Layout Bangunan Layout Bangunan Sekolah

2.3 Orientasi Bangunan

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum PU, orientasi bangunan adalah arah suatu bangunan dengan mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan dan kondisi non fisik. Adapun kondisi fisik lingkungan berupa arah sirkulasi matahari Timur-Barat, jarak antar bangunan, dan klimatologi; sementara kondisi non fisik berupa ideologi, nilai-nilai sosial budaya setempat, dan makna ruang yang diciptakan. Givoni 1994 menyatakan bahwa orientasi bangunan ventilasi mempertimbangkan arah matahari dan arah angin. Akan tetapi, pada daerah beriklim panas lembab, orientasi bangunan terhadap arah angin merupakan faktor yang lebih dominan. Faktor angin pada bangunan dan pemakai bangunan berperan penting dalam tercapainya kondisi nyaman Kussoy, 1998; Sangkertadi, 2009 dalam Kussoy, 2011. Walaupun demikian, hingga saat ini banyak pemakai bangunan masih belum menyadari pentingnya hal tersebut Kussoy, 2011.

2.4 Layout Bangunan

Berdasarkan fungsinya, bangunan terbagi atas beberapa jenis UU RI No. 28 Tahun 2002, antara lain: a bangunan fungsi hunian rumah; b bangunan fungsi keagamaan tempat ibadah; c bangunan fungsi usaha toko, kantor, dan sebagainya; d bangunan fungsi sosial dan budaya sekolah, rumah sakit, dan sebagainya; dan e bangunan fungsi khusus instalasi pertahanan dan keamanan. Secara umum, layout bangunan dibedakan atas 5 bentuk Ching, 2008, yakni: a bentuk terpusat, berupa sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi satu bentuk dominan yang berada di pusat; b bentuk linear, berupa bentuk-bentuk yang diatur berurutan dalam suatu baris; c bentuk radial, berupa komposisi dari bentuk-bentuk linear yang berkembang ke arah luar dari bentuk terpusat dalam arah radial; d bentuk cluster, berupa sekumpulan bentuk yang tergabung bersama karena saling berdekatan atau memiliki kesamaan visual; dan e bentuk grid, berupa bentuk-bentuk modular yang dihubungkan dan diatur oleh grid-grid tiga dimensi. Di sisi lain, bangunan itu sendiri juga memiliki bentuk Ching, 2008, antara lain: a bentuk beraturan, dimana bentuk-bentuk bangunannya simetris, tersusun secara rapi dan konsisten; dan b bentuk tidak Universitas Sumatera Utara beraturan, dimana bentuk-bentuk bangunannya tidak simetris dan cenderung lebih dinamis dibandingkan dengan bentuk beraturan.

2.5 Layout Bangunan Sekolah

Pada dasarnya, layout bangunan sekolah dibedakan atas 4 tipe, antara lain: a tipe courtyard; b tipe blok; c tipe cluster; dan d tipe town-like Rigolon, 2010. Bangunan sekolah dengan tipe courtyard memiliki halaman yang diselubungi bangunan, sementara bangunan sekolah dengan tipe blok berupa bangunan yang bermassa compact. Di sisi lain, tipe cluster membagi bangunan menjadi beberapa massa yang dihubungkan oleh lorong ataupun atrium. Berbeda dengan tipe cluster, pola penataan bangunan tipe town-like lebih organik Gambar 2.1. Gambar 2.1 Tipe layout bangunan sekolah Rigolon, 2010:2 Sekolah modern memiliki beragam layout bangunan, beberapa mirip dengan bangunan kantor modern, namun sebagian besar sekolah masih menggunakan struktur petak tertutup sederhana Dudek, 2007. Secara umum, rata-rata layout bangunan sekolah di Indonesia bertipe courtyard atau bangunan dengan halaman, baik halaman yang bersifat terbuka open courtyard maupun Universitas Sumatera Utara tertutup closed courtyard. Beberapa layout bangunan sekolah di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut. Gambar 2.2 Layout bangunan sekolah di Indonesia Sumber: https:maps.google.com Layout bangunan sekolah di Indonesia berupa bangunan-bangunan yang mengitari halaman, seperti terlihat pada Gambar 2.2. Dengan layout bangunan seperti ini, terdapat beberapa massa bangunan yang berdekatan dengan massa bangunan yang lain. Adanya struktur bangunan yang satu akan mempengaruhi aliran udara pada struktur bangunan yang lain. Struktur bangunan yang ada akan membelokkan, menghalangi, dan menuntun pergerakan angin di sekitarnya serta mengurangi dan menambah kecepatan angin Boutet, 1987.

2.6 Aliran Udara Angin