III-2
pada pasar tenaga kerja dan perumahan, produksi industri dan keyakinan konsumen dan bisnis. Sama halnya dengan Bank Dunia, IMF pun memberi peringatan adanya ketidakpastian
yang ekstrim dalam sistem keuangan. Secara umum pemulihan ekonomi global saat ini disebabkan oleh berhasilnya
intervensi pemerintah di berbagai negara yang telah mendorong sisi permintaan dan mengurangi ketidakpastian dan terjadinya resiko sistemik pada pasar keuangan. Namun
berbagai peringatan telah dikemukakan oleh para ekonom dunia, IMF dan Bank Dunia, bahwa pemulihan tersebut memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi dan
diantisipasi dalam lima tahun ke depan, yaitu : 1 utang negara maju yang meningkat sejalan dengan upaya peningkatan stimulus fiskal; 2 tingkat pengangguran yang tinggi di
negara-negara maju; 3 ketidakpastian harga minyak di pasar dunia. Harga minyak mentah dunia saat ini sempat menembus level US 80 – 85 per barrel.
Dan pada tahun 2010 – 2011 diperkirakan akan tembus pada level US 100 per barrel. Kondisi ini akan mungkin terjadi mengingat banyaknya negara-negara yang diperkirakan akan
mulai pulih kondisi perekonomiannya sehingga meningkatkan permintaan minyak mentah dunia. Untuk mengatasi lonjakan permintaan minyak dunia tersebut, saat ini OPEC telah
menambah persediaan minyak sampai 6 juta barrel. Prediksi OPEC dan beberapa pengamat mengatakan bahwa sulit untuk tembus angka US 100, karena saat ini kenaikan permintaan
berkisar 1,2 juta barrel. Namun jika tiba-tiba peningkatan diatas 6 juta barrel maka kenaikan harga minyak secara sporadis tidak dapat dielakkan. Harga komoditas berpotensi akan naik.
Diperkirakan akan terjadi pergeseran kekuatan ekonomi global dari Barat ke Timur, perekonomian Amerika Serikat dan negara industri maju lainnya masih tetap menjadi
penggerak perekonomian dunia dan pasar komoditi ekspor negara berkembang. Perekonomian Asia diperkirakan tetap menjadi kawasan dinamis dengan motor penggerak
perekonomian China, India dan negara-negara industri di Asia lainnya dan kawasan yang menarik bagi penanaman modal.
Pemulihan ekonomi di Asia yang membaik pada akhir tahun 2009 serta pemulihan ekonomi dunia pada tahun 2010, maka harus segera diantisipasi oleh ketahanan ekonomi
nasional yang tetap terjaga dalam menghadapi krisis keuangan dan penurunan ekonomi global; ekspektasi yang baik terhadap kelanjutan pemerintahan serta perkiraan lingkungan
eksternal pada tahun 2010 – 2011.
3.1.2 Ekonomi Nasional
Bank Indonesia dalam buku Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014 memperkirakan kondisi perekonomian nasional akan membaik pada tahun 2010, berdasarkann asumsi
membaiknya kinerja ekspor, peningkatan konsumsi masyarakat efek perbaikan kinerja
III-3
ekspor dan peningkatan penyerapan tenaga kerja, meningkatnya investasi sebagai akibat meningkatnya aliran Foreign Direct Invesment FDI membaiknya iklim investasi domestik
dan global, dukungan pengeluaran pemerintah, nilai tukar cenderung stabil, tekanan inflasi menurun. Potensi tekanan inflasi tahun ini diperkirakan akan berkurang sejalan dengan tren
penurunan harga komoditas dunia. Tekanan dari sisi harga minyak diperkirakan akan mulai muncul pada tahun 2010 seiring dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia,
sehingga besarnya inflasi pada tahun 2010 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2009.
Dengan demikian, permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi dan kinerja ekspor akan kembali mengalami penguatan sejalan
dengan mulai bangkitnya perekonomian global pada tahun 2010. Penguatan sisi permintaan domestik ini mampu diimbangi dengan meningkatnya daya dukung kapasitas perekonomian,
sehingga mampu menjaga kecukupan di sisi produksi. Mengimbangi
kondisi perekonomian
global maka
Indonesia pun
telah memprediksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 akan sebesar 5,5 – 5,6,
dan menjadi 6,0 – 6,3 pada tahun 2011 Tabel 3.1. Asumsi pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti oleh asumsi pertumbuhan konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, investasi,
ekspor dan impor barang dan jasa. Angka perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional tersebut telah memperhitungkan dampak diberlakukannya ACFTA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2010 – 2011 dalam
2010 2011
Pertumbuhan Ekonomi 5,5 – 5,6
6,0 – 6,3 Sisi Pengeluaran
Konsumsi Masyarakat 5,2 – 5,2
5,2 – 5,3 Konsumsi Pemerintah
10,8 – 10,9 10,9 – 11,2
Investasi 7,2 – 7,3
7,9 – 10,9 Ekspor Barang dan Jasa
6,4 – 6,5 9,7 – 10,6
Impor Barang dan Jasa 9,2 – 9,3
12,7 – 15,2 Sisi Produksi
Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
3,3 – 3,5 3,4 – 3,5
Pertambangan dan Penggalian 2,0 – 2,1
2,1 – 2,3 Industri Pengolahan
4,2 – 4,3 5,0 – 5,4
Industri Bukan Migas 4,8 – 4,9
5,6 – 6,1 Listrik, Gas dan Air
13,4 – 13,5 13,7 – 13,8
III-4
2010 2011
Konstruksi 7,1 – 7,2
8,4 – 8,5 Perdagangan, Hotel dan Restoran
4,0 – 4,1 4,2 – 4,8
Pengangkutan dan Telekomunikasi 14,3 – 14,8
14,5 – 15,2 Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
6,5 – 6,6 6,6 – 6,7
Jasa-jasa 6,7 – 6,9
6,9 – 7,0
Sumber : RPJMN Tahun 2010 – 2014
Konsumsi masyarakat terus didorong dengan meningkatkan daya beli masyarakat melalui upaya mengendalikan inflasi dan menjaga ketersediaan bahan pokok. Upaya untuk
mendorong investasi
dilakukan dengan
peningkatan harmonisasi
kebijakan dan
penyederhanaan prosedur perijinan investasi; dan peningkatan fasilitas investasi. Ekspor terus dipacu pertumbuhannya dengan berbagai kebijakan, antara lain peningkatan akses
pasar internasional terutama pasar non tradisional; peningkatan dan diversitifkasi produk ekspor dan peningkatan fasilitas ekspor. Hal ini terutama untuk mengatasi permasalahan
yang timbul akibat diberlakukannya ACFTA. Sementara di sisi produksi, upaya mendorong pertumbuhan industri pengolahan non
migas akan didorong kembali sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya yang dilakukan adalah dengan kebijakan penumbuhan populasi usaha industri, penguatan
struktur industri dan peningkatan produktivitas usaha industri. Sementara sektor lain seperti pertanian, perikanan dan kehutanan di upayakan dengan kebijakan mewujudkan
kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian serta peningkatan pendapatan petani.
Pada tahun 2009, menurut World Competitiveness Yearbook, posisi daya saing Indonesia berada pada rangking 42, naik dari posisi 51 pada tahun 2008. Namun kenaikan
daya saing tersebut bukan karena pembenahan mendasar di dalam negeri tetapi karena banyaknya negara-negara lain yang terkapar akibat krisis global. Sehingga agar posisi
Indonesia tidak kembali turun setelah pemulihan krisis global, maka Indonesia perlu segera melakukan pembenahan ekonominya.
Secara umum beberapa kondisi yang perlu diwaspadai oleh Indonesia pada tahun 2010 dan 2011 adalah harga minyak dunia yang diperkirakan akan menembus US 100 per
barrel tingkat volatilitas rupiah terhadap dollar yang masih cukup tinggi, masih didominasinya arus modal masuk yang bersifat jangka pendek dengan jumlah yang masih
jauh diatas cadangan devisa yang ada, kemudian masalah politik dan hukum yang dapat mengganggu tingkat kepercayaan masyarakat dunia.
III-5
Sementara untuk stabilisasi harga pangan, Menteri Keuangan menetapkan dalam APBN 2010 akan menaikkan jatah raskin dari 13 kg menjadi 15 kg dengan harga yang tidak
berubah. Pemerintah juga akan mengubah subsidi pupuk, stabilisasi minyak goreng dan gula. Upaya menstabilkan harga-harga menjadi prioritas utama pemerintah, mengingat tekanan
harga komoditas di pasar internasional dan tekanan terhadap masyarakat yang cukup tinggi. Prioritas lain adalah pembenahan infrastruktur jalan tol di 21 ruas serta revitalisasi pabrik
gula yang merupakan program prioritas departemen industri. Kebijakan-kebijakan yang diprioritaskan ditujukan untuk menjawab tantangan dinamika dalam perekonomian
Indonesia.
3.1.3 Ekonomi Jawa Barat