Arah Kebijakan Belanja Daerah

III-48 Bila memperhatikan kecenderungan realisasi pendapatan daerah sejak tahun 2005- 2009 terlihat bahwa terdapat peningkatan yang berfluktuasi. Bahkan, berdasar pada Perubahan APBD 2009, diperkirakan pendapatan daerah pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan negatif, terutama yang bersumber dari jenis pajak kendaraan bermotor. Capaian pendapatan selama ini didukung oleh kondisi ekonomi regional yang stabil dan keberhasilan dalam melakukan upaya-upaya intensifikasi dalam meningkatkan pendapatan daerah. Namun demikian, pada tahun 2009 kondisi ekonomi makro dan regional mengalami penurunan sebagai imbas krisis ekonomi global yang terjadi dari tahun 2008, sehingga berimplikasi juga pada tingkat pendapatan asli daerah terutama pajak daerah yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perlu ada upaya-upaya peningkatan pendapatan yang lebih intens dilakukan disertai dengan peningkatan pelayanan publik serta upaya intensifikasiekstensifikasi yang lebih giat, sehingga diharapkan pada tahun 2011 memungkinkan ada peningkatan pendapatan daerah yang cukup signifikan. Terlebih lagi dengan diberlakukannya UU No 282009, telah memberi peluang kepada Pemerintah apabila beberapa prasyarat tersebut dilakukan. Untuk tahun 2011, diproyeksikan pendapatan daerah mencapai Rp.8,473 trilyun, dibandingkan target tahun 2010 sebesar Rp. 7,757 trilyun, maka terdapat peningkatan pendapatan daerah sebesar 10,23. Proyeksi pendapatan daerah Tahun 2011 ini belum mempertimbangkan peningkatan penerimaan dari sektor pajak yang mengalami kenaikan tarif sesuai dengan Undang-Undang 28 Tahun 2009 dan telah menghilangkan potensi penerimaan dari sektor pajak pemanfaatan air tanah dan dana perimbangan bagi hasil pajak dari BPHTB yang harus dialih-kelolakan kepada KabupatenKota mulai tahun 2011. Sementara itu untuk alokasi belanja daerah diproyeksikan pada tahun 2011 sebesar Rp. 8,473 trilyun.

3.4.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun 2010 disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam programkegiatan. III-49 Kebijakan belanja daerah tahun 2011 tetap diarahkan untuk mendukung pencapaian target IPM 80, dimana dengan mempertimbangkan pencapaian IPM tahun 2008 baru sebesar 70,97 diperlukan perencanaan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pencapaian IPM 80. Dengan perencanaan anggaran yang konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian IPM 80 ditargetkan tercapai pada tahun 2015. Perencanaan pembangunan yang mendukung pencapaian IPM 80 diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, dan suprastruktur. Kebijakan belanja daerah tahun 2011 diupayakan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif, antara lain melalui: 1. Esensi utama penggunaan dana APBD adalah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat oleh karena itu akan terus dilakukan peningkatan program- program yang berorientasi pada masyarakat dan berupaya melaksanakan realisasi belanja daerah tepat waktu dengan mendorong proses penetapan Perda APBD secara tepat waktu pula. 2. Meningkatkan kualitas anggaran belanja daerah melalui pola penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan tematik pembangunan yang disertai sistem pelaporan yang makin akuntabel. 3. Mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20 dari total belanja daerah tahun 2011 tidak termasuk alokasi anggaran untuk kegiatan yang belum selesai tahun sebelumnya multi years, dalam rangka peningkatan indeks pendidikan meliputi Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah AMH dan RLS. 4. Meningkatkan alokasi anggaran untuk kesehatan, menjadi 10 sesuai perintah UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan guna peningkatan kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan masyarakat. 5. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah, yaitu: a. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan operasional kantor biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet, dan service mobil; b. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai pelaksanaan TUPOKSI OPD, yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi, konsultasi, sosialisasi, pengendalian evaluasi, dan perencanaan; c. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung program-program pembangunan yang menjadi prioritas dan unggulan OPD, programkegiatan yang telah menjadi komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat committed budget, dan kegiatan multi years yang diprioritaskan untuk dilaksanakan pada TA 2010. III-50 6. Sesuai dengan amanat UU No. 282009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, akan dialokasikan anggaran untuk bidang infrastruktur jalan dan transportasi minimal 10 dari perolehan pajak kendaraan bermotor dan bahan bakar kendaraan bermotor. 7. Dalam rangka pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah Pemilukada Gubernur Jawa Barat 2013 maka mulai dialokasikan dana cadangan dari APBD murni 2011. 8. Dalam upaya meningkatkan kinerja pembangunan Jawa Barat sebagaimana tercantum dalam RPJMD Jawa Barat tahun 2008-2013 serta peningkatan koordinasi dan sinergitas pembangunan antar tingkat pemerintahan, maka sesuai dengan kebutuhan, urusan dan kemampuan keuangan, diperlukan dana bantuan kepada pemerintah kabupatenkota dan masyarakat yang terdiri dari bantuan keuangan, bantuan hibah dan subsidi. 9. Dalam upaya meningkatkan kinerja BUMD Provinsi Jawa Barat, maka dialokasikan dana penyertaan modal kepada BUMD dalam anggaran RAPBD 2011 sesuai dengan kebutuhan, kebijakan pimpinan dan ketersediaan dana. 10. Meningkatkan alokasi anggaran bidang ekonomi yang makin diorientasikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 11. Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, belanja subsidi, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil kabkota, belanja bantuan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang, serta belanja tidak terduga yang digunakan untuk penanggulangan bencana yang tidak teralokasikan sebelumnya. 12. Penggunaan anggaran berbasis tematik dalam penentuan anggaran belanja dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, serta anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur. 13. Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian prioritas pembangunan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan merintis skema pelaksanaan programkegiatan pembangunan melalui Tugas Pembantuan, baik kepada pemerintah kabupatenkota maupun pemerintah desa. 14. Peningkatan efektivitas belanja bantuan keuangan dan bagi hasil kepada kabupatenkota dengan pola : a. Alokasi yang bersifat block grant dari Pos Bagi Hasil secara proporsional, guna memperkuat kapasitas fiskal kabupatenkota dalam melaksanakan otonomi daerah; b. Alokasi yang bersifat spesific grant dari pos bantuan kepada KabupatenKota yang diarahkan dalam rangka mendukung agenda akselerasi pencapaian Visi Jawa Barat 2008-2013 yaitu : 1 Berdasarkan pola penyaluran yang bersifat kompetisi melalui Program Pendanaan Kompetisi PPK. III-51 2 Membagi alokasi menjadi tiga bagian yaitu dana pemerataan, dana proporsional dan dana penyeimbang. Dana pemerataan dialokasikan sama untuk setiap KabupatenKota, dana proporsional dihitung berdasarkan indeks KabupatenKota, dan dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel kualitatif seperti Ibu Kota Provinsi, KabupatenKota perbatasan dengan Provinsi lain serta KabupatenKota yang akan menyelenggarakan even khusus yang berskala regional atau nasional. Variabel-variabel yang digunakan untuk menghitung indeks KabupatenKota adalah : indeks fiskal daerah dan indeks ruang fiskal, indeks kemiskinan dan proporsi kawasan lindung. 3 Kriteria kegiatan yang mendapatkan alokasi bantuan keuangan KabupatenKota antara lain meliputi dukungan terhadap upaya peningkatan IPM Jawa Barat, penanggulangan masalah kemiskinan; penanggulangan masalah pengangguran dan peningkatan pelestarian lingkungan khususnya kawasan lindung.

3.4.3. Proyeksi Kebutuhan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat 2011