4.2.3 Analisa Kecepatan Angin pada Masing-Masing Massa Bangunan Sekolah Arah Timur
Analisa kecepatan angin pada masing-masing massa bangunan sekolah dari arah Timur ini menggunakan hasil simulasi CFD arah Timur dengan data
input simulasi berupa: a nilai min 0,7 ms dan max 2,82 ms kecepatan angin hasil pengukuran dan b nilai min 1 ms dan max 4 ms kecepatan angin hasil
perhitungan. Untuk memudahkan analisa, analisa kecepatan angin pada masing- masing massa bangunan SDN 066048 dan SDN 066049 arah Timur ini dibagi
atas 2 berdasarkan sumber nilai kecepatan angin yang menjadi data input simulasi, yakni:
a. Hasil pengukuran Berdasarkan hasil pengukuran, nilai kecepatan angin yang menjadi data input
simulasi adalah: 1 nilai kecepatan angin min 0,7 ms dan 2 nilai kecepatan angin max 2,82 ms. Berikut adalah analisa kecepatan angin pada SDN 066048
dan SDN 066049 tersebut. 1. Analisa kecepatan angin pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.46 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Area 1
Area 1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.47 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Pada Gambar 4.46-Gambar 4.47, terlihat bahwa ketika angin datang dari arah Timur ditunjukkan oleh arah panah dari Timur ke Barat, kecepatan
angin di sisi Timur SDN ini cenderung lebih tinggi daripada kecepatan angin di sisi Barat SDN. Hal ini terlihat dari warnanya, dimana untuk data
input kecepatan angin 0,7 ms Gambar 4.46, sisi Timur SDN menunjukkan warna biru muda ± 0,7 ms; sementara sisi Barat SDN menunjukkan warna
biru hingga biru tua 0,7 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms Gambar 4.47, sisi Timur SDN menunjukkan warna jingga
± 2,8 ms; sedangkan sisi Barat SDN menunjukkan warna kuning, hijau, biru muda, dan biru tua 2,8 ms.
Selain itu, dari Gambar 4.46-Gambar 4.47 ini, terlihat juga bahwa pada saat angin bergerak dari arah Timur menuju SDN, angin cenderung membelok
ke arah Utara dan Selatan SDN Area 1 pada gambar sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Barat SDN. Pembelokan arah angin ini
menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan SDN ini cenderung meningkat, terlihat dari perbandingan warna sisi Timur SDN dengan sisi
Utara dan Selatan SDN. Untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Timur SDN menunjukkan warna biru muda ± 0,7 ms; sedangkan sisi
Utara dan Selatan SDN menunjukkan warna biru muda yang lebih terang 0,7 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Timur
Area 1
Area 1
Universitas Sumatera Utara
SDN menunjukkan warna jingga ± 2,8 ms; sementara sisi Utara dan
Selatan SDN menunjukkan warna jingga kemerahan 2,8 ms.
2. Analisa kecepatan angin pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.48 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Gambar 4.49 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Pada Gambar 4.48-Gambar 4.49, terlihat bahwa kecepatan angin pada jalur yang sejajar dengan arah angin lingkaran 1 dan 2 pada gambar cenderung
lebih tinggi daripada kecepatan angin pada jalur yang tegak lurus terhadap arah angin lingkaran 3 dan 4 pada gambar. Hal ini dapat dilihat dari
warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms Gambar 4.46, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi
warna biru muda terang dan biru ± 0,4-1 ms, sementara jalur pada
A C
B 1
2
3 4
A C
B 1
2
3 4
Universitas Sumatera Utara
lingkaran 3 yang tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru tua ± 0,4 ms; walaupun jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap
arah angin ditandai oleh warna biru yang sedikit lebih terang dari warna biru di jalur pada lingkaran 3, menunjukkan kecepatan angin di jalur pada
lingkaran 4 ini sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 0,8 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan
angin 2,82 ms Gambar 4.47, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi oleh warna biru muda terang, hijau, dan
kuning ± 1,2-2 ms, sedangkan jalur pada lingkaran 3 yang tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang ± 1,2 ms;
walaupun jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang dan hijau, yang menunjukkan kecepatan
angin di jalur pada lingkaran 4 ini juga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 1,4 ms.
Adapun hal ini kemungkinan terjadi karena jalur pada lingkaran 4 ini merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan
sekolah menuju massa bangunan A, sehingga kecepatan anginnya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3 yang
terhalang oleh massa bangunan C di sisi Timur, arah datangnya angin. 3. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN
066049
Gambar 4.50 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur Sumber: olah data
i
ii A
B C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.51 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.52 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.53 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Gambar 4.54 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.55 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur
Sumber: olah data A
C
A B
C
A C
A B
C
i
ii A
B C
Universitas Sumatera Utara
Pada massa bangunan C ini, seperti terlihat pada Gambar 4.50 dan Gambar 4.53, ketika angin dari arah Timur menuju ke massa bangunan C, angin
cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan C, sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Barat massa bangunan
C; walaupun di sisi Selatan massa bangunan C ini, angin tidak kembali ke jalurnya semula karena terhalang oleh massa bangunan B yang berada
cukup dekat dengan massa bangunan C tersebut. Walaupun dengan adanya pembelokan arah angin ini, tidak terjadi perubahan yang signifikan di sisi
Utara dan Selatan massa bangunan C tersebut. Hal ini terlihat dari warnanya; baik sisi Timur, Utara, maupun Selatan massa bangunan C ini
menunjukkan warna biru ± 0,4 ms untuk data input kecepatan angin 0,7 ms dan warna biru muda terang ± 1 ms untuk data input kecepatan angin
2,82 ms. Hal ini kemungkinan terjadi karena di sisi Timur massa bangunan C arah datangnya angin terdapat pagar sekolah setinggi 2 m yang menjadi
penghalang. Di samping itu, pada Gambar 4.50 dan Gambar 4.53 ini, terlihat pula bahwa
angin yang datang dari arah Timur menuju massa bangunan C berkurang kecepatannya di sisi Timur massa bangunan C ini; kemudian di sisi Barat
massa bangunan C, kecepatan anginnya perlahan-lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.51 dan Gambar 4.54, dimana di sisi
Timur massa bangunan C ini, angin dari arah Timur yang menuju massa bangunan C membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Timur
massa bangunan C menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula
menuju lapangan sekolah di sisi Barat massa bangunan C meningkatkan kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C secara perlahan. Adapun
hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna
dari biru muda ± 0,7 ms menjadi biru ± 0,4 ms; puncak atap menunjukkan warna biru muda ± 1 ms; dan sisi Barat massa bangunan C
menunjukkan perubahan warna dari biru ± 0,4 ms menjadi biru muda ±
Universitas Sumatera Utara
0,6 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari jingga ± 2,8 ms
menjadi biru muda terang ± 1 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 3,5 ms; dan sisi Barat massa bangunan C menunjukkan perubahan
warna dari biru muda terang ± 1 ms menjadi hijau ± 1,6 ms. Walaupun demikian, Gambar 4.52 dan Gambar 4.55 menunjukkan bahwa
angin dari arah Timur yang menuju massa bangunan C membelok ke atas menuju puncak atap massa bangunan C tersebut; namun setelah itu, angin
tidak turun kembali ke jalurnya semula, melainkan menyusuri puncak atap massa bangunan B menuju arah Barat. Hal ini kemungkinan dikarenakan
letak massa bangunan B yang cukup dekat dengan massa bangunan C menghambat jalur turun kembalinya angin.
4. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.56 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur Sumber: olah data
A
B C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.57 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Pada massa bangunan B ini, seperti terlihat pada Gambar 4.56-Gambar 4.57, kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan B cenderung lebih rendah
daripada kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan B. Hal ini terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,4 ms di sisi Timur massa bangunan B
dan warna biru muda ± 0,8 ms di sisi Barat massa bangunan B untuk data input kecepatan angin 0,7 ms; sementara warna biru muda terang ± 1,2
ms di sisi Timur massa bangunan B dan warna biru muda terang dan hijau ± 1,4 ms di sisi Barat massa bangunan B untuk data input kecepatan
angin 2,82 ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan sisi Barat massa bangunan B ini merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari
arah lapangan sekolah menuju massa bangunan A, sehingga kecepatan anginnya meningkat; sementara sisi Timur massa bangunan B terhalang
oleh massa bangunan C di sisi Timur, arah datangnya angin, sehingga kecepatan anginnya lebih rendah.
Selain itu, Gambar 4.56-Gambar 4.57 ini juga menunjukkan bahwa kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini relatif sama,
terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,4 ms untuk data input kecepatan angin 0,7 ms; dan warna biru muda ± 0,8 ms untuk data input
kecepatan angin 2,82 ms. Walaupun demikian, terlihat bahwa di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini, kecepatan angin di area Barat-nya
sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di area Timur-nya. Hal ini
A
B C
Universitas Sumatera Utara
terlihat dari area Barat yang menunjukkan warna biru muda terang ± 1,2 ms, sementara area Timur yang menunjukkan warna biru muda ± 0,8 ms
untuk data input kecepatan angin 2,82 ms. Akan tetapi, untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
5. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.58 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Gambar 4.59 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.60 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur Sumber: olah data
B i
A C
1
A C
B i
A C
1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.61 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Pada massa bangunan A ini, seperti terlihat pada Gambar 4.58 dan Gambar 4.60, angin dari arah Timur yang menuju massa bangunan A merupakan
penerusan dari angin yang melewati massa bangunan C. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Timur massa bangunan A ini dengan sisi Timur
massa bangunan C arah datangnya angin: untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Timur massa bangunan A menunjukkan warna biru
hingga biru tua 0,6 ms, sedangkan sisi Timur massa bangunan C arah datangnya angin menunjukkan warna biru muda hingga biru tua 0,7
ms; dan untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Timur massa bangunan A menunjukkan warna hijau, biru muda, dan biru 1,6 ms;
sementara sisi Timur massa bangunan C arah datangnya angin menunjukkan warna jingga, kuning, hijau, dan biru 2,8 ms. Terlihat
bahwa kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan A lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan C, arah datangnya
angin. Secara umum, kecepatan angin di sekitar massa bangunan A ini cukup
rendah, terlihat dari warna biru pada Gambar 4.58 dan Gambar 4.60 yang menandakan kecepatan angin 0,6 ms untuk data input kecepatan angin
0,7 ms dan 1,6 ms untuk data input kecepatan angin 2,82 ms. Akan tetapi, di bagian Selatan massa bangunan A tersebut, yakni di sisi Timur
massa bangunan A yang menghadap massa bangunan B lingkaran 1 pada gambar, kecepatan anginnya meningkat, terlihat dari warnanya: untuk data
input kecepatan angin 0,7 ms, area ini menunjukkan warna biru muda ± 0,8 ms; sementara untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, area ini
menunjukkan warna biru muda terang dan hijau ± 1,4 ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan area tersebut merupakan jalur pembelokan dari
A C
Universitas Sumatera Utara
angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan A ini.
Di samping itu, Gambar 4.58 dan Gambar 4.60 juga menunjukkan bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Timur menuju massa
bangunan A cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan A, menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa
bangunan A ini meningkat. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Timur massa bangunan A dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan A
ini, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Timur massa bangunan A menunjukkan warna biru tua ± 0,4 ms; sedangkan sisi Utara
dan Selatan massa bangunan A ini menunjukkan warna biru muda ± 0,8-1 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Timur
massa bangunan A menunjukkan warna biru muda ± 0,8 ms; sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan A tersebut menunjukkan warna hijau
dan kuning ± 2 ms. Selain itu, pada Gambar 4.58 dan Gambar 4.60, terlihat pula bahwa angin
yang datang dari arah lapangan sekolah Timur menuju massa bangunan A ini, kecepatan anginnya berkurang di sisi Timur massa bangunan A;
sementara di sisi Barat massa bangunan A kecepatan anginnya perlahan- lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.59 dan Gambar
4.61, dimana di sisi Timur massa bangunan A tersebut, angin dari arah lapangan sekolah Timur yang menuju massa bangunan A membelok ke
atas mengurangi kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan A menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat
sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Barat massa bangunan A ini meningkatkan kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A secara
perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Timur massa bangunan A
menunjukkan perubahan warna dari biru muda ± 0,6 ms menjadi biru tua ± 0,4 ms; puncak atap menunjukkan warna biru muda terang ± 1,2 ms;
dan sisi Barat massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru
Universitas Sumatera Utara
tua ± 0,4 ms menjadi biru muda ± 0,6 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Timur massa bangunan A menunjukkan
perubahan warna dari hijau ± 1,6 ms menjadi biru muda ± 0,8 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 3,5 ms; dan sisi Barat massa
bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru ± 0,6 ms menjadi hijau ± 1,6 ms.
Dari keseluruhan analisa berdasarkan hasil pengukuran dengan data input simulasi berupa nilai kecepatan angin min 0,7 ms dan nilai kecepatan angin
max 2,82 ms, terlihat bahwa analisa dengan menggunakan kedua nilai pengukuran kecepatan angin ini menunjukkan hasil pola aliran udara angin
yang sama, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda. Bahkan untuk hasil yang lebih jelas, dapat terlihat lebih baik pada analisa yang
menggunakan data input kecepatan angin max 2,82 ms. b. Hasil perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kecepatan angin yang menjadi data input simulasi adalah: 1 nilai kecepatan angin min 1 ms dan 2 nilai kecepatan
angin max 4 ms. Berikut adalah analisa kecepatan angin pada SDN 066048
dan SDN 066049 tersebut.
1. Analisa kecepatan angin pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.62 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Area 1
Area 1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.63 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Pada Gambar 4.62-Gambar 4.63, terlihat bahwa ketika angin datang dari arah Timur ditunjukkan oleh arah panah dari Timur ke Barat, kecepatan
angin di sisi Timur SDN ini cenderung lebih tinggi daripada kecepatan angin di sisi Barat SDN. Hal ini terlihat dari warnanya, dimana untuk data
input kecepatan angin 1 ms Gambar 4.62, sisi Timur SDN menunjukkan warna biru muda ± 1 ms; sementara sisi Barat SDN menunjukkan warna
biru hingga biru tua 1 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms Gambar 4.63, sisi Timur SDN menunjukkan warna jingga ± 4 ms;
sedangkan sisi Barat SDN menunjukkan warna kuning, hijau, biru muda, dan biru tua 4 ms.
Selain itu, dari Gambar 4.62-Gambar 4.63, terlihat juga bahwa pada saat angin bergerak dari arah Timur menuju SDN, angin cenderung membelok
ke arah Utara dan Selatan SDN Area 1 pada gambar sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Barat SDN. Pembelokan arah angin ini
menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan SDN ini cenderung meningkat, terlihat dari perbandingan warna sisi Timur SDN dengan sisi
Utara dan Selatan SDN. Untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Timur SDN menunjukkan warna biru muda ± 1 ms; sedangkan sisi Utara dan
Selatan SDN menunjukkan warna biru muda yang lebih terang 1 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Timur SDN
Area 1
Area 1
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan warna jingga ± 4 ms; sementara sisi Utara dan Selatan SDN
menunjukkan warna jingga kemerahan 4 ms.
2. Analisa kecepatan angin pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.64 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Gambar 4.65 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Pada Gambar 4.64-Gambar 4.65, terlihat bahwa kecepatan angin pada jalur yang sejajar dengan arah angin lingkaran 1 dan 2 pada gambar cenderung
lebih tinggi daripada kecepatan angin pada jalur yang tegak lurus terhadap arah angin lingkaran 3 dan 4 pada gambar. Hal ini dapat dilihat dari
warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms Gambar 4.64, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi
warna biru muda terang dan biru ± 0,6-1,4 ms, sementara jalur pada
A C
B 1
2
3 4
A C
B 1
2
3 4
Universitas Sumatera Utara
lingkaran 3 yang tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru tua ± 0,6 ms; walaupun jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap
arah angin ditandai oleh warna biru yang sedikit lebih terang dari warna biru di jalur pada lingkaran 3, menunjukkan kecepatan angin di jalur pada
lingkaran 4 ini sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 1,2 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan
angin 4 ms Gambar 4.65, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi oleh warna biru muda terang, hijau, dan kuning ±
1,8-2,8 ms, sedangkan jalur pada lingkaran 3 yang tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang ± 1,8 ms; walaupun jalur
pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang dan hijau, yang menunjukkan kecepatan angin di
jalur pada lingkaran 4 ini juga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 2 ms. Adapun hal
ini kemungkinan terjadi karena jalur pada lingkaran 4 ini merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju
massa bangunan A, sehingga kecepatan anginnya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3 yang terhalang oleh
massa bangunan C di sisi Timur, arah datangnya angin. 3. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN
066049
Gambar 4.66 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur Sumber: olah data
i
ii A
B C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.67 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.68 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.69 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Gambar 4.70 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.71 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur
Sumber: olah data A
B C
A C
A C
i
ii A
B C
A B
C
Universitas Sumatera Utara
Pada massa bangunan C ini, seperti terlihat pada Gambar 4.66 dan Gambar 4.69, ketika angin dari arah Timur menuju ke massa bangunan C, angin
cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan C, sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Barat massa bangunan
C; namun di sisi Selatan massa bangunan C ini, angin tidak kembali ke jalurnya semula karena terhalang oleh massa bangunan B yang berada
cukup dekat dengan massa bangunan C tersebut. Walaupun dengan adanya pembelokan arah angin tersebut, tidak terjadi perubahan yang signifikan di
sisi Utara dan Selatan massa bangunan C tersebut. Hal ini terlihat dari warnanya; baik sisi Timur, Utara, maupun Selatan massa bangunan C
menunjukkan warna biru ± 0,6 ms untuk data input kecepatan angin 1 ms dan warna biru muda terang ± 1,4 ms untuk data input kecepatan angin 4
ms. Hal ini kemungkinan terjadi karena di sisi Timur massa bangunan C arah datangnya angin terdapat pagar sekolah setinggi 2 m yang menjadi
penghalang. Di samping itu, pada Gambar 4.66 dan Gambar 4.69 ini, terlihat pula bahwa
angin yang datang dari arah Timur menuju massa bangunan C berkurang kecepatannya di sisi Timur massa bangunan C ini; kemudian di sisi Barat
massa bangunan C, kecepatan anginnya perlahan-lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.67 dan Gambar 4.70, dimana di sisi
Timur massa bangunan C ini, angin dari arah Timur yang menuju massa bangunan C membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Timur
massa bangunan C menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula
menuju lapangan sekolah di sisi Barat massa bangunan C meningkatkan kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C secara perlahan. Adapun
hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna
dari biru muda ± 1 ms menjadi biru ± 0,6 ms; puncak atap menunjukkan warna biru muda ± 1,4 ms; dan sisi Barat massa bangunan
C menunjukkan perubahan warna dari biru ± 0,6 ms menjadi biru muda
Universitas Sumatera Utara
± 0,8 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari jingga ± 4 ms
menjadi biru muda terang ± 1,4 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 5 ms; dan sisi Barat massa bangunan C menunjukkan perubahan
warna dari biru muda terang ± 1,4 ms menjadi hijau ± 2,2 ms. Walaupun demikian, Gambar 4.68 dan Gambar 4.71 menunjukkan bahwa
angin dari arah Timur yang menuju massa bangunan C membelok ke atas menuju puncak atap massa bangunan C tersebut; namun setelah itu, angin
tidak turun kembali ke jalurnya semula, melainkan menyusuri puncak atap massa bangunan B menuju arah Barat. Hal ini kemungkinan dikarenakan
letak massa bangunan B yang cukup dekat dengan massa bangunan C menghambat jalur turun kembalinya angin.
4. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.72 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur Sumber: olah data
A
B C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.73 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Pada massa bangunan B ini, seperti terlihat pada Gambar 4.72-Gambar 4.73, kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan B ini cenderung lebih rendah
daripada kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan B. Hal ini terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,6 ms di sisi Timur massa bangunan B
dan warna biru muda ± 1,2 ms di sisi Barat massa bangunan B untuk data input kecepatan angin 1 ms; sementara warna biru muda terang ± 1,8 ms
di sisi Timur massa bangunan B dan warna biru muda terang dan hijau ± 2 ms di sisi Barat massa bangunan B untuk data input kecepatan angin 4
ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan sisi Barat massa bangunan B merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan
sekolah menuju massa bangunan A, sehingga kecepatan anginnya meningkat; sementara sisi Timur massa bangunan B terhalang oleh massa
bangunan C di sisi Timur, arah datangnya angin, sehingga kecepatan anginnya lebih rendah.
Selain itu, Gambar 4.72-Gambar 4.73 ini juga menunjukkan bahwa kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini relatif sama,
terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,6 ms untuk data input kecepatan angin 1 ms; dan warna biru muda ± 1,2 ms untuk data input
kecepatan angin 4 ms. Walaupun demikian, terlihat bahwa di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini, kecepatan angin di area Barat-nya sedikit
lebih tinggi daripada kecepatan angin di area Timur-nya. Hal ini terlihat dari
A
B C
Universitas Sumatera Utara
area Barat yang menunjukkan warna biru muda terang ± 1,8 ms, sedangkan area Timur yang menunjukkan warna biru muda ± 1,2 ms
untuk data input kecepatan angin 4 ms. Akan tetapi, untuk data input kecepatan angin 1 ms, tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
5. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049
Gambar 4.74 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur Sumber: olah data
Gambar 4.75 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Gambar 4.76 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur Sumber: olah data
A C
B i
A C
1
B i
A C
1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.77 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Timur
Sumber: olah data
Pada massa bangunan A ini, seperti terlihat pada Gambar 4.74 dan Gambar 4.76, angin dari arah Timur yang menuju massa bangunan A merupakan
penerusan dari angin yang melewati massa bangunan C di sisi Timur, arah datangnya angin. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Timur massa
bangunan A ini dengan sisi Timur massa bangunan C arah datangnya angin: untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Timur massa bangunan
A menunjukkan warna biru hingga biru tua 0,8 ms, sedangkan sisi Timur massa bangunan C arah datangnya angin menunjukkan warna biru
muda hingga biru tua 1 ms; dan untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Timur massa bangunan A menunjukkan warna hijau, biru muda, dan
biru 2,2 ms, sementara sisi Timur massa bangunan C arah datangnya angin menunjukkan warna jingga, kuning, hijau, dan biru 4 ms.
Terlihat bahwa kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan A lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan C, arah
datangnya angin. Secara umum, kecepatan angin di sekitar massa bangunan A ini cukup
rendah, terlihat dari warna biru pada Gambar 4.74 dan Gambar 4.76 yang menandakan kecepatan angin 0,8 ms untuk data input kecepatan angin 1
ms dan 2,2 ms untuk data input kecepatan angin 4 ms. Akan tetapi, di bagian Selatan massa bangunan A tersebut, yakni di sisi Timur massa
bangunan A yang menghadap massa bangunan B lingkaran 1 pada gambar, kecepatan anginnya meningkat, terlihat dari warnanya: untuk data
input kecepatan angin 1 ms, area ini menunjukkan warna biru muda ± 1,2 ms; sementara untuk data input kecepatan angin 4 ms, area ini
menunjukkan warna biru muda terang dan hijau ± 2 ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan area tersebut merupakan jalur pembelokan dari
A C
Universitas Sumatera Utara
angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan A ini.
Di samping itu, Gambar 4.74 dan Gambar 4.76 juga menunjukkan bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Timur menuju massa
bangunan A cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan A, menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa
bangunan A ini meningkat. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Timur massa bangunan A dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan A
ini, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Timur massa bangunan A menunjukkan warna biru tua ± 0,6 ms; sedangkan sisi Utara
dan Selatan massa bangunan A menunjukkan warna biru muda ± 1,2-1,4 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Timur massa
bangunan A menunjukkan warna biru muda ± 1,2 ms; sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan A menunjukkan warna hijau dan kuning
± 2,8 ms. Selain itu, pada Gambar 4.74 dan Gambar 4.76, terlihat pula bahwa angin
yang datang dari arah lapangan sekolah Timur menuju massa bangunan A ini, kecepatan anginnya berkurang di sisi Timur massa bangunan A;
sementara di sisi Barat massa bangunan A kecepatan anginnya perlahan- lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.75 dan Gambar
4.77, dimana di sisi Timur massa bangunan A tersebut, angin dari arah lapangan sekolah Timur yang menuju massa bangunan A membelok ke
atas mengurangi kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan A menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat
sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Barat massa bangunan A meningkatkan kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A secara
perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Timur massa bangunan A
menunjukkan perubahan warna dari biru muda ± 0,8 ms menjadi biru tua ± 0,6 ms; puncak atap menunjukkan warna biru muda terang ± 1,8 ms;
dan sisi Barat massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru
Universitas Sumatera Utara
tua ± 0,6 ms menjadi biru muda ± 0,8 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Timur massa bangunan A menunjukkan
perubahan warna dari hijau ± 2,2 ms menjadi biru muda ± 1,2 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 5 ms; dan sisi Barat massa
bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru ± 0,8 ms menjadi hijau ± 2,2 ms.
Dari keseluruhan analisa berdasarkan hasil perhitungan dengan data input simulasi berupa nilai kecepatan angin min 1 ms dan nilai kecepatan angin max
4 ms, terlihat bahwa analisa dengan menggunakan kedua nilai perhitungan kecepatan angin ini menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama,
walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda. Bahkan untuk hasil yang lebih jelas, dapat terlihat lebih baik pada analisa yang menggunakan data input
kecepatan angin max 4 ms.
4.2.4 Analisa Perbandingan Kecepatan Angin pada Masing-Masing Massa Bangunan Sekolah berdasarkan Data
Input Hasil Pengukuran dengan Hasil Perhitungan Arah Timur
Analisa perbandingan kecepatan angin pada masing-masing massa bangunan sekolah arah Timur ini menggunakan hasil simulasi CFD arah Timur
dengan data input simulasi berupa: a nilai max kecepatan angin hasil pengukuran 2,82 ms dan b nilai max kecepatan angin hasil perhitungan 4 ms.
Pada analisa perbandingan ini, digunakan nilai max dari hasil pengukuran dan hasil perhitungan karena sesuai dengan analisa pada subbab sebelumnya, analisa
dengan data input kecepatan angin max menampilkan hasil yang lebih jelas. Berikut adalah analisa perbandingan kecepatan angin pada SDN 066048 dan SDN
066049 tersebut.
Universitas Sumatera Utara
a. Analisa kecepatan angin pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049