Kesenian Gambaran Umum Desa Blendung
memusuhi Adipati Loano. Banyak Ngampar sangat menginginkan kedudukan Adipati Loano. Kemudian Adipati Loano kalah dan kedudukan Adipati
Loano digantikan oleh Banyak Ngampar. Kemudian Banyak Ngampar memindahnya di Suronegaran. Adipati Suronegara yang saat itu menduduki
Suronegaran mempunyai 15 anak. Salah 1 di antara ke 15 anaknya adalah laki-laki yang bernama Kertanegara. Sepeninggal Adipati Suronegara,
Kertanegara menggantikan kedudukan ayahnya. Kemudian memindah kota ke daerah Kauman. Pindahnya kota di daerah Kauman dikarenakan dekatnya
dengan alun-alun. Selain itu Kadipaten Suranegaran sudah diduduki oleh Belanda. Dengan keadaan Kertanegara yang semakin terhimpit karena
kedatangan Belanda, maka Kertanegara memutuskan untuk pergi bertapa di daerah Bagelen. Pada saat itu Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya
kepada Hindia-Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta dalam perang Diponegoro. Wilayah ini kemudian digabung ke dalam Karesidenan Kedu
dan menjadi Kabupaten Purworejo. Belanda yang berada di Bagelen pada saat itu membangun sebuah
pemukiman. Pemukiman tersebut diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan hingga saat ini. Tata kota merupakan rancangan dari insinyur
Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini merupakan kota tangsi militer dengan tentara Belanda dari Afrika Barat yang
dikenal sebagai tentara hitam. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga saat ini. Adapun Masji
d Jami’ Purworejo
tahun 1834, rumah dinas bupati tahun 1840, dan bangunan yang saat ini dikenal sebagai gereja GPIB tahun 1879.