Iklim Iklim dalam Kaitannya dengan Arsitektur Orientasi Bangunan

4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Iklim

Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca tahunan yang mencakup wilayah yang cukup luas Utoyo, 2007. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG, lokasi wilayah Indonesia yang strategis menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan cuaca iklim. Lokasi wilayah Indonesia yang diapit oleh dua samudera, yakni Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dua benua, yakni Benua Asia dan Benua Australia, menyebabkan pola iklim Indonesia dipengaruhi oleh angin musim atau angin muson Utoyo, 2007. Selain itu, BMKG juga menyatakan bahwa pada umumnya angin di wilayah Indonesia berhembus dari arah Timur-Tenggara. Akan tetapi, di wilayah Sumatera bagian Utara, angin berhembus dari arah Tenggara-Barat Daya. Adapun kecepatan anginnya berkisar antara 05-15 knots 09-27 kmjam.

2.2 Iklim dalam Kaitannya dengan Arsitektur

Menurut Boutet 1987, iklim memiliki pengaruh besar terhadap bangunan, sehingga para desainer arsitektural harus mempertimbangkan kondisi cuaca setempat untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya bernilai estetis, namun juga bernilai ekonomis serta efisien dan tahan lama. Salah satu faktor iklim adalah aliran udara angin. Aliran udara angin pada selubung bangunan menentukan kondisi lingkungan yang dirasakan pemakai bangunan di dalam bangunan. Angin merupakan salah satu faktor penentu kenyamanan termal Satwiko, 2009. Angin dapat mempengaruhi kemurnian udara, temperatur, dan kelembaban, sehingga memiliki efek langsung terhadap kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, para desainer arsitektural harus memahami prinsip dasar iklim, dalam hal ini angin, untuk menghasilkan bangunan yang memberi kenyamanan bagi pemakainya Boutet, 1987. Universitas Sumatera Utara

2.3 Orientasi Bangunan

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum PU, orientasi bangunan adalah arah suatu bangunan dengan mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan dan kondisi non fisik. Adapun kondisi fisik lingkungan berupa arah sirkulasi matahari Timur-Barat, jarak antar bangunan, dan klimatologi; sementara kondisi non fisik berupa ideologi, nilai-nilai sosial budaya setempat, dan makna ruang yang diciptakan. Givoni 1994 menyatakan bahwa orientasi bangunan ventilasi mempertimbangkan arah matahari dan arah angin. Akan tetapi, pada daerah beriklim panas lembab, orientasi bangunan terhadap arah angin merupakan faktor yang lebih dominan. Faktor angin pada bangunan dan pemakai bangunan berperan penting dalam tercapainya kondisi nyaman Kussoy, 1998; Sangkertadi, 2009 dalam Kussoy, 2011. Walaupun demikian, hingga saat ini banyak pemakai bangunan masih belum menyadari pentingnya hal tersebut Kussoy, 2011.

2.4 Layout Bangunan