Susunan Bahan Bakar Muatan Bahan Bakar

7

a. Bahan Bakar Bawah

Bahan bakar ini tediri dari duff, akar-akaran dan gambut, letaknya berada di dalam bumi yang telah terakumulasi selama beberapa tahun dan berasal dari mineral yang jatuh. Memiliki sifat kekompakan yang tinggi dan sebagian terdekomposisi sehingga mengakibatkan api menjalar lambat dengan nyala yang sedikit.

b. Bahan Bakar Permukaan

Bahan bakar ini berupa bahan bakar yang terdapat di lantai hutan, normalnya terdiri dari daun yang jatuh atau serasah, ranting, kulit kayu dan cabang kecil yang semuanya belum terurai. Selain itu rumput, tumbuhan bawah, anakan atau semai juga termasuk bahan bakar permukaan. Bahan bakar ini sebelumnya merupakan tumbuh- tumbuhan yang hidup didaerah tersebut sehingga kepadatan bahan-bahan tersebut lebih merupakan hasil proses biologi dibanding proses mekanik.

c. Bahan Bakar Tajuk

Bahan bakar ini merupakan bahan bakar material hidup atau mati yang ada di atas dan menutupi kanopi hutan dan menyebar dari tanah dengan tinggi lebih dari 4 feet. Umumnya bahan bakar tersebut merupakan bahan bakar hidup dan mempunyai kelembaban yang tinggi sehingga bahan bakar tersebut sulit untuk terbakar kecuali dibakar dalam waktu yang lama.

3. Sifat Bahan Bakar Hutan dan Lahan a. Ukuran Bahan Bakar Hutan

Chandler et al. 1983, menyatakan ukuran bahan bakar hutan dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu: 1. Bahan bakar halus seperti rumput, daun, ranting, lumut yang mudah basah tapi mudah mengering, ketika terbakar akan menjalar dengan cepat terutama pada saat kering. 2. Bahan bakar kasar berukuran besar seperti balok, tunggak yang lambat basah dan lambat kering dan terbakar lebih lambat dari bahan bakar halus.

b. Susunan Bahan Bakar

Brown and Davis 1973, menyatakan susunan bahan bakar adalah faktor yang utama dari perilaku api karena transfer panas dengan radiasi, konduksi dan konveksi 8 berhubungan dengan variabel jarak. Susunan terbagi menjadi dua, yaitu vertikal dan horisontal. Susunan bahan bakar secara vertikal dapat menyebabkan kebakaran tajuk.

c. Muatan Bahan Bakar

Menurut Chandler et al. 1983, muatan bahan bakar adalah berat kering bahan bakar setelah di oven per unit area. Muatan bahan bakar sangat sulit untuk diklasifikasikan dan diukur dalam berbagai cara. Bahan bakar halus dan kering seperti serasah, daun yang jatuh dari tanaman kayu keras dan rumput yang mati dapat diklasifikasikan secara nyata dengan berat kering tonacre. Menurut Chandler et al. 1983, potensi bahan bakar adalah jumlah dari material yang dapat dikonsumsi dalam intensitas api yang tinggi yang dapat diharapkan untuk membentuk lokasi yang spesifik. Potensial muatan bahan bakar adalah nilai maksimum, sebenarnya semua kebakaran hutan akan mengkonsumsi sebagian dari muatan bahan bakar. Muatan bahan bakar yang tersedia adalah jumlah dari bahan bakar yang diharapkan dapat terbakar di bawah kondisi spesifik cuaca api. Muatan bahan bakar dinyatakan dalam hubungan dari berat per unit area, biasanya kgm 2 atau tonha.

D. Penyebab Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor alam dan faktor manusia baik disengaja atau pun tidak disengaja Direktorat Perlindungan Hutan, 1983. Secara alami kebakaran hutan dipengaruhi oleh beberapa faktor alami yang saling berkaitan, antara lain kemarau panjang, letusan gunung berapi, petir, dan daya alam lainnya. Jenis tanaman yang biasanya mudah terbakar antara lain pinus, atau tanaman yang banyak mengandung resin, sedangkan tipe vegetasi yang mudah terbakar antara lain padang alang-alang, hutan belukar, hutan tanaman tertentu, dan bahan-bahan sisa vegetasi serasah, humus, ranting dan lain- lain. Secara buatan faktor manusia, kasus kebakaran hutan menjadi lebih kompleks. Dalam hal ini faktor sosial ekonomi penduduk tampaknya menjadi pendorong utama atas terjadinya kebakaran hutan. Penyebab terjadinya kebakaran hutan sangat beragam, tetapi menurut Suratmo 1985, lebih dari 90 kebakaran hutan disebabkan oleh manusia. Kebakaran hutan pada hutan alam juga disebabkan oleh kelalaian manusia yang didorong oleh adanya musim kemarau yang panjang, sehingga potensi bahan bakar meningkat.