Qardh - 0,959 1,829 4,731 12,937 12,09 8,995 5,965 Lainnya 1,056 TOTAL 27,94 38,20 46,89 68,18 102,66 147,51 184,13 199,33 Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2015, Diolah Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah penyaluran pembiayaan perbankan syariah selalu mengalami kenaikan, dari 2007 sejumlah 27,94 triliun menjadi 199,33 triliun pada 2014. Untuk jenis pembiayaannya masih didominasi oleh pembiayaan Murabahah, dari tahun ke tahun pun mengalami peningkatan yaitu tahun 2007 tercatat sejumlah 16,553 triliun dan 2014 tercatat mencapai angka 117,37 triliun kemudian disusul oleh pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, pembiayaan ijarah, pembiayaan qardh dan pembiayaan istishna. Kenaikan yang terjadi pada pembiayaan murabahah ini terus terjadi setiap tahunnya. Selain itu, pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang memiliki nominal paling tinggi dari jenis pembiayaan lainnya. Hal ini dikarenakan produk pembiayaan murabahah merupakan produk yang mirip dengan produk pembiayaan kredit berbunga flat pada bank non syariah atau bank konvensional www.adln.lib.unair.ac.id. Bank Indonesia mengartikan pembiayaan murabahah adalah perjanjian pembiayaan berupa transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli. Berikut gambar pertumbuhan 3 jenis pembiayaan yang memberikan kontribusi terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan BUS dan UUS: Gambar 1.2. Perkembangan Pemb. Murabahah, Musyarakah dan Mudharabah BUS dan UUS Tahun 2007-2014 Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2015, Diolah Jika dilihat dari perkembangan 3 jenis pembiayaan terbesar dari tabel sebelumnya, total pembiayaan dengan prinsip bagi hasil Mudharabah dan Musyarakah terlihat tidak lebih dari setengah pembiayaan murabahah. Hal tersebut merupakan sebuah fenomena yang menarik karena pembiayaan murabahah dapat diartikan sebagai pembiayaan yang memberikan kontribusi terbesar bagi jumlah pembiayaan BUS dan UUS yang disalurkan kepada nasabah. 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Akad Murabahah Akad Musyarakah Akad Mudharabah Fenomena ini juga terjadi pada Bank umum syariah pertama di Indonesia yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk, yang nantinya Bank Umum Syariah ini menjadi objek penelitian dalam penelitian ini. Bank tersebut merupakan bank yang relatif lebih dulu dan lebih lama beroperasi dibanding bank-bank umum syariah lainnya sehingga kecukupan data dapat terpenuhi. BMI merupakan bank milik masyarakatswasta dimana teknis operasinya lebih banyak didorong oleh pertimbangan ideologis dan ekonomis, beda dengan bank milik pemerintah yang operasionalnya sering didominasi pertimbangan politis atau kepentingan pemerintahpenguasa Pratin dan Adnan, 2005:39. Pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pada tanggal 1 November 1991 tidak terlepas dari peran Majelis Ulama Indonesia MUI dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI yang telah mempersiapkan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk sebagai badan hukum yang sah dan dapat diizinkan mengoperasikan kegiatan perbankan Pratin dan Adnan, 2010:56. Sejalan dengan perkembangan bank syariah di Indonesia, pembukuan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia juga mengalami peningkatan yang signifikan, pada akhir tahun 2007 dengan total aset yang mencapai Rp10,6 triliun maka posisi Bank Muamalat adalah sebagai salah satu bank syariah terbesar dimana total aset perseroan mencapai 28,9 terhadap total aset bank syariah nasional. Perkembangan di sisi penyaluran pembiayaan juga menunjukkan posisi Bank Muamalat yang kuat di tengah industri bank syariah nasional. Pangsa pasar pembiayaan Bank Muamalat Indoensia terhadap total pembiayaan bank syariah nasional mencapai 30,8 atau mencapai Rp8,6 triliun dibandingkan dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah nasional yang mencapai Rp 26,1 triliun pada akhir tahun 2007 Arianti dan Muharam, 2011:3. Berikut adalah tabel ikhtisar keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pada tahun 2005 – 2009: Tabel 1.2 Ikhtisar Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Tahun 2005-2009 Miliar Rupiah Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Total Aktiva 7.427,05 8.370,59 10.578,66 12.610,85 16.027,18 Total Pembiayaan 5.887,74 6.628,09 8.618,05 10.517,86 11.428,01 Total DPK 5.750,23 6.837,43 8.691,33 10.073,96 13.316,90 Total Modal Disetor 492,79 492,79 492,79 492,79 492,79 Total Ekuitas 763,41 786,44 824,92 941,09 898,04 Sumber: Laporan Tahunan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 2009 Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia mengalami pertumbuhan bisnis yang positif atau terus membaik dari tahun ke tahun. Dilihat dari Total Aktiva, Total Pembiayaan dan Total Modal yang disetor selalu mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2009. Total aktiva dengan jumlah 7.427,05 pada tahun 2005 menjadi 16.027,18 pada tahun 2009 atau naik 115,80, Total pembiayaan dengan jumlah 5.887,74 tahun 2005 menjadi 11.428,01 pada tahun 2009 atau naik 94,10 Sedangkan untuk total DPK naik dari 5.750,23 pada tahun 2005 menjadi 13.316,90 pada tahun 2009 atau naik sebesar 131,59. Pengendalian laju pertumbuhan bank tentu memerlukan informasi mengenai faktor faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya informasi mengenai faktor faktor yang mempengaruhi bank dalam menyalurkan pembiayaannya, ini dikarenakan perbankan syariah merupakan lembaga intermediasi sehingga pembiayaan merupakan fungsi utama dari perbankan syariah. Menurut Katmas 2012:3 penyaluran pembiayaan ada banyak faktor yang mempengaruhinya baik internal faktor yang berasal dari dalam bank maupun eksternal faktor di luar bank. Faktor internal bisa dilihat melalui kesehatan bank dalam menyalurkan pembiayaan, ini karena bank yang sehat lebih berpeluang menyalurkan pembiayaan dengan baik dibandingkan dengan bank tidak sehat. Untuk melihat apakah suatu bank sehat atau tidak, dapat diukur melalui kinerja keuangan yang ada dalam laporan keuangan. Dalam Surat Edaran BI No.924DPbs disebutkan penilaian tingkat kesehatan bank dipengaruhi faktor CAMELS Capital, Asset Quality, Manajement, Earning, Liquidity, dan Sensitivity . Aspek Capital meliputi Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM atau Capital Adequacy Ratio CAR, aspek Assets meliputi Non Performing Finance NPF, Aspek Earning meliputi Return On Equity ROE, Return On Asset ROA, dan Operational Efficiensy Ratio BOPO, dan aspek Liquidity meliputi Financing To Deposite ratio FDR. Beberapa rasio keuangan yang sering digunakan untuk menilai kondisi internal perusahan antara lain: rasio permodalan bank yaitu Capital Adequacy Ratio CAR, rasio profitabilitas bank yaitu Return On Asset ROA, rasio aset bank yaitu Non Performing Finance NPF dan rasio likuiditas bank yaitu Fianncing To Deposite ratio FDR. Secara singkat CAR adalah kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi, sedangkan ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan laba, NPF adalah kredit bermasalah dan FDR dapat diartikan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan. Tabel 1.3 Komposisi Pembiayaan Murabahah, CAR, ROA, FDR dan NPF PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode Triwulan Maret 2004- Juni 2015 Tahun Bulan Pembiayaan Murabahah Juta Rupiah CAR ROA FDR NPF Inflasi 2004 Maret 1.358.007 12.36 2.35 81.70 3.07 4,84 Juni 1,608,451 14.04 2.77 115.95 2.12 6,41 September 1,821,290 13.11 2.26 110.19 2.21 6,71 Desember 1,898,484 12.17 1.80 86.03 2.99 6,27 2005 Maret 2,664,167 11.72 2.54 87.33 2.15 7,76 Juni 3,104,567 18.08 2.74 87.73 2.25 7,65 September 3,613,293 16.35 2.85 92.29 2.62 8,41 Desember 3,824,720 16.33 2.53 89.08 2.00 17,79 2006 Maret 3,819,270 16.88 2.95 92.00 2.01 16,90 Juni 4,187,814 15.40 2.60 91.24 2.99 15,51 September 4,190,864 14.65 2.36 87.29 3.50 14,87 Desember 4,014,624 14.56 2.10 83.60 4.84 6,05 2007 Maret 3,914,045 15.28 3.26 90.51 2.70 6,36 Juni 4,699,464 13.00 3.03 97.06 3.93 6,02 September 5,281,593 11.45 2.41 102.87 4.96 6,51 Desember 5,281,594 10.79 2.27 99.16 1.33 6,73 2008 Maret 5,182,961 11.63 3.04 95.73 1.61 7,64 Juni 5,906,135 11.63 4.82 9.64 3.72 10,12 Tahun Bulan Pembiayaan Murabahah Juta Rupiah CAR ROA FDR NPF Inflasi September 6,334,642 11.34 2.62 106.39 3.88 11,96 Desember 6,409,319 11.41 2.60 104.41 3.85 11,50 2009 Maret 6,059,593 12.29 2.76 98.44 5.82 8,56 Juni 5,961,587 11.22 1.83 90.27 3.23 5,67 September 5,961,588 10.85 0.53 92.93 7.32 2,76 Desember 6,005,391 11.15 0.45 85.82 4.10 2,59 2010 Maret 6,471,239 10.52 1.48 99.47 5.83 3,65 Juni 6,978,378 10.12 1.07 103.71 3.93 4,37 September 7,474,754 14.62 0.81 99.68 3.36 6,15 Desember 8,530,159 13.32 1.36 91.52 3.51 6,32 2011 Maret 9,969,013 12.42 1.38 95.82 3.99 6,84 Juni 11,597,752 11.64 1.74 95.71 3.57 5,89 September 12,350,287 12.59 1.55 92.45 3.71 4,67 Desember 13,258,947 12.05 1.52 85.18 1.78 4,12 2012 Maret 13,539,401 12.13 1.51 97.08 1.97 3,73 Juni 15,706,215 14.55 1.61 99.85 1.94 4,49 September 17,548,858 13.28 1.62 99.96 1.61 4,48 Desember 21,264,177 11.70 1.54 94.15 1.81 4,41 2013 Maret 23,187,325 12.08 1.72 102.02 1.76 5,26 Juni 24,464,903 13.62 1.66 106.44 1.86 5,26 September 25,106,888 12.95 1.68 103.40 1.84 8,60 Desember 26,233,376 17.55 1.37 99.99 0.78 8,36 2014 Maret 26,921,209 17.64 1.44 105.40 1.56 7,76 Juni 28,328,708 16.37 1.03 96.78 3.18 7,09 September 28,783,605 14.77 0.10 98.81 4.74 4,35 Desember 27,764,410 14.22 0.17 84.14 4.76 9,78 2015 Maret 26,314,655 14.61 0.62 95.11 4.73 -0,47 Juni 25,782,711 14.91 0.51 99.05 3.81 3,29 Sumber: Laporan Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, 2015, Diolah Data pada tabel 1.3 menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah dari tahun 2004 hingga September 2014 cenderung mengalami peningkatan, dengan penurunan yang tidak signifikan terjadi pada periode terakhir tahun 2006, 2007, 2008 dan 2009. Dan selanjutnya periode Maret 2009 hingga September 2014 pembiayaan murabahah selalu mengalami peningkatan. Jumlah pembiayaan paling besar terjadi pada September 2014 yaitu Rp 28.783.605, sementara yang paling kecil adalah Maret 2004 yaitu sebesar Rp 1.358.007. Pada Desember 2008 rasio kecukupan modal CAR adalah sebesar 11,41 dengan total pembiayaan murabahah yang disalurkan adalah sebesar Rp 6.409.319 dan pada Desember 2009, total pembiayaan murabahah meningkat menjadi Rp 6.005.391 sedangkan CAR menurun menjadi 11,15. Pada Desember 2010, total pembiayaan murabahah kembali mengalami peningkatan menjadi Rp 8.530.159 sedangkan CAR meningkat menjadi 13,32 . Untuk 2 tahun selanjutnya yaitu Desember 2011 dan 2012 total pembiayaan murabahah selalu mengalami peningkatan menjadi Rp 13.258.947 dan Rp 21.264.177, sedangkan CAR mengalami penurunan juga menjadi 12,05 dan 11,70. Dari analisis sementara berdasarkan data di atas, pembiayaan murabahah tidak selalu merespon positif perubahan rasio CAR. Pada Maret 2013 hingga September 2014 dapat dilihat bahwa pembiayaan murabahah dari tiap triwulannya selalu mengalami peningkatan, dari Rp 23.187.325 menjadi Rp 28.783.605. Akan tetapi, pada periode yang bersamaan, untuk ROA, FDR dan NPF mengalami fluktuatif dari periode triwulan satu ke triwulannya berikutnya. Contohnya saja pada ROA Juni 2013 sebesar 1,66 menjadi 1,68 pada September 2013 dan turun menjadi 1,37 pada Desember 2013. FDR ternyata juga mengalami peningkatan pada Maret 2013 ke Juni 2013 yaitu 102,02 menjadi 106,44 dan selanjutnya turun menjadi 103,40 pada September 2013. Hal yang tak jauh berbeda terjadi pada NPF, September 2013 ada pada angka 1,84 kemudian turun menjadi 0,78 dan periode selanjutnya naik menjadi 1,56. Sementara dari faktor eksternal, bank syariah sebagai lembaga keuangan wajar apabila pertumbuhannya juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro. Menurut Katmas 2012:6 bahwa kenaikan dan penurunan inflasi, BI rate dan kurs secara umum sangat dimungkinkan juga akan berpengaruh pada kemampuan nasabah untuk meningkatkan dana pihak ketiga dalam industri perbankan syariah kondisi makro ekonomi ini tentu berpengaruh terhadap fungsi intermediasi bank yaitu pembiayaan. Inflasi menjadi salah satu indikator makro ekonomi dalam mengukur pertumbuhan perekonomian Indonesia dikarenakan inflasi sangat mempengaruhi aktifitas pelaku ekonomi baik dalm sektor riil maupun moneter. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin lemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya riil mata uang suatu negara. Maka, apabila inflasi meningkat dapat pula diartikan bahwa jumlah pembiayaan perbankan akan menurun. Ini difungsikan untuk mengurangi JUB jumlah uang beredar. Pada penelitian ini inflasi merupakan variabel independent satu satunya dari faktor eksternal pembiayaan perbankan syariah. Berikut fluktuasi laju inflasi di Indonesia: Gambar 1.3. Perkembangan Inflasi Indonesia Periode 2004 Q1 2015 Q2 Sumber: Laporan Bank Indonesia 2004-2015, 2015, Diolah Beberapa penelitian yang terkait dengan pembiayaan murabahah cukup banyak dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ghafur 2007 menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio CAR permodalan pada t berpengaruh negatif terhadap pembiayaan, sedangkan pada t-1 pengaruhnya adalah positif dan signifikan. Kemudian variabel Financing to Deposit Ratio FDR pada periode t berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan pada periode t-1 pengaruhnya adalah negatif. Selain penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Husni 2010 mengenai pengaruh tingkat Non Performing Financing NPF terhadap pembiayaan, hasil menunjukkan bahwa variabel NPF berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan. Arianti dan Harjum 2011 melakukan penelitian mengenai pengaruh Dana Pihak Ketiga DPK, Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Financing NPF, dan Return On Asset ROA terhadap pembiayaan perbankan syariah. Hasil penelitian ini adalah DPK berpengaruh positif -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 Se p t Ma re t Se p t Ma re t Se p t Ma re t Se p t Ma re t Se p t Ma re t Se p t Ma re t Se p t Ma re t Se p t Mare t Se p t Ma re t Se p t Ma re t Se p t Ma re t 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 In fl asi Perkembangan Inflasi signifikan, sedangkan variabel CAR, ROA dan NPF masing masing tidak mempengaruhi pembiayaan. Penelitian juga dilakukan oleh Mustika Rimadhani dan Osni Erza 2012, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembiayaan murabahah yaitu Dana Pihak Ketiga DPK, Margin Keuntungan, Non Performing Financing NPF dan Financing to Deposito Ratio FDR. Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa DPK berpengaruh positif signifikan, sedangkan margin keuntungan dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan murabahah dan NPF berpengaruh negatif signifikan. Terdapat inkonsistensi dalam penelitian terdahulu untuk beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut atau disebut sebagai Research Gap. Inkonsistensi penelitian untuk variabel NPF yaitu pada penelitian Husni variable NPF berpengaruh positif signifikan terhadap pembiayaan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mustika Rimadhani hasil analisis menunjukkan bahwa variabel NPF mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap pembiayaan. Pada variabel FDR, hasil penelitian Muhammad Ghafur menunjukkan bahwa FDR berpengaruh positif signifikan sedangkan hasil penelitian Mustika Ramadhani menunjukkan hasil tidak signifikan bagi pembiayaan perbankan syariah. Variabel CAR, hasil penelitian Muhammad Ghafur pada t berpengaruh negatif terhadap pembiayaan bank syariah dan pada t1 berpengaruh positif signifikan, sedangkan hasil penelitian Arianti dan Harjum CAR tidak berpngaruh terhadap pembiayaan. Begitu juga dengan ROA ditemukan research gap. Perbedaan hasil penelitian terdahulu atau Research Gap yang telah dipaparkan, menarik untuk diuji kembali dan dijadikan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu mengenai pengaruh Capital Adequacy RatioCAR, Return on Assets ROA, serta perbedaan hasil penelitian serta signifikansi Non Performing Financing NPF dan Financing to Deposit Ratio FDR terhadap pembiayaan murabahah. Dari penjelasan yang telah dikemukakan, penulis mengambil judul “Determinan Pembiayaan Murabahah pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode Maret 2004 – Juni 2015 Dengan Model Vector Autoregressive VAR ”

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis aplikasi produk murabahah pada pembiayaan hunian syariah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

0 3 136

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pembiayaan murabahah pada Pt Bank Muamalat Indonesia TBK

3 27 111

“Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah Dan Penanganan Risiko Kredit Pada Kendaraan Bermotor” (Studi Pada Bank Muamalat Cabang Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

2 9 106

Analisis Cash Ratio Dan Pembiayaan Murabahah Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Margin Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

3 15 149

Analisis Pembiayaan Murabahah Pengaruhnya Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Pt.Bank Muamalat Indonesia Tbk

4 40 130

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia (Periode Januari 2011 – Juni 2015).

0 2 14

ANALISIS PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Analisis Pengaruh Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia (Periode Januari 2011 – Juni 2015).

0 1 20

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 2 15

Prosedur Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Padang.

0 0 7