dan widyaiswara, belum optimalnya peran kelembagaan, terutama manajemen, belum maksimalnya peran penyuluh dalam alih teknologi dan
informasi, kurang memadainya sarana dan prasarana penyuluhan, pendidikan dan pelatihan.
Adapun permasalahan yang terkait dengan penyuluhan, pelatihan, pendidikan, standardisasi dan sertifikasi profesi pertanian serta administrasi
manajemen dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Permasalahan dalam kegiatan penyuluhan pertanian:
1 Rendahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan 2 Kurangnya jumlah dan kompetensi penyuluh
3 Rendahnya kapasitas petani dan kelembagaan petani 4 Lemahnya transfer teknologi dari sumber informasi ke petani
5 Kurangnya dukungan sarana, prasarana dan pembiayaan penyuluh.
2. Permasalahan dalam kegiatan pelatihan pertanian:
1 Kurangnya jumlah, sebaran yang tidak merata serta rendahnya kapasitas dan kompetensi penyelenggara kediklatan widyaiswara dan
tenaga kediklatan 2 Kurangnya dukungan prasarana dan sarana kediklatan asrama, kelas,
laboratorium, sarana praktek 3 Masih rendahnya efektivitas hasil pelatihan
4 Belum terpenuhinya standarisasi mutu layanan kediklatan ISO 5 Belum adanya tindak lanjut hasil sertifikasi pogramkegiatan diklat.
3. Permasalahan dalam kegiatan pendidikan, standardisasi dan sertifikasi
profesi pertanian: 1 Rendahnya minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke SMK-
PP dan STPP 2 Belum memadainya kondisi infrastruktur, jumlah dan kualitas SDM
kependidikan 3 Pengakuan eksistensi STPP masih bersifat lokal dan tidak semua
lulusan dapat memenuhi standarkualitas yang dibutuhkan 4 Belum terciptanya iklim belajar yang kondusif di unit kerja pendidikan.
4. Permasalahan dalam kegiatan dukungan administrasi manajemen dan
teknis lainnya:
1 Belum konsistensinya penerapan e-planning dalam perencanaan program dan anggaran
2 Belum primanya kualitas pelayanan keterbukaan informasi publik
Rencana Strategis BPPSDMP 2015-2019
3 Kurangnya efektivitas dan akuntabilitas kegiatan serta pengendalian internal
4 Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan pegawai belum sepenuhnya optimal dan berkesinambungan
5 Koordinasi internal antara unit kerja lingkup Badan PPSDMP dan koordinasi eksternal Badan PPSDMP dengan unit kerja terkait belum
berjalan dengan optimal; 6 Pelaksanaan kegiatan belum sepenuhnya konsisten dengan jadwal
yang telah ditetapkan, sehingga hasilnya belum optimal.
D. Isu Strategis Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri;
memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha; meningkatkan kesejahteraan
rakyat khususnya
petani, pekebun,
dan peternak;
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan khususnya di perdesaan; meningkatkan pendapatan nasional; serta menjaga kelestarian lingkungan.
Sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, maka untuk lebih meningkatkan peran sektor pertanian diperlukan sumberdaya manusia yang
berkualitas, andal serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan, dan organisasi bisnis sehingga pelaku pembangunan pertanian mampu
membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu berperan serta dalam melestarikan lingkungan. Untuk
mewujudkan tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan, pemerintah Kementerian Pertanian berkewajiban menyelenggarakan penyuluhan
khususnya di bidang pertanian.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan mendefinisikan penyuluhan pertanian sebagai
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses
informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
sebagai salah satu institusi penyuluhan tingkat nasional dalam konteks organisasi Kementerian Pertanian adalah sebagai pendukung fungsi