Sejarah Desa Blendung Gambaran Umum Desa Blendung

Salah satu tradisi yang masih dilestarikan yaitu peringatan malam satu Suro yang masih menggunakan sesaji untuk melaksanakan upacara adatnya. Dalam peringatan malam satu Suro terdapat Tari Dolalak yang masih dilestarikan yang kemudian ditampilkan saat malam satu Suro. Selain tampil, Tari Dolalak ini memiliki maksud tersendiri dalam acara malam satu Suro.

1. Upacara Adat Suro

Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang kaya akan budayanya. Hampir diseluruh Kabupaten di Jawa Tengah memiliki budaya khas masing- masing. Begitu juga dengan adat yang ada di masing-masing Kabupaten di Jawa Tengah. Seperti halnya salah satu Kabupaten yang ada di Jawa Tengah adalah Kabupaten Purworejo. Kabupaten Purworejo merupakan wilayah yang ada di Jawa Tengah yang masih kental dengan budaya dan adatnya. Hampir di seluruh Desa di Kabupaten Purworejo memiliki budaya dan adat masing- masing. Upacara adat yang masih terus dilakukan di Kabupaten Purworejo yaitu peringatan malam satu Suro. Malam satu Suro dianggap malam yang keramat bagi masyarakat Jawa pada umumnya. Khususnya di Kabupaten Purworejo masih terus dilakukan upacara adat malam satu Suro dikarenakan ini sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun. Salah satu Desa di Kabupaten Purworejo yang masih terus melakukan upacara adat malam satu Suro adalah Desa Blendung. Desa Blendung merupakan Desa yang sudah berada di bagian Selatan Kabupaten Purworejo. Bisa dikatakan Desa Blendung ini sudah berada di pesisir pantai. Warganya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani belum banyak mendapat pengaruh dari luar. Dengan demikian membuat para warga masih kental dengan adatnya sehingga masih mempertahankan adat yang sudah bertahun-tahun dilestarikan. Suro merupakan tahun baru Islam satu Muharram adalah bulan yang baik untuk umat Islam khususnya. Adapun pendapat masyarakat bahwa malam satu Suro adalah malam keramat. Banyak juga masyarakat yang menyalahgunakan adanya malam satu Suro untuk memperkuat kekuatan. Malam satu Suro merupakan malam pergantian tahun baru Islam yang selalu dinanti oleh masyarakat desa Blendung, karena dalam acara malam satu Suro merupakan malam ketika semua warga berintrospeksi diri dan bersyukur atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan untuk seluruh warga desa Blendung khususnya. Seluruh warga akan memanjatkan doa meminta atas kemakmuran dan kesejahteraan warga desa Blendung. Seperti yang diungkapakan oleh Koentjaraningrat 2002: 5-6 bahwa adat istiadat adalah suatu tata kelakuan yang mengatur dan mengendalikan perbuatan manusia. Warga Desa Blendung memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan malam satu Suro. Seluruh warga desa Blendung sebelum malam satu Suro ini datang semua warga telah mempersiapkan yang pasti dibutuhkan. Persiapan yang harus dilakukan adalah bersih diri. Bersih diri bukan berarti mandi melainkan menyadari kesalahan perbuatan yang tidak baik. Persiapan bersih makam yaitu merupakan membersihkan makam yang ada di desa Blendung. Upacara satu Suro yang dilaksanakan setiap 1 tahun sekali setiap malam tanggal satu Suro. Dalam upacara adat Suro harus menampilkan Tari Dolalak setelah upacara adat Suro selesai. Persiapan lain yang perlu dilakukan adalah tempat yang akan digunakan untuk acara malam satu Suro. Adapun tempat untuk melaksanakan upacara adat Suro harus di Desa Blendung meski harus digilir. Biasanya warga melakukan musyawarah untuk persiapan tempatnya. Desa Blendung baru saja ada pergantian jabatan lurah, maka acara malam satu Suro diadakan di rumah lurah desa Blendung. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat 1985: 243 bahwa upacara ritual, dalam pelaksanaannya harus memenuhi komponen tempat upacara, saat upacara, alat-alat upacara, dan orang-orang yang melakukan upacara. Upacara adat Suro di Desa Blendung dilaksanakan setelah Sholat Magrib. Sakitar jam 15.00 ibu-ibu warga Desa Blendung berkumpul di rumah Lurah Desa Blendung untuk memasak. Para ibu-ibu datang ke rumah lurah tidak hanya dengan tangan kosong, tetapi membawa ubo rampe untuk memasak. Ubo rampe tersebut berupa panci, dandang, penggorengan, ada juga yang membawa jajan pasar yang sudah matang, dan beras. Saat memasak para ibu-ibu dipandu oleh mbok Sikem. Mbok Sikem merupakan sesepuh di desa Blendung yang biasanya membuat sesaji untuk upacara adat di Desa Blendung. Mbok Sikem memandu Ibu-ibu yang lain memasak berupa nasi, sayur, lauk, dan membuat aneka cemilan. Setelah mbok Sikem selesai memandu ibu-ibu yang lain kemudian mbok Sikem mempersiapkan sesaji untuk upacara adat Suro. Seperti yang diungkapakan oleh mbok sikem bahwa