STUDI MANAJEMEN MUTU PRODUK BETON PRECAST PADA PT. WIKA BETON LAMPUNG
STUDI MANAJEMEN MUTU PRODUK BETON PRECAST PADA PT. WIKA BETON LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh ARDIANSYAH
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
ABSTRAK
STUDI MANAJEMEN MUTU PRODUK BETON PRECAST PADA PT. WIKA BETON LAMPUNG
Oleh ARDIANSYAH
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang penerapan sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 “klausul 7. tentang realisasi produk” dan “klausul 8. tentang
pengukuran, analisisi dan perbaikan”, terhadap lima elemen prosedur PT. WIKA Beton yang secara langsung berkaitan dengan pengadaan material pokok, proses produksi dan penanganan produk beton.
Metode yang digunakan yaitu melakukan penilaian (skoring) menggunakan lembar observasi penelitian (checklist) terhadap pengerjaan produk beton precast tiang pancang bulat (spun piles).
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengadaan material telah dilakukan dengan baik dengan perolehan skor pada dua prosedur yaitu prosedur penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang (WB-PRD-PS-12) memperoleh nilai 9,66 dan pada prosedur perancangan, pengendalian dan evaluasi campuran beton (WB-ENJ-PS-06) mendapat nilai 9,91 masuk dalam katagori pelaksanaan perlu ditingkatkan. Penerapan prosedur pelaksanaan produksi (WB-PRD-PS-16) khusus untuk produk sentrifugal telah dilakukan dengan baik dengan perolehan skor sebesar 9,92 masuk dalam katagori pelaksanaan perlu ditingkatkan. Serta pada penanganan produk beton precast telah dilakukan dengan sangat baik dengan perolehan nilai pada penerapan prosedur identifikasi dan kualifikasi produk dan proses (WB-PRD-PS-17) dan prosedur pengujian produk beton (WB-ENJ-PS-09) sebesar 10 masuk dalam katagori telah dilaksanakan dengan efektif.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR NOTASI ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Perumusan Masalah ...3
C. Batasan Masalah ...3
D. Tujuan Penelitian ...4
E. Manfaat Penelitian ...5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Precast ...6
1. Keuntungan dan Kerugian Beton Precast ...7
2. Perbedaan Analisa Beton dengan Beton Konvesional ...9
3. Jenis Komponen Beton Pracetak (Precast) ...10
B. Tiang Pancang Bulat (Spun Piles) ...11
C. Manajemen Mutu ...13
(7)
1. Klausul ISO 9001:2008 ...14
2. Manfaat Penerapan ISO 9001 Bagi Perusahaan ...16
3. Implementasi ISO 9001:2008 Bagi Perusahaan Konstruksi ...17
E. Manajemen Material Pokok ...19
F. Hubungan Material, Proses Produksi, dan Mutu Produk ...21
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ...24
B. Sampel penelitian ...24
C. Sumber Data...25
D. Instrumen Pengumpulan Data ...27
E. Metode Pengolahan Data ...27
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan...31
B. Tiang Pancang bulat (Spun Piles) ...32
C. Sampel dan Analisis Data penelitian ...34
D. Penilaian Elemen Prosedur ...35
1. Prosedur Penerimaan, Penyimpanan, dan Pengeluaran Barang (WB-PRD-PS-12) ...35
2. Prosedur Perancangan, Pengendalian dan Evaluasi Campuran beton (WB-ENJ-PS-06) ...45
3. Prosedur Produksi Metode Putar (WB-PRD-PS-16) ...58
4. Prosedur Identifikasi dan Kualifikasi Produk (WB-PRD-PS-17) ..68
(8)
V . SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...75 B. Saran ...76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LAMPIRAN D LAMPIRAN E
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (pabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). (Ikbal Batubara, 2012).
Menurut Wulfram I. Ervianto, 2006 untuk penggunaan beton precast pada konstruksi bangunan, efisisiensi penggunaan beton precast dibandingan dengan konvesional dari segi aspek biaya mampu mereduksi biaya hingga 10%, sedangkan dari segi aspek waktu mampu mereduksi waktu konstruksi sampai 50% dan kualitas mutu beton yang lebih baik dibandingkan dengan metode konvesional.
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an. Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
(10)
Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem dikembangan didalam negeri maupun didatangkan dari luar negeri. (Ikbal Batubara, 2012).
Perkembangan ini didukung oleh perusahaan spesialis beton precast yang memproduksi dan mensuplainya. Seiring dengan persaingan yang semakin kompetitif, maka perusahaan akan menetapkan suatu standarisasi mutu secara keseluruhan yang mampu menghasilkan produk yang kualitasnya dapat memuaskan konsumen. Salah satu perusahaan spesialis beton precast adalah PT. WIKA Beton yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 sebagai standar produk beton precast yang diproduksinya.
Salah satu standar mutu yang telah diakui banyak kalangan bisnis adalah standar ISO 9001:2008. Sertifikat ISO 9001:2008 merupakan sertifikat yang menandakan bahwa perusahaan telah dinilai dan hasilnya telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar dari ISO. ISO 9001:2008 tidak hanya merupakan jaminan tentang produk, tetapi juga terhadap seluruh proses produksinya mulai dari pemilihan bahan baku, sumber daya manusia, pengelolahan, peralatan sampai dengan pembuangan limbah industri (Reko Handoyo, 2012).
Berangkat dari uraian di atas, dengan semakin meningkatnya pembangunan konstruksi yang menggunakan beton precast maka perusahaan beton precast akan memastikan mutu produknya sebagai jaminan bahwa beton pracetak memiliki kualitas beton yang lebih baik dari pada produk beton yang menggunakan metode cast in place, sehingga dapat memuaskan konsumen.
(11)
Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian tentang penerapan manajemen mutu terhadap ISO 9001:2008 “klausul 7. Tentang Realisasi Produk” dan “klausul 8. Tentang Pengukuran, Analisisi dan Perbaikan”, yang secara langsung berkaitan dengan manajemen mutu produk, serta pengadaan materia pokok sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi produk beton precast di PT. WIKA Beton.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini yaitu bagaimana penerapan manajemen mutu pengadaan material, proses produksi dan penanganan produk beton precast (tiang pancang) yang dipabrikasi oleh PT. WIKA Beton PPB Lampung yang sesuai dengan standar ISO 9001:2008 di PT. WIKA Beton.
C. Batasan Masalah
Berikut adalah batasan masalah pada penelitian ini:
1. Penelitian ini difokuskan pada manajemen mutu produk dari tahap pengadaan material, proses produksi, dan penanganan produk beton precast itu sendiri.
2. Jenis Produk beton precast yang dianalisis adalah tiang pancang bulat (spun piles).
3. Dari 8 klausul standar mutu ISO 9001:2008 penelitian ini dibatasi pada
(12)
Pengukuran, analisisi dan perbaikan”, yang secara langsung berkaitan
dengan manajemen mutu produk.
4. Dari 18 elemen prosedur yang diterapkan PT. WIKA Beton pada
“klausul 7” dan “klausul 8” dibatasi pada lima elemen, yang secara langsung berkaitan dengan pengadaan material pokok, proses produksi dan produk beton. Elemen-elemen tersebut adalah:
a. Penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang (WB-PRD-PS-12)
b. Perancangan, pengendalian dan evaluasi campuran beton (WB-ENJ-PS-06)
c. Pelaksanaan produksi (WB-PRD-PS-16)
d. Identifikasi dan kualifikasi produk dan proses (WB-PRD-PS-17) e. Pengujian produk beton (WB-ENJ-PS-09)
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang penerapan manajemen mutu pada tahap pengadaan material, proses produksi dan produk beton precast tiang pancang bulat (spun piles) yang diproduksi di PT. WIKA Beton.
2. Mengetahui penerapan “klausul 7.” dan “klausul 8.” Standar mutu ISO 9001:2008 terhadap produk beton precast tiang pancang bulat (spun piles) di PT. WIKA Beton, khususnya pada lima elemen prosedur yang secara langsung berkaitan dengan pengadaan material pokok, proses produksi dan penanganan produk beton.
(13)
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain:
1. Memberikan Informasi tentang pengadaan material, proses produksi dan penanganan produk beton precast khususnya terhadap produk tiang pancang bulat (spun piles) yang diproduksi di PT. WIKA Beton.
2. Memberikan informasi penerapan “klausul 7.” dan “klausul 8.” Standar mutu ISO 9001:2008 terhadap produk beton tiang pancang bulat (spun piles) di PT. WIKA Beton.
3. Sebagai referensi untuk skripsi tentang manajemen mutu produk perusahaan konstruksi selanjutnya.
(14)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Beton Precast
Beton pracetak (precast) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses produksinya berlangsung di tempat elemen tersebut akan ditempatkan (Wulfram I. Ervianto,2006).
Precast concrete (beton pracetak) adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel pabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk repetitif dalam jumlah besar (Iqbal Batubara, 2012).
Sistem struktur beton pracetak merupakan salah satu alternatif teknologi dalam perkembangan konstruksi di Indonesia yang mendukung efisiensi waktu, efisiensi energi, dan mendukung pelestarian lingkungan (Siti Aisyah Nurjannah, 2011).
(15)
1. Keuntungan dan Kerugian Beton Precast
Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro (2010) menjelaskan bahwa struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan struktur konvensional, antara lain :
a. Penyederhanaan pelaksanaan konstruksi. b. Waktu pelaksanaan yang cepat.
c. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
d. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik. e. Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak sangat
ekonomis dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan di tempat (cast in-situ) adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku, pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
f. Penyelesaian finishing mudah.
g. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut di pabrik, seperti: warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan rancangan.
(16)
h. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan ramah lingkungan.
i. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.
j. Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
k. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari segi kekuatan maupun dari segi efisiensi. l. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila
hasil produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan, maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO yang diakui secara internasional.
m. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-alat penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain.
n. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan produksi.
Namun demikian, selain memiliki keuntungan, struktur elemen pracetak juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :
a. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit. b. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar
antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.
(17)
c. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut.
d. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai di atas 1000 km.
e. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan erection.
f. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
g. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan pada beton pracetak.
h. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock yard).
2. Perbedaan Analisa Beton Pracetak dengan Beton Konvensional Pada dasarnya mendesain konvensional ataupun pracetak adalah sama, beban-beban yang diperhitungkan juga sama, faktor-faktor koefisien yang digunakan untuk perencanaan juga sama, hanya mungkin yang membedakan adalah (Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro 2010) :
(18)
a. Desain pracetak memperhitungkan kondisi pengangkatan beton saat umur beton belum mencapai 24 jam. Apakah dengan kondisi beton yang sangat muda saat diangkat akan terjadi retak (crack) atau tidak. Di sini dibutuhkan analisa desain tersendiri, dan tentunya tidak pernah diperhitungkan kalo kita menganalisa beton secara konvensional.
b. Desain pracetak memperhitungkan metode pengangkatan, penyimpanan beton pracetak di stock yard, pengiriman beton pracetak, dan pemasangan beton pracetak di proyek. Kebanyakan beton pracetak dibuat di pabrik.
c. Pada desain pracetak menambahkan desain sambungan. Desain sambungan di sini, didesain lebih kuat dari yang disambung.
3. Jenis Komponen Beton Pracetak (Precast)
Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :
a. Tiang pancang.
b. Sheet pile dan dinding diapragma.
c. Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T, triple-T, channel slabs dan lain-lain.
d. Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder).
(19)
f. Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari single-T atau double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung beban (shear wall) atau tidak mendukung beban. g. Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet,
panel-panel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek. (Hendrawan Wahyudi dan Hery Dwi Hanggoro 2010).
B. Tiang Pancang Bulat (Spun Piles)
Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menerap lenturan, dibuat menjadi satu kesdatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi (Sosdarsono dan K. Nakazawa,1983) Kelebihan dan kekurangan tiang pancang (Wahyu Sunaryanto, 2012) adalah seperti penjelasan beriut ini:
1. Kelebihan
a. Karena dibuat dengan sistem pabrikasi, maka mutu beton terjamin. b. Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
c. Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang.
d. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat e. Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran.
(20)
2. Kekurangan
a. Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena faktor angkutan.
b. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
c. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal.
d. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan.
Tahapan pengerjaan (proses produksi) tiang pancang menggunakan cara sentrifugal (Setya Winarno dan Gunawan Wibisono, 2002) dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini:
Persiapan Cetakan Penulangan Pengecoran Beton Penutupan Cetakan Penarikan PC Wire Perawatan dengan Uap Relose (Buka Cetakan)
Buka Produk
Penumpukan dan Perawatan Produk Penjualan
Gambar 1. Proses Produksi Menggunakan Cara Sentrifugal (Putar) Cetakan Persiapan PC Wire
dan Besi Spiral
Persiapan Material dan Pengadukan Beton
(21)
C. Manajemen Mutu
Menurut (Tjiptono dan Diana, 2000) bahwa mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Secara konvensional pengertian mutu adalah menggambarkan karaktersitik langsung dari suatu produk, seperti performance, reliability (keandalan), mudah dalam penggunaaan dan estetika. Sedangkan secara strategis pengertian mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen.
SNI 19-8402-1996 mendefinisikan manajemen mutu sebagai seluruh kegiatan dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu, sasaran dan tanggung jawab, serta penerapannya dengan cara seperti perencanaan mutu, pengendalian mutu, jaminan mutu dan peningkatan mutu dalam sistem mutu.
Sistem manajemen mutu terdiri atas empat tingkatan yaitu (Rory Burke, 1999):
1. Inspeksi (Inspection), adalah mengkaji karekteristik proyek dalam aspek mutu, dalam hubungannya dengan suatu standart yang ditentukan. Inspeksi akan menentukan baik atau tidaknya proyek berdasarkan mutunya.
2. Pengendalian Kualitas (Quality Control – QC), terdiri dari kegiatan pemeriksaan pekerjaan, bersama-sama dengan manajemen dan pendokumentasian bahwa pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan
(22)
persyaratan kontrak dan peraturan-peraturan yang berlaku. QC merupakan suatu unsur atau bagian dari QA.
3. Jaminan Kualitas (Quality Assurance – QA) adalah semua perencanaan, metoda dan langkah sistematis yang diperlukan untuk memberi keyakinan bahwa semua perencanaan, perancangan dan pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan standar-standar yang berlaku, serta syarat-syarat yang dispesifikasikan dalam kontrak.
4. Total Quality Management (TQM) adalah gabungan dari semua bentuk manajemen kualitas yang tujuan utamanya adalah memenuhi kepuasan pelanggan dengan menitikberatkan pada peningkatan berkelanjutan.
D. Standar Mutu ISO 9001:2008
ISO 9001 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. secara garis besar ISO 9001:2008 tidak terlalu jauh berbeda dengan pendahulunya yaitu ISO 9001:2000. Adapun perbedaan antara versi 2000 dan 2008 secara signifikan lebih menekankan pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut (Agus Syukur (2010) dalam Made Arya Wira Santosa(2013)).
1. Klausul ISO 9001:2008
ISO 9001:2008 terdiri dari 8 Klausul sebagai berikut: a. Klausul 1. Ruang lingkup
Dalam klausul ini secara persyaratan persyaratan standar telah menekankan untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
(23)
b. Klausul 2. Referensi normatif
Klausul ini hanya memuat referensi-referensi yang harus dipersiapkan yaitu:
1) Peraturan Pemerintah.
2) Buku-buku panduan tentang kualitas. c. Klausul 3. Istilah dan definisi
Klausul ini menyatakan bahwa istilah dan definisi-definisi yang diberikan dalam ISO 9001:2008 menetapkan, mendokumentasikan, melaksanakan, memelihara langkah-langkah untuk implementasi sistem manajemen kualitas ISO 9001:2008 dan kebutuhan peningkatan terus menerus.
d. Klausul 4. Sistem manajemen mutu
Persyaratan umum dalam memimpin dan mengoperasikan organisasi perlu dilakukan pengelolaan yang sistematis dan dengan cara yang dapat.
e. Klausul 5.Tanggung jawab manajemen.
Klausul ini menekankan pada komitmen manajemen puncak (top management commitment). Dalam hal fokus pelanggan manajemen puncak harus menjamin bahwa persyaratan pelanggan telah ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan peningkatan kepuasan pelanggan.
f. Klausul 6. Manajemen sumber daya
Penyediaan sumber daya suatu organisasi harus menetapkan dan memberikan sumber-sumber daya yang diperlukan secara tepat
(24)
untuk menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen kualitas ISO 9001:2008 serta meningkatkan efektivitasnya terus menerus dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
g. Klausul 7. Realisasi produk
Dalam hal perencanaan realisasi produk organisasi harus menjamin bahwa proses realisasi produk berada di bawah pengendalian, agar memenuhi persyaratan produk.
h. Klausul 8. Pengukuran analisis dan peningkatan
Persyaratan umum dalam Klausul 8 tentang pengukuran analisis dan peningkatan, dimana organisasi harus menetapkan rencana-rencana dan menerapkan proses-proses pengukuran.
2. Manfaat Penerapan ISO 9001 Bagi Perusahaan
Manfaat dari penerapan ISO 9001 telah diperoleh banyak perusahaan. Beberapa manfaat dapat disebutkan sebagai berikut (Gaspersz (2002) dalam Achmad Nasrulloh dan Mas Suryanto HS (2012)):
a. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistemik.
b. Meningkatkan image perusahaan serta daya saing dalam memasuki pasar global.
c. Menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit sistem kualitas oleh pelanggan.
d. Meningkatkan kualitas dan produktivitas dari manajemen melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik.
(25)
f. Memberikan pelatihan secara sistemik kepada seluruh karyawan dan manajer organisasi malalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik.
3. Implementasi ISO 1991:2008 pada Perusahaan Konstruksi
Menurut Khairul Umam (2013) critical point sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 di perusahaan konstruksi adalah:
a. Perencanaan proyek
Sesuai dengan klausul 7.1 tentang perencanaan realisasi produk, perusahaan konstruksi diminta untuk melakukan perencanaan yang matang untuk setiap proyek yang ditangani. Perencanaan ini melingkupi jadwal pelaksanaan proyek yang berisi jadwal detail tahapan pelaksanaan proyek dari awal hingga serah terima proyek ke owner, master drawing, bill of quantity dan bill of material yang berisi daftar kebutuhan material dari awal hingga akhir proyek. Selain itu, agar proyek bisa dijalankan dengan kualitas yang konsisten, sebaiknya perlu dipersiapkan juga Project Quality Plan (PQP) yang memuat standar kualitas pekerjaan baik untuk pekerjaan sipil maupun struktur. Misalnya, standar mutu adukan, pengecoran, pembesian, pembetonan, pemasangan ubin, dan sebagainya agar kualitasnya konsisten.
b. Pengelolaan sumber daya manusia
Dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, pengelolaan SDM menjadi hal yang sangat penting karena SDM yang berkualitas akan menghasilkan kerja yang berkualitas.
(26)
Banyaknya pekerja yang terlibat mnejadi tantangan tersendiri bagi Project Manager untuk memastikan para pekerja bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Barangkali perlu dibuatkan sedari awal semacam kontrak kerja antara pekerja dan perusahaan agar pekerja mengetahui betul tentang tugas dan tanggung jawabnya alih-alih menyerahkan semua tanggung jawab kepada mandor. Ini penting, agar semua pekerja betul-betul memahami sistem manajemen mutu secara keseluruhan.
c. Pengadaan material dan peralatan kerja
Pengadaan material dan perlatan kerja menjadi salah satu faktor penting kelancaran sebuah proyek. Pembuatan bill of material yang tepat sedari awal akan sangat membantu proses pengadaan material dan peralatan kerja. Meski harus diakui, di tengah-tengah berjalannya proyek bisa saja terjadi pekerjaan tambah kurang.
Agar proses pengadaan material dapat berjalan dengan lancar namun tetap dapat dikontrol perlu dibuat mekanisme pengadaan material yang cepat dan tepat sehingga material tersedia pada waktu yang dibutuhkan tanpa hilangnya kontrol. Kebanyakan masalah pengadaan material adalah seringkali ditemukan proses pengadaan yang dilakukan oleh orang proyek tanpa persetujuan kantor pusat dengan alasan mempersingkat waktu. Padahal, dengan prosedur dan mekanisme yang tepat, material tetap dapat tersedia dengan cepat tanpa harus mengabaikan kontrol pengadaan.
(27)
d. Pemeliharaan peralatan kerja
Manajemen Aset menjadi critical point berikutnya yang harus diperhatikan oleh top manajemen dalam hal ini bagian general affair atau maintenance. Perlu ditekankan bahwa pemeliharaan sangat berbeda dengan perbaikan. Pemeliharaan adalah suatu upaya preventif agar peralatan yang dimiliki selalu dalam kondisi siap digunakan. Tanpa prosedur pemeliharaan yang baik, mesin atau peralatan bisa saja rusak pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu, pemeliharaan mesin dan peralatan kerja menjadi suatu keharusan. e. Pemantauan proyek
Agar proyek bisa berjalan tepat waktu, sesuai spesifikasi, dan kualitas yang konsisten maka pemantauan proyek menjadi hal yang wajib dilakukan. Beberapa checklist perlu dibuat agar proses pemeriksaan dan pemantauan proyek bisa dilakukan secara menyeluruh misalnya checklist pemeriksaan pembesian, checklist persiapan pengecoran beton, dan sebagainya. Rapat rutin yang sifatnya mingguan maupun bulanan juga perlu dilakukan guna memastikan semua berjalan sesuai rencana.
E. Manajemen Material Pokok
Material merupakan komponen yang penting dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek, lebih dari separuh biaya proyek diserap oleh material yang digunakan (Nugraha (1985) dalam Muhammad Khadafi (2008)).
(28)
Material yang digunakan dalam konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilan (1994) dalam Muhammad Khadafi (2008)), yaitu: 1. Consumable Material, merupakan material yang pada akhirnya akan
menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, krikil, batu bata, besi tulangan, baja, dan lain-lain.
2. Non-Consumable Material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya: perancah, bekisting, dan dinding penahan sementara.
Manajemen material didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang diperlukan untuk merencanakan dan mengendalikan mutu material, jumlah material and penempatan peralatan yang tepat waktu, harga yang baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan (Bell and Stukhart (1986) dalam Muhammad Khadafi (2008)).
Manajemen material dalam industri konstruksi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Perencanaan dan penjadwalan material 2. Pembelian dan pengiriman material
3. Pemeriksaan dan quality control material 4. Penyimpanan dan pengawasan material
5. Penanganan dan distribusi material (Lim Lan Yuan and Pheng (1992) dalam Muhammad Khadafi (2008))
(29)
F. Hubungan Material, Proses Produksi, dan Mutu Produk
Material konstruksi sangat penting dalam menghasilkan produk konstruksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan komoditas material jasa konstruksi yang baik adalah suatu keharusan guna menjamin ketersediaan material yang cukup untuk pelaksanaan proyek konstruksi (Fatah Nurdin, 2010).
Gambar 2. Proses produksi bertahap
Seperti telah diterangkan di atas, bahwa mutu barang dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Bila bahan baku yang digunakan bermutu baik, disertai dengan proses produksi yang baik, hasilnya adalah barang bermutu baik pula. Walaupun demikian, bahan baku bermutu baik tidak akan selalu menghasilkan barang jadi yang baik. Sebab proses pembuatan pun akan memengaruhi mutu barang yang dihasilkan (Fatah Nurdin, 2010). Hal itu dapat diterangkan pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Hubungan bahan baku, proses produksi dan mutu barang jadi Bahan Baku Proses Produksi Mutu Barang Jadi
Bermutu baik Baik Baik
Bermutu tidak baik Baik Tidak baik
Bermutu baik Tidak baik Tidak baik Bermutu tidak baik Tidak baik Tidak baik
Menurut Gasperz (1997), Pemeriksaan mutu (quality inspection) dan pengendalian mutu (quality control) merupakan sebuah upaya untuk
Bahan baku dan faktor
produksi
lainnya
Barang setengah jadi
Barang jadi
Teknologi dan Proses
produksi
Proses produksi
(30)
menghasilkan mutu yang bekerja hanya pada pengendalian produk saja. Setelah sebuah proses dilakukan kemudian akan menghasil sebuah produk. Dari produk tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan dapat meliputi dua hal yaitu:
1. Pemeriksaan terhadap kesesuaian produk dengan baku mutu produk atau 2. Pemeriksaan kesesuaian produk dengan persyarat pelanggan. Dari
pemeriksaan tersebut kemudian diketahui apakah suatu produk sudah dapat dipasarkan atau diserahkan kepada pelanggan, ataukah harus diproses ulang karena tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Standar mutu barang dapat ditentukan hal-hal sebagai berikut: 1. Standar mutu bahan baku yang akan digunakan
2. Standar mutu proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang melaksanakan)
3. Standar mutu barang setengah jadi
4. Standar administrasi, pengepakan, dan pengiriman produk akhir tersebut sampai ke tangan konsumen.
Pengawasan mutu merupakan kegiatan terpadu dalam upaya menjaga dan mengarahkan agar kualitas dari produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan standar. Ruang lingkup pengawasan mutu menurut Assauri (2004) meliputi : 1. Pengawasan mutu bahan baku
Pengawasan mutu pada bahan baku ini sangat penting untuk menjaga mutu produk perusahaan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas bahan baku yang digunakan yaitu :
(31)
a. Seleksi sumber bahan.
b. Pemeriksaan dokumen pembelian. c. Pemeriksaan penerimaan barang. d. Pemeliharaan fasilitas penyimpanan. 2. Pengawasan proses produksi
Hal ini dilakukan untuk mendeteksi apakah ada penyimpangan yang terjadi dalam proses produksi dan melakukan perbaikan agar penyimpangan selanjutnya dapat dicegah. Selain itu agar produk akhir mempunyai mutu yang baik.
3. Pengawasan produk akhir
Pada dasarnya pengawasan produk akhir merupakan upaya perusahaan dalam mempertahankan kulitas produk dan jasa yang dihasilkan. Pengawasan produk akhir bertujuan untuk menjaga agar produk rusak (cacat) tidak sampai ke tangan konsumen. Kemungkinan terjadinya hasil produk cacat selalu ada, walaupun pengawasan terhadap bahan baku dan proses produksi telah diperketat.
(32)
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di PT. WIKA Beton pada Pabrik Produk Beton (PPB) Lampung. Jalan Raya Kotabumi km 34,5 Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
B. Sampel Penelitian
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah produk beton precast yang di produksi secara massal untuk struktur konstruksi yaitu tiang pancang bulat (spun piles).
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan pada tiga fase produksi yang bertujuan untuk membandingkan tingkat konsistensi produksi produk PT. WIKA Beton. Pemilihan sampel ini menggunakan rumus Slovin dengan rumus sebagai berikut:
n =
...(1) Dimana :
n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi
(33)
C. Sumber Data 1. Data Primer
Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pendekatan dan pengamatan langsung di perusahaan dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi lapangan
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi dengan melakukan pengamatan langsung di tempat penelitian dengan mengamati sistem atau cara kerja, proses produksi dari awal sampai akhir, dan kegiatan pengendalian kualitas.
b. Dokumentasi
Merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang terkait dengan penelitian serta merekam data/keterangan yang diperlukan dengan menggunakan peralatan elektronik yang ada, seperti misalnya dengan kamera, tape recorder, dan sebagainya. Teknik ini digunakan untuk membantu peneliti dalam penyimpanan data yang sudah diperoleh.
c. Wawancara
Merupakan suatu cara untuk dapat mendapatkan data atau informasi dengan melakukan tanya jawab secara langsung pada orang yang mengetahui tentang objek yang diteliti. Dalam hal ini pihak divisi Teknik dan Mutu PT. WIKA Beton PPB Lampung.
(34)
2. Data sekunder
Data Sekunder merupakan data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Data sekunder diperoleh dari Biro Statistik, dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi, surat kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya. Maka pengumpulan data sekunder akan dibagi dalam empat kelompok yaitu:
1. Data prosedur standar ISO 9001:2008 “klausul 7” dan “klausul 8” yang diterapkan pada PT. WIKA Beton.
2. Data material pokok
Data material pokok yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1) Dokumen rencana mutu material
2) Data pengadaan material 3) Alur pengelolaan material 4) Data pengujian material 3. Data proses produksi
Data proses produksi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1) Dokumen rencana mutu produk
2) Proses pencampuran bahan dan material pada batcing plant 3) Instruksi kerja dan proses produksi
4. Data produk beton precast
Data proses produksi yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1) Data pengujian kuat tekan benda uji
2) Data pengujian produk beton precast 3) Laporan hasil dan mutu produksi
(35)
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi penelitian (checklist) yakni untuk mengamati penerapan ISO 9001:2008 “klausul 7. Realisasi produk” dan “klausul 8. Pengukuran,
analisis dan perbaikan” terhadap pabrikasi beton precast.
E. Metode Pengolahan Data
Setelah data primer dan sekunder terpenuhi maka selanjutnya akan dilakukan pengolahan data. Tahapan pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahapan pertama yaitu melakukan penilaian (skoring) terhadap penerapan lima elemen prosedur PT. WIKA Beton pada pengerjaan beton precast (mulai dari pengadaan material, proses produksi sampai menghasikan produk beton precast)
2. Tahapan kedua yaitu penerapan lima elemen prosedur PT. WIKA Beton disajikan dalam bentuk deskripsi mulai dari pengadaan material, proses produksi, sampai menjadi produk beton precast.
Metode yang digunakan dalam penerapan ISO 9001:2008 “klausul 7. Realisasi produk” dan “klausul 8. Pengukuran, analisis dan perbaikan”
terhadap pabrikasi beton precast dengan cara mencari nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(36)
Dimana :
Mean = Rata-rata
xi = Total skor N = Jumlah subyek
Dasar penentuan skor penilaian penerapan ISO 9001:2008 mengambil dari kriteria penilaian (Minawati, (1999) dalam Winarno dan Wibisono, (2002)), seperti pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Kriteria penilaian penerapan ISO 9001
No. Dokumen Prosedur Penerapan Skor
1 Belum ada Belum ada 0
2 Belum ada Ada tetapi masih kurang
2,5 3 Ada tetapi masih
kurang Belum ada
4 Belum ada Ada dan sudah memadai
5 5 Ada tetapi masih
kurang Ada tetapi masih kurang 6 Ada dan sudah
memadai Belum ada
7 Ada tetapi masih
kurang Ada dan sudah memadai
7,5 8 Ada dan sudah
memadai Ada tetapi masih kurang
9 Sudah memadai Sudah sesuai dengan prosedur 10 (Sumber: Minawati (1999) dalam Winarno dan Wibisono (2002))
Untuk hasil akhir rekapitulasi skoring penilaian penerapan ISO 9001:2008 pada lima elemen prosedur PT. Wika Beton, mengambil dari kriteria penilaian (Winarno dan Wibisono, 2002) seperti pada Tabel 3 di bawah ini :
(37)
Tabel 3. Hasil akhir rekapitulasi skoring penilaian
No. Skor Rata-Rata (Mean) Penilaian
1 <5 Pelaksanaan tidak memuaskan 2 5 < Mean < 10 Pelaksanaan perlu ditingkatkan 3 10 Telah dilaksanakan dengan efektif (Sumber: Winarno dan Wibisono, 2002)
Setelah menghitung skoring kemudian menghitung simpangannya. Berdasarkan buku Statistik Teori dan Aplikasi karya J. Supranto, halaman 140 simpangan dihitung dengan rumus :
... (3)
Dimana :
S = Standar deviasi Xi = Data
= Rata-rata data n = Jumlah data
Dalam penelitian ini terdapat kerangka penelitian dari awal dilakukannya penelitian sampai akhir penelitian yang dapat dilihat pada diagram alir (flow chart) di bawah ini:
(38)
Gambar 3. Diagram alir penelitian Mulai
Permasalahan
Identifikasi Masalah
Studi Pustaka: 1. Peraturan 2. Literatur
Pengumpulan data
Data Primer:
1. Observasi lapangan 2. Dokumentasi 3. Wawancara
Data Sekunder:
1. Data material pokok 2. Data proses produksi 3. Data produk beton precast
Kecukupan data
Pengolahan data Analisis data
Hasil penelitian dan pembahasan Kesimpulan dan saran
Selesai Tidak
(39)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap manajemen mutu pada PT. WIKA Beton Lampung dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengadaan material untuk produk beton precast tiang pancang bulat (spun piles) telah dilakukan dengan baik, hal ini dapat kita lihat pada skor hasil rata-rata (mean) pada dua prosedur yang berkaitan yaitu prosedur penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang (WB-PRD-PS-12) memperoleh nilai 9,66 dan pada prosedur perancangan, pengendalian dan evaluasi campuran beton (WB-ENJ-PS-06) mendapat nilai 9,91 masuk dalam katagori pelaksanaan perlu ditingkatkan.
2. Penerapan prosedur pelaksanaan produksi (WB-PRD-PS-16) khusus untuk produk sentrifugal telah dilakukan dengan baik dengan perolehan skor hasil rata-rata (mean) sebesar 9,92 masuk dalam katagori pelaksanaan perlu ditingkatkan.
3. Pada penanganan produk beton precast tiang pancang bulat (spun piles) telah dilakukan dengan sangat baik dengan perolehan skor hasil rata-rata (mean) penerapan prosedur identifikasi dan kualifikasi produk dan proses (WB-PRD-PS-17) dan prosedur pengujian produk beton (WB-ENJ-PS-09) sebesar 10 masuk dalam katagori telah dilaksanakan dengan efektif.
(40)
4. Sistem manajemen mutu produksi beton precast tiang pancang bulat (spun piles) pada PT. WIKA Beton Lampung sudah sangat baik dan telah diterapkan sesuai dengan syarat standar mutu ISO 9001:2008 khusus pada
“klausul 7. Tentang Realisasi Produk” dan “klausul 8. Tentang Pengukuran, Analisisi dan Perbaikan”. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil akhir rekapitulasi skoring penerapan prosedur pengadaan material dan proses produksi masuk dalam katagori pelaksanaan perlu ditingkatkan (5 < Mean < 10) sedangkan prosedur penanganan produk beton precast masuk dalam katagori telah dilaksanakan dengan efektif (mean = 10).
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap manajemen mutu pada PT. WIKA Beton Lampung, saran yang dapat diberikan adalah :
1. Perlu ditingkatkannya pangarahan/training bagi pekerja yang pengalaman kerjanya masih kurang, serta pengawasan yang lebih intensif pada setiap tahapan proses yang dilakukan secara manual.
2. Perlu ditingkatkannya pengawasan terhadap perbaikan dan perawatan mesin serta alat-alat yang digunakan PT. WIKA Beton Lampung yang sangat mempengaruhi proses dan produktivitas produksi beton precast perusahaan ini
3. Perusahaan yang sudah berstandar ISO 9001:2008 diharapkan untuk dapat menerapkan sistem manajemen mutu ini dengan konsisten, baik, dan cermat. Hal ini sangat berpengaruh pada dampak sertifikasi ISO 9001:2008 bagi perusahaan tersebut.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi edisi revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Batubara, Ikbal. 2012. Bahan Kuliah: Teknologi Bahan (Beton Precast). Departemen Teknik Sipil
Burke, Rory. 1999, Project Management Planning and Control Techniques - Third Edition, John Wiley & Sons Lid, Chichester.
Ervianto, Wulfram I .2006. Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi (Beton Pracetak dan Bekisting). Andi. Yogyakarta.
Gaspersz, V. 1997. Manajemen Kualitas : Penerapan Konsep – konsep Kualitas Dalam Manajemen Total. P.T Gramedia. Jakarta.
Khadafi, Muhammad. 2008. Skripsi: Analisa Penggunaan Aplikasi Software Optimasi Waste Besi Pada Pekerjaan Struktur Beton bertulang Proyek XYZ. Universitas Indonesia. Jakarta.
Pedoman ISO 9001 : 2008. Sistem Manajemen Mutu-Prasyaratan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Nasrulloh, Achmad dan Mas Suryanto HS. 2012. Jurnal: Penerapan ISO 9001:2008 Pada Kontraktor PT. Waringin Megah dalam Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Baja di Proyek Pembangunan Kantor dan Gudang PT. Djarum Rungkut Surabaya. Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Nurdin, Fatah .2010. Pengendalian Mutu. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB. Jakarta.
Nurjannah, Siti Aisyah. 2011. Jurnal: Perkembangan Sistem Struktur Beton Pracetak Sebagai Alternatif Pada Teknologi Konstruksi Indonesia Yang Mendukung Efisiensi Energi Ramah lingkungan. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Palembang.
(42)
Hotel). Teknik Sipil Universitas Udayana. Denpasar.
SNI 19-8402-1996. Manajemen mutu dan jaminan mutu - Kosa kata. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Sosrodarsono, S. dan Nakazawa, K. 1983. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Sunaryanto , Wahyu . 2012. Pondasi Tiang Pancang.
http://belajarsipil.blogspot.com/2012/06/pondasi-tiang-pancang.html Supranto, J. 2008. Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi ketujuh. Erlangga. Jakarta. Tjiptono & Diana, A. 2000. Total Quality Management. Andi. Yogyakarta.
Umam, Khairul. 2013. Penerapan ISO 9001:2008 di Perusahaan Konstruksi.
http://konsultaniso.web.id/sistem-manajemen-mutu-iso-90012008/penerapan-iso-90012008-di-perusahaan-konstruksi/
Wahyudi, Hendrawan dan Hery Dwi Hanggoro. 2010. Laporan tugas Akhir: Perencanaan Struktur Gedung BPS Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Beton Pracetak. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.
Winarno, Setya dan Gunawan Wibisono. 2002. Jurnal: Kajian Penerapan ISO 9000 Terhadap Tingkat Kecacatan Produk Beton Pracetak Pada PT. Wijaya Karya Beton Boyolali Jawa Tengah. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
(43)
Lampiran A
Rekapitulasi Penilaian Elemen Prosedur
PT. WIKA Beton PPB Lampung
(44)
(WB-PRD-PS-12) PT. Wika Beton PPB Lampung
1. Memeriksa Mutu, Volume, Dan Spesifikasi Barang (WB-PRD-PS-12-K01s/d K02) dan (WB-PRD-PS-12-F01s/d F07)
Pemeriksaan Plat Sambung Tiang pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Pemeriksaan ukuran dan
konfigurasi lubang Sudah memadai Kurang sesuai 7,5 Pemeriksaan kondisi permukaan
dan tebal plat sambung Sudah memadai Sesuai 10 Bentuk dan ukuran plat
selubung Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan kualitas ulir pada
baut penahan plat sambung Sudah memadai Sesuai 10 Jumlah dan ukuran angkur Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 9,5
Pemeriksaan Sepatu Mamira
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Jumlah sampel dan peralatan uji - - -
Pemeriksaan ukuran dan
konfigurasi lubang - - -
Pemeriksaan kondisi permukaan
dan tebal plat sepatu - - -
Bentuk dan ukuran plat
selubung - - -
Pemeriksaan kualitas ulir pada
baut penahan plat sambung - - -
Skor Total -
Pemeriksaan Rangka Sepatu Tiang Pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Jumlah sampel yang diperiksa Sudah memadai Kurang sesuai 10
Jumlah Tulangan Sudah memadai Sesuai 10
Panjang tulangan Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
Pemeriksaan Pasir
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Volume material saat datang Sudah memadai Sesuai 10
Kadar lumpur saat material
datang Sudah memadai Sesuai 10
Kondisi material (secara visual) Sudah memadai Sesuai 10
Jumlah sampel yang diperiksa Sudah memadai Kurang sesuai 7,5
Skor Rata-rata 9,38
Pemeriksaan Split/koral
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Volume material saat datang Sudah memadai Sesuai 10
Kadar lumpur saat material
datang Sudah memadai Sesuai 10
Kondisi material (secara visual) Sudah memadai Sesuai 10
Jumlah sampel yang diperiksa Sudah memadai Sesuai 10
(45)
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Ukuran diameter tulangan Sudah memadai Sesuai 10
Kuat tarik minimum dan
maksimum tulangan Sudah memadai Sesuai 10
Jumlah sampel yang diperiksa Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
Pemeriksaan Semen
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Pemeriksaan kemasan /segel
dan kondisi semen Sudah memadai Sesuai 10
Jumlah sampel yang diperiksa Sudah memadai Kurang sesuai 7,5
Skor Rata-rata 8,75
Pemeriksaan Material Cair
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Jumlah sampel yang diperiksa Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan warna dan kekentalan
sesuai contoh material cair Sudah memadai Sesuai 10
Lampiran MSDS bagi material
admixture, water treatment, pelumas dan BBM
Sudah memadai Sesuai 10
(46)
Tabel Penilaian Elemen Prosedur Perancangan, Pengendalian Dan Evaluasi Campuran Beton (WB-ENJ-PS-06) PT. Wika Beton PPB Lampung
Rancangan Campuran Beton
2. Mengumpulkan Data Material Dari Pengujian Material (WB-ENJ-PS-05)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Pemeriksaan Agregat Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan Air Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan Semen Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan Additive/ Fly Ash Sudah memadai Sesuai 10 Pemeriksaan Admixture Sudah memadai Sesuai 10 Pemeriksaan Besi Beton Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
3. Melakukan mix design campuran beton (WB-ENJ-IK-06-01)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Tahapan perhitungan mix design
campuran beton Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
Pengendalian Campuran Beton
1. Persiapan Cetakan Benda Uji, Alat Slump, Besi Perojok Atau Meja Getar (WB-PRD-IK-008)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Persiapan cetakan dan peralatan Sudah memadai Sesuai 10
Kebersihan cetakan dan peralatan Sudah memadai Sesuai 10
Penempatan cetakan benda uji dan peralatan Sudah memadai Sesuai 10
Persiapan cetakan dan peralatan Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
2. Melakukan Pemeriksaan Slump (WB-PRD-IK-008)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Penempatan cetakan kerucut slump Sudah memadai Sesuai 10
Metode pengerjaan slump
Sudah memadai Kurang
Sesuai 7,5
Pengukuran dan pencatatan nilai slump Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 9,17
3. Melakukan Pembuatan Benda Uji (WB-PRD-IK-008)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Metode Pemadatan Adukan :
a. Dengan cara dirojok b. Dengan cara getar
Sudah memadai Kurang
sesuai 7,5
Pemberian tanda pada benda uji Sudah memadai Sesuai 10
(47)
4. Melakukan Perawatan Benda Uji (WB-PRD-IK-008)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Metode perawatan benda uji setelah
dikeluarkan dari cetakan Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
5. Melakukan Pembuatan Caping Benda Uji Silinder (WB-PRD-IK-008)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Persiapan benda uji Sudah memadai Sesuai 10
Proses pembuatan caping benda uji Sudah memadai Sesuai 10
Hasi benda uji setelah proses caping Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
6. Melakukan Pengujian Benda Uji (WB-PRD-IK-008)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Proses pengujian benda uji beton Sudah memadai Sesuai 10
Perhitungan kuat tekan beton Sudah memadai Sesuai 10
Pencatatan hasil pengujian kuat tekan benda
uji beton Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
Evaluasi Campuran Beton
1. Melakukan Evaluasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton (WB-ENJ-IK-06-02 atau WB-PRD-IK-012)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Pemilihan katagori umur benda uji beton (7
hari/14 hari/28 hari) Sudah memadai Sesuai 10
Hasil kuat tekan setelah dihitung
menggunakan rumus Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
2. Melakukan Pemeriksaan Produk Beton Menggunakan Metode Non Destructive (WB-ENJ-PS-06-K02)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Permukaan produk yang akan diuji Sudah memadai - -
Cara pengetesan produk dengan hammer test Sudah memadai - -
Skor Rata-rata -
3. Melakukan Pemeriksaan Produk Beton Menggunakan Metode Non Destructive (WB-ENJ-PS-06-K02)
Hal Yang Diamati Prosedur Realisasi Skor
Kesesuaian titik core drill dengan layout Sudah memadai - -
Penempatan core drill Sudah memadai - -
(48)
PT. Wika Beton PPB Lampung
1. Perakitan Tulangan Dan Pemasangan Assesories (WB-PRD-PS-16-K01) Perakitan Tulangan Dengan Wire Caging
Hal Yang Diamati Prosedur Skor
Jalur II Jalur III Jalur V Kebersihan cetakan dan end plate Sudah memadai 9,67 9,50 9,58 Proses pelumasan cetakan dengan
menggunakan minyak cetak Sudah memadai 10 9,58 10 Setting mesin heading, wire cutting
dan wire caging Sudah memadai 10 10 10
Proses wire cutting dan wire caging Sudah memadai 10 10 9,58
Jumlah dan posisi besi prategang Sudah memadai 10 10 10
Jumlah, jarak, dan cara pengikatan spiral Sudah memadai 10 10 9,79
Jumlah dan posisi cincin Sudah memadai 10 10 10
Baut penahan plat sambung Sudah memadai 10 10 10
Skor Rata-Rata 9,96 9,89 9,87
2. Pengecoran Dan Penutupan Cetakan (WB-PRD-PS-16-K02)
Hal Yang Diamati Prosedur Skor
Jalur II Jalur III Jalur V
Metode pengecoran Sudah memadai 10 10 10
Volume/berat adukan Sudah memadai 10 10 10
Kebersihan bibir cetakan Sudah memadai 9,75 9,75 9,58
Baut penahan end plate Sudah memadai 10 10 10
Kelengkapan dan kesempurnaan pasang
baut L Sudah memadai 10 10 10
Skor Total 9,95 9,95 9,92
3. Penarikan Besi Prategang (WB-PRD-PS-16-K03)
Hal Yang Diamati Prosedur Skor
Jalur II Jalur III Jalur V
Elongasi besi prategang Sudah memadai 10 10 10
Beban tarikan Sudah memadai 10 10 10
Skor Total 10 10 10
4. Pemadatan Produk Putar (WB-PRD-PS-16-K04)
Hal Yang Diamati Prosedur Skor
Jalur II Jalur III Jalur V
Besar dan tahapan putaran spinning Sudah memadai 10 10 10
Pembuangan limbah Sudah memadai 9,92 9,83 9,69
Skor Total 9,96 9,92 9,50
5. Perawatan Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO5)
Hal Yang Diamati Prosedur Skor
Jalur II Jalur III Jalur V
Lama waktu perawatan produk Sudah memadai 10 10 10
(49)
Hal Yang Diamati Prosedur Skor
Jalur II Jalur III Jalur V
Visual produk: kondisi permukaan Sudah memadai 9,83 9,83 9,79
Dimensi/ panjang produk Sudah memadai 10 10 10
Skor Total 9,92 9,92 9,90
7. Penangan Produk jadi Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO7)
Hal Yang Diamati Prosedur Skor
Jalur II Jalur III Jalur V
Cara pengangkatan produk Sudah memadai 9,58 9,67 9,69
Jumlah tumpukan produk Sudah memadai 10 10 10
Perawatan akhir produk Sudah memadai 10 10 10
(50)
1. Perakitan dan Pemasangan Assesories (WB-PRD-PS-16-K05)
Perakitan Tulangan Dengan Cara Wire Caging
No. Hal yang Diamati Skor Total Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Kebersihan cetakan dan end plate 9,67 9,67 9,67 2 Proses pelumasan cetakan dengan menggunakan minyak
cetak 10 10 10
3 Setting mesin heading, wire cutting dan wire caging 10 10 10
4 Proses wire cutting dan wire caging 10 10 10 5 Jumlah dan posisi besi prategang 10 10 10 6 Jumlah, jarak, dan cara pengikatan spiral 10 10 10
7 Jumlah dan posisi cincin 10 10 10
8 Baut penahan plat sambung 10 10 10
2. Pengecoran Dan Penutupan Cetakan (WB-PRD-PS-16-K02)
No. Hal yang Diamati Skor Total Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Metode pengecoran 10 10 10
2 Volume/berat adukan 10 10 10
3 Kebersihan bibir cetakan 9,67 9,83 9,75
4 Baut penahan end plate 10 10 10
5 Kelengkapan dan kesempurnaan pasang baut L 10 10 10
3. Penarikan Besi Prategang (WB-PRD-PS-16-K03)
No. Hal yang Diamati Skor Total Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Elongasi besi prategang 10 10 10
2 Beban tarikan 10 10 10
4. Pemadatan Produk Putar (WB-PRD-PS-16-K04)
No. Hal yang Diamati Skor Total Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Besar dan tahapan putaran spinning 10 10 10
2 Pembuangan limbah 10 9,83 9,92
5. Perawatan Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO5)
No. Hal yang Diamati Skor Total Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Lama waktu perawatan produk 10 10 10
6. Pengeluaran Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO6)
No. Hal yang Diamati Skor Total Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Visual produk: kondisi permukaan 9,83 9,83 9,83
2 Dimensi/ panjang produk 10 10 10
7. Penangan Produk jadi Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO7)
No. Hal yang Diamati Skor Total Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Cara pengangkatan produk 9,50 9,67 9,58
2 Jumlah tumpukan produk 10 10 10
(51)
1. Perakitan dan Pemasangan Assesories (WB-PRD-PS-16-K05)
Perakitan Tulangan Dengan Cara Wire Caging
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Kebersihan cetakan dan end plate 9,33 9,67 9,50 2 Proses pelumasan cetakan dengan menggunakan minyak
cetak 9,33 9,83 9,58
3 Setting mesin heading, wire cutting dan wire caging 10 10 10
4 Proses wire cutting dan wire caging 10 10 10 5 Jumlah dan posisi besi prategang 10 10 10 6 Jumlah, jarak, dan cara pengikatan spiral 10 10 10
7 Jumlah dan posisi cincin 10 10 10
8 Baut penahan plat sambung 10 10 10
2. Pengecoran Dan Penutupan Cetakan (WB-PRD-PS-16-K02)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Metode pengecoran 10 10 10
2 Volume/berat adukan 10 10 10
3 Kebersihan bibir cetakan 9,67 9,83 9,75
4 Baut penahan end plate 10 10 10
5 Kelengkapan dan kesempurnaan pasang baut L 10 10 10
3. Penarikan Besi Prategang (WB-PRD-PS-16-K03)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Elongasi besi prategang 10 10 10
2 Beban tarikan 10 10 10
4. Pemadatan Produk Putar (WB-PRD-PS-16-K04)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Besar dan tahapan putaran spinning 10 10 10
2 Pembuangan limbah 10 9,67 9,83
5. Perawatan Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO5)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Lama waktu perawatan produk 10 10 10
6. Pengeluaran Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO6)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Visual produk: kondisi permukaan 9,83 9,83 9,83
2 Dimensi/ panjang produk 10 10 10
7. Penangan Produk jadi Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO7)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Cara pengangkatan produk 9,67 9,67 9,67
2 Jumlah tumpukan produk 10 10 10
(52)
1. Perakitan dan Pemasangan Assesories (WB-PRD-PS-16-K05)
Perakitan Tulangan Dengan Cara Wire Caging
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Kebersihan cetakan dan end plate 9,58 9,58 9,58 2 Proses pelumasan cetakan dengan menggunakan minyak
cetak 10 10 10
3 Setting mesin heading, wire cutting dan wire caging 10 10 10
4 Proses wire cutting dan wire caging 9,58 9,58 9,58 5 Jumlah dan posisi besi prategang 10 10 10 6 Jumlah, jarak, dan cara pengikatan spiral 9,58 10,00 9,79
7 Jumlah dan posisi cincin 10 10 10
8 Baut penahan plat sambung 10 10 10
2. Pengecoran Dan Penutupan Cetakan (WB-PRD-PS-16-K02)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Metode pengecoran 10 10 10
2 Volume/berat adukan 10 10 10
3 Kebersihan bibir cetakan 9,58 9,58 9,58
4 Baut penahan end plate 10 10 10
5 Kelengkapan dan kesempurnaan pasang baut L 10 10 10
3. Penarikan Besi Prategang (WB-PRD-PS-16-K03)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Elongasi besi prategang 10 10 10
2 Beban tarikan 10 10 10
4. Pemadatan Produk Putar (WB-PRD-PS-16-K04)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Besar dan tahapan putaran spinning 10 10 10
2 Pembuangan limbah 9,79 9,58 9,69
5. Perawatan Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO5)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Lama waktu perawatan produk 10 10 10
6. Pengeluaran Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO6)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Visual produk: kondisi permukaan 9,79 9,79 9,79
2 Dimensi/ panjang produk 10 10 10
7. Penangan Produk jadi Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO7)
No. Hal yang Diamati Skor Rata-rata Tiap Tipe Skor rata-rata Akhir
Middle Bottom
1 Cara pengangkatan produk 9,38 10 9,69
2 Jumlah tumpukan produk 10 10 10
(53)
Jalur Produksi : Jalur II (Dua)
Jenis Produk : Tiang Pancang Bulat (Spun Pile) Tipe Produk : 50.B0. B.12.7.B dan 50.B0.M.10.7.B Jumlah Sampel : 15 Middle dan 15 Bottom
1. Perakitan dan Pemasangan Assesories (WB-PRD-PS-16-K05)
Perakitan Tulangan Dengan Cara Wire Caging
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Kebersihan cetakan dan end plate 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 7,5 10 10 10 10
2 Proses pelumasan cetakan dengan
menggunakan minyak cetak 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 3 Settingdan mesin heading, wire cutting
wire caging 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Proses wire cutting dan wire caging 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
5 Jumlah dan posisi besi prategang 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
6 Jumlah, jarak, dan cara pengikatan
spiral 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 Jumlah dan posisi cincin 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
8 Baut penahan plat sambung 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2. Pengecoran Dan Penutupan Cetakan (WB-PRD-PS-16-K02)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Metode pengecoran 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 Volume/berat adukan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
3 Kebersihan bibir cetakan 10 10 10 7,5 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Baut penahan end plate 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
5 Kelengkapan dan kesempurnaan
(54)
3. Penarikan Besi Prategang (WB-PRD-PS-16-K03)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Elongasi besi prategang 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 Beban tarikan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4. Pemadatan Produk Putar (WB-PRD-PS-16-K04)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Besar dan tahapan putaran spinning 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 Pembuangan limbah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10
5. Perawatan Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO5)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Lama waktu perawatan produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
6. Pengeluaran Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO6)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Visual produk: kondisi permukaan 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10
2 Dimensi/ panjang produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
7. Penangan Produk jadi Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO7)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Cara pengangkatan produk 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10
2 Jumlah tumpukan produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
(55)
Jalur Produksi : Jalur III (Tiga)
Jenis Produk : Tiang Pancang Bulat (Spun Pile) Tipe Produk : 50.B0. B.12.7.B dan 50.B0.M.09.7.B Jumlah Sampel : 15 Middle dan 15 Bottom
1. Perakitan dan Pemasangan Assesories (WB-PRD-PS-16-K05)
Perakitan Tulangan Dengan Cara Wire Caging
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Kebersihan cetakan dan end plate 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10
2 Proses pelumasan cetakan dengan
menggunakan minyak cetak 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 3 Settingdan mesin heading, wire cutting
wire caging 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Proses wire cutting dan wire caging 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
5 Jumlah dan posisi besi prategang 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
6 Jumlah, jarak, dan cara pengikatan
spiral 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7 Jumlah dan posisi cincin 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
8 Baut penahan plat sambung 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2. Pengecoran Dan Penutupan Cetakan (WB-PRD-PS-16-K02)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Metode pengecoran 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 Volume/berat adukan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
3 Kebersihan bibir cetakan 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4 Baut penahan end plate 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
5 Kelengkapan dan kesempurnaan
(56)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Elongasi besi prategang 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 Beban tarikan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
4. Pemadatan Produk Putar (WB-PRD-PS-16-K04)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Besar dan tahapan putaran spinning 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 Pembuangan limbah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10
5. Perawatan Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO5)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Lama waktu perawatan produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
6. Pengeluaran Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO6)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Visual produk: kondisi permukaan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2 Dimensi/ panjang produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
7. Penangan Produk jadi Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO7)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Cara pengangkatan produk 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10
2 Jumlah tumpukan produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
(57)
Jalur Produksi : Jalur V (Lima)
Jenis Produk : Tiang Pancang Bulat (Spun Pile) Tipe Produk : 50.A1.B.16.7.B dan 50.A1.M.16.7.B Jumlah Sampel : 12 Middle dan 12 Bottom
1. Perakitan dan Pemasangan Assesories (WB-PRD-PS-16-K05)
Perakitan Tulangan Dengan Cara Wire Caging
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Kebersihan cetakan dan end plate 7,5 7,5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 7,5 10 10 - - -
2 Proses pelumasan cetakan dengan
menggunakan minyak cetak 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 3 Settingdan mesin heading, wire cutting
wire caging 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
4 Proses wire cutting dan wire caging 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 - - -
5 Jumlah dan posisi besi prategang 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
6 Jumlah, jarak, dan cara pengikatan
spiral 10 10 10 10 10 7,5 7,5 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 7 Jumlah dan posisi cincin 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
8 Baut penahan plat sambung 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
2. Pengecoran Dan Penutupan Cetakan (WB-PRD-PS-16-K02)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Metode pengecoran 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
2 Volume/berat adukan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
3 Kebersihan bibir cetakan 10 10 10 10 7,5 10 10 7,5 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 7,5 10 7,5 10 10 10 10 - - -
4 Baut penahan end plate 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
5 Kelengkapan dan kesempurnaan
(58)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Elongasi besi prategang 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
2 Beban tarikan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
4. Pemadatan Produk Putar (WB-PRD-PS-16-K04)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Besar dan tahapan putaran spinning 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
2 Pembuangan limbah 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 10 7,5 10 - - -
5. Perawatan Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO5)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Lama waktu perawatan produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
6. Pengeluaran Beton Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO6)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Visual produk: kondisi permukaan 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 7,5 10 10 - - -
2 Dimensi/ panjang produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
7. Penangan Produk jadi Produk Putar (WB-PRD-PS-16-KO7)
No. Hal yang Diamati
Skor Sampel ke-
Middle Bottom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Cara pengangkatan produk 7,5 10 10 10 10 7,5 10 10 7,5 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
2 Jumlah tumpukan produk 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - - 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 - - -
(59)
(WB-PRD-PS-17) PT. Wika Beton PPB Lampung
1. Melakukan Kualifikasi Produk Untuk Menentukan Statusnya (Baik, Cacat, Gagal) (WB-PRD-PS-17-K01 s/d K09
Pemeriksaan Dan Kualifikasi Produk Jadi Tiang Pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Pemeriksaan kelurusan tiang (klt) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan keropos sirip badan (krp) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan gompal (gpl) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan retak memanjang (rtk) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan retak melingkar (rtk) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan ketebalan beton / oval
(ovl) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan terminal grounding Sudah memadai Sesuai 10
Posisi plat sambung (pps) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan penyok pada selubung
plat sambung (pnp) Sudah memadai Sesuai 10
Pemeriksaan posisi sepatu pancang
(psp) Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
2. Perbaikan Produk Cacat (WB-PRD-PS-17-K11 S/D K12) Perbaikan Cacat Tiang Pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Perbaikan untuk Tiang pancang keropos dibagian pertemuan sepatu dengan badan tiang pancang
Sudah memadai - -
Perbaikan untuk tiang pancang gompal Sudah memadai - -
Perbaikan untuk tiang pancang burik/
lengket kulit pada permukaan beton Sudah memadai Sesuai -
Perbaikan untuk tiang pancang oval Sudah memadai - -
Perbaikan untuk tiang pancang penyok
pada selubung plat sambung Sudah memadai - -
Skor Rata-rata 10
Modifikasi Tiang Pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Pemasangan sekat triplek pada tiang
pancang yang akan disambung Sudah memadai - -
Ukuran sepatu/kepala masif yasng
digunakan untuk menyambung Sudah memadai - -
Proses pemasangan sepatu/kepala
masif ke badan tiang pancang Sudah memadai - -
Proses pengecoran pada sambungan
tiang pancang Sudah memadai - -
Pembukaan bekisting, perawatan dan
finishing pada sambungan Sudah memadai - -
(60)
PT. Wika Beton PPB Lampung 1. Melakukan Pemilihan Benda Uji (WB-ENJ-PS-09-K01)
Pemeriksaan Dan Kualifikasi Produk Jadi Tiang Pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Spesifikasi teknis produk yang
akan diuji Sudah memadai Sesuai 10
Umur benda benda uji Sudah memadai Sesuai 10 Skor Rata-rata
Pemeriksaan Dan Kualifikasi Produk Jadi Tiang Pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Jumlah benda uji Sudah memadai Sesuai 10
Umur benda benda uji Sudah memadai Sesuai 10
Skor Rata-rata 10
2. Melaksanakan Pengujian (IK Pengujian Tiang Pancang WB-ENJ-IK09-01) Pemeriksaan Dan Kualifikasi Produk Jadi Tiang Pancang
Hal Yang Diamati Prosedur Penerapan Skor
Setting tiang pancang dan
kalibrasi alat uji Sudah memadai Sesuai 10
Tahapan pembebanan Sudah memadai Sesuai 10
Pencatatan nilai bending tiang
pancang Sudah memadai Sesuai 10
(61)
Dan Pengeluaran Barang (WB-PRD-PS-12) PT. Wika Beton PPB Lampung 1. Memeriksa Mutu, Volume, Dan Spesifikasi Barang (WB-PRD-PS-12-K01s/d K02) dan
(WB-PRD-PS-12-F01s/d F07)
Pemeriksaan Plat Sambung Tiang pancang No
Hal Yang Diamati Xi (skor) s (standar deviasi)
1 Pemeriksaan ukuran dan
konfigurasi lubang 7,5 -2 4
s = 1,1180 2
Pemeriksaan kondisi permukaan dan tebal plat sambung
10 0,5 0,25 3 Bentuk dan ukuran plat
selubung 10 0,5 0,25
4 Pemeriksaan kualitas ulir pada
baut penahan plat sambung 10 0,5 0,25 5 Jumlah dan ukuran angkur 10 0,5 0,25
Jumlah 47,5 0 5
(skor rata-rata) 9,5
Pemeriksaan Sepatu Mamira
No Hal Yang Diamati Xi (Skor) s (standar deviasi)
1 Jumlah sampel dan peralatan
uji - - -
s = -
2 Pemeriksaan ukuran dan
konfigurasi lubang - - -
3
Pemeriksaan kondisi permukaan dan tebal plat sepatu
- - -
4 Bentuk dan ukuran plat
selubung - - -
5 Pemeriksaan kualitas ulir pada
baut penahan plat sambung - - - Jumlah
(skor rata-rata)
Pemeriksaan Rangka Sepatu Tiang Pancang
No Hal Yang Diamati Xi (Skor) s (standar deviasi)
1 Jumlah sampel yang diperiksa 10 0 0
s = 0
2 Jumlah Tulangan 10 0 0
3 Panjang tulangan 10 0 0
Jumlah 30 0 0
(skor rata-rata) 10
Pemeriksaan Pasir
No Hal Yang Diamati Xi (Skor) s (standar deviasi)
1 Volume material saat datang 10 0,63 0,39
s = 1,25 2 Kadar lumpur saat material
datang 10 0,63 0,39
3 Kondisi material (visual) 10 0,63 0,39 4 Jumlah sampel yang diperiksa 7,5 -1,88 3,52
Jumlah 37,5 0 4,69
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)