serta keseimbangan iklim global. Menurunnya kualitas udara tersebut terutama disebabkan karena penggunaan bahan bakar fosil untuk sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di
kota-kota besar, disamping kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan dan kebakaran lahan. Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara cukup berat terhadap lingkungan
terutama kesehatan manusia yaitu dengan menurunnya fungsi paru, peningkatan penyakit pernapasan, dampak karsinogen dan beberapa penyakit lainnya. Selain itu pencemaran udara
dapat menimbulkan bau, kerusakan materi, gangguan penglihatan dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak lingkungan.
Untuk mengantisipasi dan menanggulangi dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan perlu adanya upaya-upaya nyata dari semua pihak baik instansi
pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat luas sesuai dengan bidang tugas masing- masing. Upaya penanggulangan pencemaran udara pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
mutu udara untuk kehidupan. Upaya ini meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan
sumber pencemar baik sumber pencemar bergerak maupun tidak bergerak dan gangguan serta penanggulangan keadaan darurat akibat pencemaran udara. Pelaksanaan pencegahan
Pencemaran udara terutama dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran. Kegiatan ini dilaksanakan antara lain melalui penetapan baku mutu udara ambien dan emisi.
2. Emisi gas Buang Kendaraan Bermotor
Berbicara tentang polusi, maka bayangan kita segera akan tertuju pada banyak macam dan jenis penyebab polusi tersebut. Seperti diketahui bahwa polusi atau pencemaran dapat berupa
polusi udara, tanah, dan air. Sebagai penyebabnya dapat terjadi secara alami atau dari akibat kegiatan manusia. Namun dengan berkembangnya teknologi, sat ini polusi lebih banyak
disebabkan oleh kegiatan manusia. Beberapa produk teknologi justru telah membuat pengaruh yang uruk terhadap alam dan lingkungan serta kehidupan manusi pemakai teknologi itu sendiri.
Salah satu teknologi yang menyebabkan pencemaran tersebut adalah kendaraan bermotor, sebagai salah satu sarana transportasi dan mobilitas manusia. Sebagian besar polusi
udara 70 disebabkan oleh kegiatan transportasi. Hingga saat ini pembicaraan tentang masalah polusi udara sudah sangat sering didengar, baik dikalangan intelektual maupun orang awam,
bahkan masalah polusi udara ini telah menjadi masalah dunia, dimana semua orang turut 29
merasakan akhibatnya. Polusi udara adalah masuknya bahan-bahan pencemar kedalam udara ambien yang dapat mengakhibatkan rendahnya bahkan rusaknya fungsi udara.
Peningkatan pencemaran udara saat ini meningkat dengan sangat tajam seiring dengan perkembangan industrialisasi dan perkembangan teknologi. Tanpa disadari perkembangan
teknologi dan industrialisasi disamping memberikan manfaat pada manusia justru merusak lingkungan tempat hidup manusia. Beberapa hasil perkembangan teknologi yang dapat mencemari
udara adalah : keluarnya asap dari cerobong-cerobong pabrik, asap kendaraan bermotor, pembakaran hutan, sampah dan lain-lain. Dari hasil pembakaran berupa asap tersebut dapat
diuraikan beberapa gas yang dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas udara bahkan beberapa pengaruh buruk lainnya.
Gas buang umumnya terdiri dari gas yang tidak beracun N2 nitrogen, CO2 Carbon Dioksida dan H2O Uap air sebagian kecil merupakan gas beracun seperti Nox, HC, dan CO.
Yang sekarang sangat populer dalam gas buang adalah gas beracun yang dikeluarkan oleh suatu kendaraan seperti tampak pada gambar dibawah ini.
Dari gambar tersebut sebagian besar gas buang terdiri dari 72 N2, 18.1 CO2, 8.2 H2O, 1.2 Gas Argon gas mulia, 1.1 O2 dan 1.1 Gas beracun yang terdiri dari 0.13 Nox,
0.09 HC dan 0.9 CO. Selain dari gas buang unsur HC dan CO dapat pula keluar dari penguapan bahan bakar di tangki dan blow by gas dari mesin. Sehingga perlu diperhatikan pula
kondisi tutup tangki bahan bakar maupun saat pengisian bahan bakar jangan sampai terlalu berlebihan saat pengisian bahan bakar.
Pada motor bensin besarnya emisi gas buang seiring dengan besarnya penambahan jumlah campuran udara dan bahan bakar, karena yang masuk ke dalam silinder adalah campura
antara udara dan bahan bakar. Akan tetapi pada mesin diesel besarnya emisi dalam bentuk opasitas ketebalan asap tergantung pada banyaknya jumlah bahan bakar yang disemprotkan
kedalam silinder, karena pada motor diesel yang dikompresikan adalah udara murni. Atau dengan kata lain semakin kaya campuran maka akan semakin besar pula konsentrasi Nox, CO dan asap,
sementara semakin kurus campuran konsentrasi NOx, CO dan asap namun HC sedikit meningkat. Pada motor diesel, besarnya emisi dalam bentuk opasitas ketebalan asap tergantung
pada banyaknya bahan bakar yang disemprotkan dikabutkan ke dalam silinder, karena pada motor diesel yang dikompresikan adalah udara murni. Dengan kata lain semakin kaya campuran
30
maka semakin besar konsentrasi Nox, CO dan asap. Sementara itu, semakin kurus campuran konsentrasi Nox, CO dan asap juga semakin kecil. 100 CO yang ada diudara adalah hasil
pembuangan dari mesin diesel sebesar 11 dan mesin bensin 89 CO adalah Carbon Monoxida; HC Hydro Carbon; NOx adatah istilah dan Oxida-Oxida Nitrogen yang digabung dan dibuat satu
NO. N02, N20. Polusi emisi gas buang dari mesin disel dapat digolongkan berupa
Partikulat
Residu karbon
Pelumas tidak terbakar
Sulfat
Lain-lain
Gas buang mesin diesel sebagian besar berupa partikulat dan berada pada dua fase yang berbeda, namun saling menyatu, yaitu fase padat, terdiri dari residukotoran, abu, bahan aditif,
bahan korosif, keausan metal, fase cair, terdiri dari minyak pelumas tak terbakar. Gas buang yang berbentuk cair akan meresap ke dalam fase padat, gas ini disebut partikel. Partikel-partikel
tersebut berukuran mulai dari 100 mikron hingga kurang dari 0,01 mikron. Partikulat yang berukuran kurang dari 10 mikron memberikan dampak terhadap visibilitas udara karena partikulat
tersebut akan memudarkan cahaya. Berdasarkan ukurannya, partikel dikelompokkan menjadi tiga, sebagai berikut:
0,01-10 mm disebut partikel smogkabutasap;
10-50 mm disebut dustdebu;
50-100 mm disebut ashabu.
Partikulat pada gas buang mesin diesel berasal dari partikel susunan bahan bakar yang masih berisikan kotoran kasar abu, debu. Hal itu dikarenakan pemrosesan bahan bakarnya
kurang baik. Bahan bakar diesel di Indonesia banyak mengandung kotoran, misalnya solar. Biasanya solar tidak berwarna atau bening, namun yang ada di sini pasti berwarna agak
gelap. Ini menandakan adanya kotoran dalam bahan bakar. Dengan demikian, pada saat terjadi pembakaran, kotoran tersebut terurai dari susunan partikel yang lain dan tidak terbakar. Semakin
banyak residu dalam bahan bakar dengan mesin secanggih apa pun akan dihasilkan gas buang dengan kepulan asap hitam. Selain partikulat gas buang motor diesel lain adalah un-burn oil,
komponen ini penyumbang terbesar dalam gas buang, sebesar 40 berasal dari minyak pelumas 31
dalam silinder yang tidak terbakar selama proses pembakaran. Komponen ini menyumbangkan asap berwarna keputih-putihan. Semakin banyak minyak pelumas yang ikut dalam proses
pembakaran, semakin banyak warna putih dalam gas buang. Minyak pelumas yang tidak terbakar tersebut mengandung susunan karbon C dan H.
Sulfur pada bahan bakar yang berasal dari fosil berbentuk sulfur organik dan nonorganik. Pembakaran pada mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar fosil akan menghasilkan sulfur
dioksida SO2 dan sulfur trioksida SO3 dengan perbandingan 30:1. Berarti, sulfur dioksida merupakan bagian yang sangat dominan dalam gas buang diesel. Sulfur dioksida yang ada di
udara, jika bertemu dengan uap air akan membentuk susunan molekul asam. Jika hal ini dibiarkan, bisa terjadi hujan asam yang sangat merugikan.
Gas buang diesel 8 merupakan kumpulan dari bermacam-macam gas beracun, di antaranya CO, HC, CO2, dan NOx. Gas buang tersebut meskipun hanya dalam jumlah yang kecil
8 tetap memberikan andil dalam pencemaran udara. Gas beracun itu bisa dikurangi dengan membuat proses pembakaran di dalam mesin menjadi lebih sempurna. Caranya dengan
meningkatkan kemampuan kompresi dan injeksi bahan bakar yang tepat waktu dan jumlah dengan bahan bakar yang lebih sesuai.
Bahan bakar yang tidak terbakar setelah proses pembakaran ada 7 dari seluruh gas buang diesel. Bahan bakar yang tidak terbakar ini berupa karbon C yang terpisah dari HC akibat
perengkahan selama terjadi pembakaran. Semakin banyak bahan bakar tidak terbakar yang keluar, semakin hitam warna asap gas buang yang dikeluarkan oleh mesin.
3. Perkembangan Teknologi dalam Pengendalian Emisi