18 Daubenmire 1968, melaporkan bahwa jumlah nitrogen dan sulfur akan diuapkan selama
terjadi kebakaran. Sifat kimia tanah berperan besar dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada
umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Setiap kelompok jenis tanaman membutuhkan pH tertentu
untuk pertumbuhan dan produksinya yang maksimum. Unsur hara terdiri dari unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur makro adalah
unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak oleh tanaman, antara lain C, H, N, O, P, K, Ca, S, dan Mg. Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang
sedikit yaitu Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl. Dari 16 unsur hara esensial tersebut, unsur C, H dan O diambil oleh tumbuhan dari udara dan air dalam jumlah yang banyak, karena
merupakan penyusun 94 – 96 bahan organik tumbuhan Hakim et al. 1986. Unsur hara mempunyai banyak fungsi dalam pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur
hara esensial adalah unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Kekurangan unsur hara esensial akan
menyebabkan defisiensi pada tumbuhan. Nilai pH tanah sangat mempengaruhi ketersediaan N, P, K, Ca, dan Mg dan unsur mikro serta kelarutan unsur beracun seperti
Al dan Mn. Selain itu juga mempengaruhi kehidupan jasad mikro dalam tanah Hakim et al. 1986.
H. Padang Rumput Grassland
1. Definisi dan Karakteristik Padang Rumput
Menurut Euwiseu 1990, ekosistem padang rumput merupakan bagian dari ekosistem sabana, yang biasanya pada lahan tersebut hanya ditumbuhi beberapa jenis
rumput dan untuk pohon berkayu sangat terbatas jumlahnya. Untuk pohon biasanya banyak terdapat di sepanjang aliran sungai.
Lebih lanjut berdasarkan strukturnya spesies pohon tumbuh terpencar dan terbuka. Lapisan rumput dapat mencapai tinggi 3 meter atau bahkan lebih. Curah hujan
merupakan faktor terpenting yang menentukan batas-batas padang rumput atau sabana. Menurut Euwiseu 1990, curah hujan rata-rata per tahun antara 900 mm -1150 mm. Dan
kondisi iklimnya cenderung kering dengan jumlah bulan hujan sangat sedikit.
19 Keadaan lingkungan lahan padang rumput dicirikan oleh tipografi bergelombang,
mudah terbakar sehingga mudah tererosi, pencucian hara tinggi, kesuburan tanah rendah, laju evapotraspirasi tinggi dan kemungkinan adanya sifat allelopati terutama dari jenis
alang-alang yang sering mendominasi daerah padang rumput di Indonesia Sajise, 1980. dalam Sudharto et al. 1992.
Padang rumput di Indonesia memiliki vegetasi campuran antara rumput dengan leguminase yang emmpunyai komposisi berbeda. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
dilakukan padang rumput di Indonesia lebih didominasi oleh jenis alang-alang Immperata sp.. dibeberapa daerah terutama di Indonesia Bagian Timur padang rumput
sering dijadikan padang penggembalaan dan kadang-kadang dijadikan ladang perburuan Sudharto et al., 1992.
2. Kebakaran Padang Rumput
Kebakaran padang rumput hampir setiap tahun terjadi pada musim kering. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh perilaku manusia. Kebakaran padang rumput berpengaruh
pada kondisi tanah baik fisik atau kimia. Karena rumput yang terbakar biasanya cenderung menjadi abu daripada menjadi humus. Dalam proses pembakaran unsur hara
yang dibebaskan menjadi berkurang, terutama belerang. Akibatnya, tanah yang sering mengalami kebakaran sebagaimana khas di daerah sabana atau padang rumput
kandungan organiknya lemah dalam tanah Euwiseu, 1990. Di Indonesia Bagian Timur kegiatan pembakaran sering dilakukan hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh rumput yang muda dan baru bagi penggembalaan atau kegiatan adat seperti melakukan perburuan demi mempermudah pencarian hewan buruan.
Menurut Tjitrosoedirdjo dan Wiroatmojo dalam Zaini 1992, dalam keadaan optimum alang-alang di padang rumput mampu menghasilkan 10 ton total biomassa dan
7 ton akar rimpang per Ha dengan niomassa di atas permukaan tanah cukup tinggi, yang berarti bahan bakar yang tersedia di padang rumput cukup tinggi.
20
III. METODE PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di empat lokasi padang rumput savana, yakni : di Dusun Ngaru Kahiri, Desa Luku Wingir, Desa Kiritana, Kecamatan Waingapu, kabupaten Sumba Timur,
dan Desa Dereisa serta Desa Dorameli Kabupaten Ngada, Flores Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2004.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Jenis alat yang dipakai dalam pene;litian antara lain: Pita meter, Kompas, GPS, Tali, Ring sampel, Anemometer, Digital termometer, Clinometer, Timbangan, Kamera,
Yalon berskala, Stopwatch,Golok tebas sabit, pita ukur, Pemantik api, dan alat tulis.
2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi peta lokasi terbaru, citra satelit, Tally sheet, dan kertas label.
C. Metode Penelitian
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari kegiatan dilapangan
seperti inventarisasi dan proses pembakaran, jenis data yang diambil meliputi kerapatan jenis, karakteristik bahan bakar, perilaku api, intensitas kebakaran,
biomassa, potensi bahan bakar, analisis sifat fisik dan kimia tanah.
b. Data sekunder yang dipakai adalah :
• Peta lokasi penelitian meliputi peta penutupan lahan berdasarkan hasil penginderaan jauh dengan menggunakan data citra satelit.
• Keadaan umum lokasi penelitian meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan, ekonomi sosial dan budaya.
• Data iklim, curah hujan dan kelembaban relatif.