Analisa Kecepatan Angin pada Masing-Masing Massa Bangunan Sekolah Arah Barat

perhitungan, yakni 1 ms untuk kecepatan angin min dan 4 ms untuk kecepatan angin max. Pada subbab ini akan dibahas analisa dari masing-masing hasil simulasi CFD beserta analisa perbandingannya.

4.2.1 Analisa Kecepatan Angin pada Masing-Masing Massa Bangunan Sekolah Arah Barat

Analisa kecepatan angin pada masing-masing massa bangunan sekolah dari arah Barat ini menggunakan hasil simulasi CFD arah Barat dengan data input simulasi berupa: a nilai min 0,7 ms dan max 2,82 ms kecepatan angin hasil pengukuran dan b nilai min 1 ms dan max 4 ms kecepatan angin hasil perhitungan. Untuk memudahkan analisa, analisa kecepatan angin pada masing- masing massa bangunan SDN 066048 dan SDN 066049 arah Barat ini dibagi atas 2 berdasarkan sumber nilai kecepatan angin yang menjadi data input simulasi, yakni: a. Hasil pengukuran Berdasarkan hasil pengukuran, nilai kecepatan angin yang menjadi data input simulasi adalah: 1 nilai kecepatan angin min 0,7 ms dan 2 nilai kecepatan angin max 2,82 ms. Berikut adalah analisa kecepatan angin pada SDN 066048 dan SDN 066049 tersebut. 1. Analisa kecepatan angin pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.6 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data Area 1 Area 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada Gambar 4.6-Gambar 4.7, terlihat bahwa ketika angin datang dari arah Barat ditunjukkan oleh arah panah dari Barat ke Timur, kecepatan angin di sisi Barat SDN ini cenderung lebih tinggi daripada kecepatan angin di sisi Timur SDN. Hal ini terlihat dari warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms Gambar 4.6, sisi Barat SDN menunjukkan warna biru muda ± 0,7 ms; sementara sisi Timur SDN menunjukkan warna biru hingga biru tua 0,7 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms Gambar 4.7, sisi Barat SDN menunjukkan warna jingga ± 2,8 ms; sedangkan sisi Timur SDN menunjukkan warna kuning, hijau, biru muda, dan biru tua 2,8 ms. Selain itu, dari Gambar 4.6-Gambar 4.7 ini, terlihat juga bahwa pada saat angin bergerak dari arah Barat menuju SDN, angin cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan SDN Area 1 pada gambar sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur SDN. Pembelokan arah angin ini menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan SDN ini cenderung meningkat, terlihat dari perbandingan warna sisi Barat SDN dengan sisi Utara dan Selatan SDN ini. Untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Barat SDN menunjukkan warna biru muda ± 0,7 ms; sedangkan sisi Utara dan Selatan SDN menunjukkan warna biru muda yang lebih terang 0,7 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Barat SDN Area 1 Area 1 Universitas Sumatera Utara menunjukkan warna jingga ± 2,8 ms; sementara sisi Utara dan Selatan SDN menunjukkan warna jingga kemerahan 2,8 ms. 2. Analisa kecepatan angin pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.8 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.9 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada Gambar 4.8-Gambar 4.9, terlihat bahwa kecepatan angin pada jalur yang sejajar dengan arah angin lingkaran 1 dan 2 pada gambar cenderung lebih tinggi daripada kecepatan angin pada jalur yang tegak lurus terhadap arah angin lingkaran 3 dan 4 pada gambar. Hal ini dapat dilihat dari warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms Gambar 4.8, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi warna biru muda terang ± 1 ms; sementara jalur pada lingkaran 3 yang A C B 1 2 4 3 A C B 1 2 4 3 Universitas Sumatera Utara tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru tua ± 0,4 ms; walaupun jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap arah angin ditandai oleh warna biru yang sedikit lebih terang dari warna biru di jalur pada lingkaran 3, menunjukkan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 4 ini sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 0,6 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms Gambar 4.9, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi oleh warna hijau dan kuning ± 2 ms; sedangkan jalur pada lingkaran 3 yang tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang ±1,2 ms; walaupun jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus arah angin didominasi warna biru muda terang dan hijau, yang menunjukkan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 4 ini juga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 1,4 ms. Adapun hal ini kemungkinan terjadi karena jalur pada lingkaran 4 ini merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C, sehingga kecepatan anginnya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3 yang terhalang oleh massa bangunan A di sisi Barat, arah datangnya angin. 3. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.10 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data i ii A B C Universitas Sumatera Utara Gambar 4.11 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.12 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.13 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.14 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.15 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data A C A B C i ii A B C A C A B C Universitas Sumatera Utara Pada massa bangunan A ini, seperti terlihat pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.13, ketika angin dari arah Barat menuju massa bangunan A, angin cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan A, sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur massa bangunan A; walaupun di sisi Selatan massa bangunan A ini, angin tidak kembali ke jalurnya semula karena terhalang oleh massa bangunan B yang berada cukup dekat dengan massa bangunan A tersebut. Adanya pembelokan arah angin ini menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan A ini meningkat, terlihat dari perbandingan warna sisi Barat massa bangunan A dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan A ini. Untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan warna biru tua ± 0,4 ms, sedangkan sisi Utara dan Selatan massa bangunan A menunjukkan warna biru muda terang ± 1 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan warna biru muda terang ± 1 ms, sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan A menunjukkan warna hijau dan kuning ± 2 ms. Di samping itu, pada Gambar 4.10 dan Gambar 4.13 ini, terlihat pula bahwa angin yang datang dari arah Barat menuju massa bangunan A berkurang kecepatannya di sisi Barat massa bangunan A ini; kemudian di sisi Timur massa bangunan A, kecepatan angin perlahan-lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.14, dimana di sisi Barat massa bangunan A ini, angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan A membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula menuju lapangan sekolah di sisi Timur massa bangunan A meningkatkan kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan A secara perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru muda ± 0,7 ms menjadi biru tua ± 0,4 ms; puncak atap Universitas Sumatera Utara menunjukkan warna biru muda terang ± 1,2 ms; dan sisi Timur massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru tua ± 0,2 ms menjadi biru muda ± 0,6 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari jingga ± 2,8 ms menjadi biru muda terang ± 1 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 3,5 ms; dan sisi Timur massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru muda terang ± 0,6 ms menjadi hijau ± 1,6 ms. Walaupun demikian, Gambar 4.12 dan Gambar 4.15 menunjukkan bahwa angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan A membelok ke atas menuju puncak atap massa bangunan A tersebut; namun setelah itu, angin tidak turun kembali ke jalurnya semula, melainkan menyusuri puncak atap massa bangunan B menuju arah Timur. Hal ini kemungkinan dikarenakan letak massa bangunan B yang cukup dekat dengan massa bangunan A menghambat jalur turun kembalinya angin. 4. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.16 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data A B C Universitas Sumatera Utara Gambar 4.17 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada massa bangunan B ini, seperti terlihat pada Gambar 4.16-Gambar 4.17, kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan B cenderung lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan B. Hal ini terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,4 ms di sisi Barat massa bangunan B dan warna biru ± 0,6 ms di sisi Timur massa bangunan B untuk data input kecepatan angin 0,7 ms; sementara warna biru muda terang ± 1,2 ms di sisi Barat massa bangunan B dan warna biru muda terang dan hijau ± 1,4 ms di sisi Timur massa bangunan B untuk data input kecepatan angin 2,82 ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan sisi Timur massa bangunan B merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C, sehingga kecepatan anginnya meningkat; sementara sisi Barat massa bangunan B terhalang oleh massa bangunan A di sisi Barat, arah datangnya angin, sehingga kecepatan anginnya lebih rendah. Selain itu, Gambar 4.16-Gambar 4.17 ini juga menunjukkan bahwa kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini relatif sama, terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,4 ms untuk data input kecepatan angin 0,7 ms; dan warna biru ± 0,8 ms untuk data input kecepatan angin 2,82 ms. Walaupun demikian, terlihat bahwa di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini, kecepatan angin di area Timur-nya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di area Barat-nya. Hal ini A B C Universitas Sumatera Utara terlihat dari area Timur yang menunjukkan warna biru muda ± 1 ms, sementara area Barat yang menunjukkan warna biru ± 0,8 ms untuk data input kecepatan angin 2,82 ms. Akan tetapi, untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan. 5. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.18 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.19 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 0,7 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.20 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data B i A C 1 A C B i A C 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.21 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 2,82 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada massa bangunan C ini, seperti terlihat pada Gambar 4.18 dan Gambar 4.20, angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan C merupakan penerusan dari angin yang melewati massa bangunan A. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Barat massa bangunan C ini dengan sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin: untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna biru hingga biru tua 0,6 ms, sedangkan sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin menunjukkan warna biru muda hingga biru tua 0,7 ms; dan untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna hijau, biru muda, dan biru 1,6 ms, sementara sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin menunjukkan warna jingga, kuning, hijau, dan biru 2,8 ms. Terlihat bahwa kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A, arah datangnya angin. Secara umum, kecepatan angin di sekitar massa bangunan C ini cukup rendah, terlihat dari warna biru pada Gambar 4.18 dan Gambar 4.20 yang menandakan kecepatan angin 0,6 ms untuk data input kecepatan angin 0,7 ms dan 1,6 ms untuk data input kecepatan angin 2,82 ms. Akan tetapi, di bagian Selatan massa bangunan C tersebut, yakni di sisi Barat massa bangunan C yang menghadap massa bangunan B lingkaran 1 pada gambar, kecepatan anginnya meningkat, terlihat dari warnanya: untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, area ini menunjukkan warna biru ± 0,6 ms; sementara untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, area ini menunjukkan warna biru muda terang dan hijau ± 1,4 ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan area tersebut merupakan jalur pembelokan dari angin yang A C Universitas Sumatera Utara datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C ini, sehingga kecepatan anginnya meningkat. Di samping itu, Gambar 4.18 dan Gambar 4.20 juga menunjukkan bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Barat menuju massa bangunan C cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan C, menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan C ini meningkat. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Barat massa bangunan C dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan C ini, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna biru tua ± 0,4 ms; sedangkan sisi Utara dan Selatan massa bangunan C menunjukkan warna biru muda ± 0,6-1 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna biru muda ± 0,8 ms; sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan C tersebut menunjukkan warna hijau, kuning, dan biru muda ± 1,4-2 ms. Selain itu, pada Gambar 4.18 dan Gambar 4.20, terlihat pula bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Barat menuju massa bangunan C ini, kecepatan anginnya berkurang di sisi Barat massa bangunan C; sementara di sisi Timur massa bangunan C kecepatan anginnya perlahan- lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.19 dan Gambar 4.21, dimana di sisi Barat massa bangunan C tersebut, angin dari arah lapangan sekolah Barat yang menuju massa bangunan C membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur massa bangunan C meningkatkan kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan C secara perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 0,7 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari biru muda ± 0,6 ms menjadi biru tua ± 0,4 ms; puncak atap menunjukkan warna biru muda ± 1 ms; dan sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari biru tua ± Universitas Sumatera Utara 0,4 ms menjadi biru muda ± 0,6 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 2,82 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari hijau ± 1,6 ms menjadi biru muda ± 0,8 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 3,5 ms; dan sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari biru ± 0,6 ms menjadi hijau ± 1,6 ms. Dari keseluruhan analisa berdasarkan hasil pengukuran dengan data input simulasi berupa nilai kecepatan angin min 0,7 ms dan nilai kecepatan angin max 2,82 ms, terlihat bahwa analisa dengan menggunakan kedua nilai pengukuran kecepatan angin ini menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda. Bahkan untuk hasil yang lebih jelas, dapat terlihat lebih baik pada analisa yang menggunakan data input kecepatan angin max 2,82 ms. b. Hasil perhitungan Berdasarkan hasil perhitungan, nilai kecepatan angin yang menjadi data input simulasi adalah: 1 nilai kecepatan angin min 1 ms dan 2 nilai kecepatan angin max 4 ms. Berikut adalah analisa kecepatan angin pada SDN 066048 dan SDN 066049 tersebut. 1. Analisa kecepatan angin pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.22 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data Area 1 Area 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.23 Analisa hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada Gambar 4.22-Gambar 4.23, terlihat bahwa ketika angin datang dari arah Barat ditunjukkan oleh arah panah dari Barat ke Timur, kecepatan angin di sisi Barat SDN ini cenderung lebih tinggi daripada kecepatan angin di sisi Timur SDN. Hal ini terlihat dari warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms Gambar 4.22, sisi Barat SDN menunjukkan warna biru muda ± 1 ms; sementara sisi Timur SDN menunjukkan warna biru hingga biru tua 1 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms Gambar 4.23, sisi Barat SDN menunjukkan warna jingga ± 4 ms; sedangkan sisi Timur SDN menunjukkan warna kuning, hijau, biru muda, dan biru tua 4 ms. Selain itu, dari Gambar 4.22-Gambar 4.23, terlihat juga bahwa pada saat angin bergerak dari arah Barat menuju SDN, angin cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan SDN Area 1 pada gambar sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur SDN. Pembelokan arah angin ini menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan SDN ini cenderung meningkat, terlihat dari perbandingan warna sisi Barat SDN dengan sisi Utara dan Selatan SDN. Untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Barat SDN menunjukkan warna biru muda ± 1 ms; sedangkan sisi Utara dan Selatan SDN menunjukkan warna biru muda yang lebih terang 1 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Barat SDN Area 1 Area 1 Universitas Sumatera Utara menunjukkan warna jingga ± 4 ms; sementara sisi Utara dan Selatan SDN menunjukkan warna jingga kemerahan 4 ms. 2. Analisa kecepatan angin pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.24 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.25 Analisa hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada Gambar 4.24-Gambar 4.25, terlihat bahwa kecepatan angin pada jalur yang sejajar dengan arah angin lingkaran 1 dan 2 pada gambar cenderung lebih tinggi daripada kecepatan angin pada jalur yang tegak lurus terhadap arah angin lingkaran 3 dan 4 pada gambar. Hal ini dapat dilihat dari warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms Gambar 4.24, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi warna biru muda terang ± 1,4 ms, sementara jalur pada lingkaran 3 yang A C B 1 2 4 3 A C B 1 2 4 3 Universitas Sumatera Utara tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru tua ± 0,6 ms; walaupun jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap arah angin menunjukkan warna biru yang sedikit lebih terang dari warna biru di jalur pada lingkaran 3, menunjukkan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 4 ini sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 0,8 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms Gambar 4.25, jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi oleh warna hijau dan kuning ± 2,8 ms, sedangkan jalur pada lingkaran 3 yang tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang ±1,8 ms; walaupun jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang dan hijau, yang menunjukkan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 4 ini juga sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 2 ms. Adapun hal ini kemungkinan terjadi karena jalur pada lingkaran 4 ini merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C, sehingga kecepatan anginnya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3 yang terhalang oleh massa bangunan A di sisi Barat, arah datangnya angin. 3. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.26 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data i ii A B C Universitas Sumatera Utara Gambar 4.27 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.28 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.29 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.30 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.31 Analisa potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data A B C A C i ii A B C A C A B C Universitas Sumatera Utara Pada massa bangunan A ini, seperti terlihat pada Gambar 4.26 dan Gambar 4.29, ketika angin dari arah Barat menuju massa bangunan A, angin cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan A, sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur massa bangunan A; walaupun di sisi Selatan massa bangunan A ini, angin tidak kembali ke jalurnya semula karena terhalang oleh massa bangunan B yang berada cukup dekat dengan massa bangunan A tersebut. Adanya pembelokan arah angin ini menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan A ini meningkat, terlihat dari perbandingan warna sisi Barat massa bangunan A dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan A ini. Untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan warna biru tua ± 0,6 ms; sedangkan sisi Utara dan Selatan massa bangunan A menunjukkan warna biru muda terang ± 1,4 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan warna biru muda terang ± 1,4 ms; sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan A menunjukkan warna hijau dan kuning ± 2,8 ms. Di samping itu, pada Gambar 4.26 dan Gambar 4.29 ini, terlihat pula bahwa angin yang datang dari arah Barat menuju massa bangunan A berkurang kecepatannya di sisi Barat massa bangunan A ini; kemudian di sisi Timur massa bangunan A, kecepatan anginnya perlahan-lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.27 dan Gambar 4.30, dimana di sisi Barat massa bangunan A ini, angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan A membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula menuju lapangan sekolah di sisi Timur massa bangunan A meningkatkan kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan A secara perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru muda ± 1 ms menjadi biru tua ± 0,6 ms; puncak atap Universitas Sumatera Utara menunjukkan warna biru muda terang ± 1,8 ms; dan sisi Timur massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru tua ± 0,4 ms menjadi biru muda ± 0,8 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Barat massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari jingga ± 4 ms menjadi biru muda terang ± 1,4 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 5 ms; dan sisi Timur massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru muda terang ± 0,8 ms menjadi hijau ± 2,2 ms. Walaupun demikian, Gambar 4.28 dan Gambar 4.31 menunjukkan bahwa angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan A membelok ke atas menuju puncak atap massa bangunan A tersebut; namun setelah itu, angin tidak turun kembali ke jalurnya semula, melainkan menyusuri puncak atap massa bangunan B menuju arah Timur. Hal ini kemungkinan dikarenakan letak massa bangunan B yang cukup dekat dengan massa bangunan A menghambat jalur turun kembalinya angin. 4. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.32 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data A B C Universitas Sumatera Utara Gambar 4.33 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada massa bangunan B ini, seperti terlihat pada Gambar 4.32-Gambar 4.33, kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan B cenderung lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan B. Hal ini terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,6 ms di sisi Barat massa bangunan B dan warna biru ± 0,8 ms di sisi Timur massa bangunan B untuk data input kecepatan angin 1 ms; sementara warna biru muda terang ± 1,8 ms di sisi Barat massa bangunan B dan warna biru muda terang dan hijau ± 2 ms di sisi Timur massa bangunan B untuk data input kecepatan angin 4 ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan sisi Timur massa bangunan B merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C, sehingga kecepatan anginnya meningkat; sementara sisi Barat massa bangunan B terhalang oleh massa bangunan A di sisi Barat, arah datangnya angin, sehingga kecepatan anginnya lebih rendah. Selain itu, Gambar 4.32-Gambar 4.33 ini juga menunjukkan bahwa kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini relatif sama, terlihat dari warnanya: warna biru tua ± 0,6 ms untuk data input kecepatan angin 1 ms; dan warna biru ± 1,2 ms untuk data input kecepatan angin 4 ms. Walaupun demikian, terlihat bahwa di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini, kecepatan angin di area Timur-nya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di area Barat-nya. Hal ini terlihat dari A B C Universitas Sumatera Utara area Timur yang menunjukkan warna biru muda ± 1,4 ms, sementara area Barat yang menunjukkan warna biru ± 1,2 ms untuk data input kecepatan angin 4 ms. Akan tetapi, untuk data input kecepatan angin 1 ms, tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan. 5. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.34 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.35 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 1 ms dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.36 Analisa hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data B i A C 1 A C B i A C 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.37 Analisa potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 dengan data input kecepatan angin 4 ms dari arah Barat Sumber: olah data Pada massa bangunan C ini, seperti terlihat pada Gambar 4.34 dan Gambar 4.36, angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan C merupakan penerusan dari angin yang melewati massa bangunan A di sisi Barat, arah datangnya angin. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Barat massa bangunan C ini dengan sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin: untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna biru hingga biru tua 0,8 ms, sedangkan sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin menunjukkan warna biru muda hingga biru tua 1 ms; dan untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna hijau, biru muda, dan biru 2,2 ms, sementara sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin menunjukkan warna jingga, kuning, hijau, dan biru 4 ms. Terlihat bahwa kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A, arah datangnya angin. Secara umum, kecepatan angin di sekitar massa bangunan C ini cukup rendah, terlihat dari warna biru pada Gambar 4.34 dan Gambar 4.36 yang menandakan kecepatan angin 0,8 ms untuk data input kecepatan angin 1 ms dan 2,2 ms untuk data input kecepatan angin 4 ms. Akan tetapi, di bagian Selatan massa bangunan C tersebut, yakni di sisi Barat massa bangunan C yang menghadap massa bangunan B lingkaran 1 pada gambar, kecepatan anginnya meningkat, terlihat dari warnanya: untuk data input kecepatan angin 1 ms, area ini menunjukkan warna biru ± 0,8 ms; sementara untuk data input kecepatan angin 4 ms, area ini menunjukkan warna biru muda terang dan hijau ± 2 ms. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan area tersebut merupakan jalur pembelokan dari angin yang A C Universitas Sumatera Utara datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C ini, sehingga kecepatan anginnya meningkat. Di samping itu, Gambar 4.34 dan Gambar 4.36 juga menunjukkan bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Barat menuju massa bangunan C cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan C, menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan C ini meningkat. Hal ini terlihat dari perbandingan warna sisi Barat massa bangunan C dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan C ini, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna biru tua ± 0,6 ms; sedangkan sisi Utara dan Selatan massa bangunan C menunjukkan warna biru muda ± 0,8-1,4 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna biru muda ± 1,2 ms; sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan C menunjukkan warna hijau, kuning, dan biru muda ± 2-2,8 ms. Selain itu, pada Gambar 4.34 dan Gambar 4.36, terlihat pula bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Barat menuju massa bangunan C ini, kecepatan anginnya berkurang di sisi Barat massa bangunan C; sementara di sisi Timur massa bangunan C kecepatan anginnya perlahan- lahan meningkat. Hal ini dapat terlihat jelas pada Gambar 4.35 dan Gambar 4.37, dimana di sisi Barat massa bangunan C tersebut, angin dari arah lapangan sekolah Barat yang menuju massa bangunan C membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur massa bangunan C meningkatkan kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan C secara perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya, dimana untuk data input kecepatan angin 1 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari biru muda ± 0,8 ms menjadi biru tua ± 0,6 ms; puncak atap menunjukkan warna biru muda ± 1,4 ms; dan sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari biru tua ± Universitas Sumatera Utara 0,6 ms menjadi biru muda ± 0,8 ms. Begitu pula untuk data input kecepatan angin 4 ms, sisi Barat massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari hijau ± 2,2 ms menjadi biru muda ± 1,2 ms; puncak atap menujukkan warna merah ± 5 ms; dan sisi Timur massa bangunan C menunjukkan perubahan warna dari biru ± 0,8 ms menjadi hijau ± 2,2 ms. Dari keseluruhan analisa berdasarkan hasil perhitungan dengan data input simulasi berupa nilai kecepatan angin min 1 ms dan nilai kecepatan angin max 4 ms, terlihat bahwa analisa dengan menggunakan kedua nilai perhitungan kecepatan angin ini menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda. Bahkan untuk hasil yang lebih jelas, dapat terlihat lebih baik pada analisa yang menggunakan data input kecepatan angin max 4 ms. 4.2.2 Analisa Perbandingan Kecepatan Angin pada Masing-Masing Massa Bangunan Sekolah berdasarkan Data Input Hasil Pengukuran dengan Hasil Perhitungan Arah Barat Analisa perbandingan kecepatan angin pada masing-masing massa bangunan sekolah arah Barat ini menggunakan hasil simulasi CFD arah Barat dengan data input simulasi berupa: a nilai max kecepatan angin hasil pengukuran 2,82 ms dan b nilai max kecepatan angin hasil perhitungan 4 ms. Pada analisa perbandingan ini, digunakan nilai max dari hasil pengukuran dan hasil perhitungan karena sesuai dengan analisa pada subbab sebelumnya, analisa dengan data input kecepatan angin max menampilkan hasil yang lebih jelas. Berikut adalah analisa perbandingan kecepatan angin pada SDN 066048 dan SDN 066049 tersebut. Universitas Sumatera Utara

a. Analisa kecepatan angin pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049

Gambar 4.38 Analisa perbandingan hasil simulasi CFD pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Seperti terlihat pada Gambar 4.38, baik hasil simulasi CFD untuk data input kecepatan angin berdasarkan hasil pengukuran kiri maupun hasil perhitungan kanan menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama pada lingkungan SDN 066048 dan SDN 066049 ini, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda; hasil pengukuran kiri menggunakan rentang kecepatan angin 0-3,5 ms, sementara hasil perhitungan kanan menggunakan rentang kecepatan angin 0-5 ms. Pada Gambar 4.38 ini, terlihat bahwa berdasarkan kedua sumber data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan, kecepatan angin di sisi Barat SDN sama-sama lebih tinggi daripada kecepatan angin di sisi Timur SDN; terlihat dari warnanya: warna jingga ± 2,8 ms dan ± 4 ms di sisi Barat SDN dan gradasi warna kuning, hijau, biru muda, hingga biru tua 2,8 ms dan 4 ms di sisi Timur SDN untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Selain itu, Gambar 4.38 ini juga menunjukkan bahwa angin dari arah Barat yang menuju SDN cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan SDN Area 1 pada gambar sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur SDN. Adapun pembelokan arah angin ini menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan SDN ini cenderung meningkat; terlihat dari perbandingan warna sisi Barat SDN dengan sisi Utara dan Selatan SDN: warna jingga ± 2,8 ms dan ± 4 ms di sisi Barat SDN dan warna jingga kemerahan Universitas Sumatera Utara 2,8 ms dan 4 ms di sisi Utara dan Selatan SDN untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. b. Analisa kecepatan angin pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.39 Analisa perbandingan hasil simulasi CFD pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Seperti terlihat pada Gambar 4.39, baik hasil simulasi CFD untuk data input kecepatan angin berdasarkan hasil pengukuran kiri maupun hasil perhitungan kanan menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama pada jalur lorong di SDN 066048 dan SDN 066049 ini, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda; hasil pengukuran kiri menggunakan rentang kecepatan angin 0-3,5 ms, sementara hasil perhitungan kanan menggunakan rentang kecepatan angin 0-5 ms. Pada Gambar 4.39 ini, terlihat bahwa berdasarkan kedua sumber data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan, kecepatan angin pada jalur yang sejajar dengan arah angin lingkaran 1 dan 2 pada gambar sama-sama cenderung lebih tinggi daripada kecepatan angin pada jalur yang tegak lurus terhadap arah angin lingkaran 3 dan 4 pada gambar. Hal ini terlihat dari warnanya: jalur pada lingkaran 1 dan 2 yang sejajar dengan arah angin didominasi warna hijau dan kuning ± 2 ms dan ± 2,8 ms; sementara jalur pada lingkaran 3 yang tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang ± 1,2 ms dan ± 1,8 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Walaupun demikian, jalur pada lingkaran 4 yang juga tegak lurus terhadap arah angin didominasi warna biru muda terang dan hijau, menunjukkan kecepatan angin di jalur ini sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3, yakni sekitar ± 1,4 ms dan ± 2 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil Universitas Sumatera Utara perhitungan. Adapun hal ini mungkin terjadi karena jalur pada lingkaran 4 ini merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C, sehingga kecepatan anginnya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di jalur pada lingkaran 3 yang terhalang oleh massa bangunan A di sisi Barat, arah datangnya angin. c. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.40 Analisa perbandingan hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.41 Analisa perbandingan potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.42 Analisa perbandingan potongan ii hasil simulasi CFD pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Seperti terlihat pada Gambar 4.40-Gambar 4.42, baik hasil simulasi CFD untuk data input kecepatan angin berdasarkan hasil pengukuran kiri maupun hasil perhitungan kanan menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama pada massa bangunan A SDN 066048 dan SDN 066049 ini, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda; hasil pengukuran kiri menggunakan rentang kecepatan angin 0-3,5 ms, sementara hasil perhitungan kanan menggunakan rentang kecepatan angin 0-5 ms. Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 4.40, terlihat bahwa berdasarkan kedua sumber data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan, angin yang datang dari arah Barat menuju massa bangunan A tersebut sama-sama cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan A ini, sebelum akhirnya kembali ke jalurnya semula di sisi Timur massa bangunan A. Akan tetapi, di sisi Selatan massa bangunan A ini, angin yang membelok tidak kembali ke jalurnya semula karena terhalang oleh massa bangunan B yang berada cukup dengan dengan massa bangunan A ini. Pembelokan arah angin tersebut menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan A meningkat, terlihat dari perbandingan warna sisi Barat massa bangunan A dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan A: sisi Barat massa bangunan A menunjukkan warna biru muda terang ± 1 ms dan ± 1,4 ms; sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan A menunjukkan warna hijau dan kuning ± 2 ms dan ± 2,8 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Di samping itu, pada Gambar 4.40 ini, terlihat juga bahwa angin yang datang dari arah Barat menuju massa bangunan A ini berkurang kecepatannya di sisi Barat massa bangunan A dan kemudian di sisi Timur massa bangunan A, kecepatan anginnya perlahan-lahan meningkat. Hal ini terlihat jelas pada Gambar 4.41, dimana di sisi Barat massa bangunan A ini, angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan A membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya turun kembali ke jalurnya semula menuju lapangan sekolah di sisi Timur massa bangunan A meningkatkan kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan A secara perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya: sisi Barat massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari jingga ± 2,8 ms dan ± 4 ms menjadi biru muda terang ± 1 ms dan ± 1,4 ms; puncak atap menunjukkan warna merah ± 3,5 ms dan ± 5 ms; dan sisi Timur massa bangunan A menunjukkan perubahan warna dari biru muda terang ± 0,6 ms dan ± 0,8 ms Universitas Sumatera Utara menjadi hijau ± 1,6 ms dan ± 2,2 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Walaupun demikian, Gambar 4.42 menunjukkan sedikit perbedaan, dimana angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan A ini membelok ke atas menuju puncak atap massa bangunan A; namun setelah itu, angin tidak turun kembali ke jalurnya semula, melainkan menyusuri puncak atap massa bangunan B di sisi Timur massa bangunan A. Adapun hal ini kemungkinan terjadi karena letak massa bangunan B yang cukup dekat dengan massa bangunan A ini menghambat jalur turun kembalinya angin. d. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.43 Analisa perbandingan hasil simulasi CFD pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Seperti terlihat pada Gambar 4.43, baik hasil simulasi CFD untuk data input kecepatan angin berdasarkan hasil pengukuran kiri maupun hasil perhitungan kanan menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama pada massa bangunan B SDN 066048 dan SDN 066049 ini, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda; hasil pengukuran kiri menggunakan rentang kecepatan angin 0-3,5 ms, sementara hasil perhitungan kanan menggunakan rentang kecepatan angin 0-5 ms. Pada Gambar 4.43, terlihat bahwa berdasarkan kedua sumber data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan, kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan B sama-sama cenderung lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan B ini. Hal ini terbukti dari warnanya: warna biru muda terang ± 1,2 ms dan ± 1,8 ms di sisi Barat Universitas Sumatera Utara massa bangunan B dan warna biru muda terang dan hijau ± 1,4 ms dan ± 2 ms di sisi Timur massa bangunan B untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Adapun hal ini kemungkinan terjadi karena sisi Timur massa bangunan B ini merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C, sehingga kecepatan anginnya lebih tinggi daripada kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan B yang terhalang oleh massa bangunan A di sisi Barat, arah datangnya angin. Selain itu, Gambar 4.43 juga menunjukkan bahwa angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini relatif sama, terlihat dari warna biru pada gambar ± 0,8 ms dan ± 1,2 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Akan tetapi, terlihat pula bahwa di sisi Utara dan Selatan massa bangunan B ini, kecepatan angin di area Timur-nya sedikit lebih tinggi daripada kecepatan angin di area Barat-nya. Hal ini terbukti dari area Timur yang menunjukkan warna biru muda ± 1 ms dan ± 1,4 ms, sementara area Barat yang menunjukkan warna biru ± 0,8 ms dan ± 1,2 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. e. Analisa kecepatan angin pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 Gambar 4.44 Analisa perbandingan hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Gambar 4.45 Analisa perbandingan potongan i hasil simulasi CFD pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 hasil pengukuran kiri dengan hasil perhitungan kanan dari arah Barat Sumber: olah data Universitas Sumatera Utara Seperti terlihat pada Gambar 4.44-Gambar 4.45, baik hasil simulasi CFD untuk data input kecepatan angin berdasarkan hasil pengukuran kiri maupun hasil perhitungan kanan menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama pada massa bangunan C SDN 066048 dan SDN 066049 ini, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda; hasil pengukuran kiri menggunakan rentang kecepatan angin 0-3,5 ms, sementara hasil perhitungan kanan menggunakan rentang kecepatan angin 0-5 ms. Pada Gambar 4.44, terlihat bahwa angin dari arah Barat yang menuju massa bangunan C ini merupakan penerusan dari angin yang melewati massa bangunan A. Hal ini terlihat dari kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C yang lebih rendah daripada kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin, dimana sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna hijau, biru muda, dan biru 1,6 ms dan 2,2 ms dan sisi Barat massa bangunan A arah datangnya angin menunjukkan warna jingga, kuning, hijau, dan biru 2,8 ms dan 4 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Secara umum, kecepatan angin di sekitar massa bangunan C ini cukup rendah, terlihat dari warna biru pada Gambar 4.44 yang menandakan kecepatan angin 1,6 ms dan 2,2 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Walaupun demikian, di bagian Selatan massa bangunan C ini, yakni di sisi Barat massa bangunan C yang menghadap massa bangunan B lingkaran 1 pada gambar, kecepatan anginnya meningkat. Hal ini terlihat dari warnanya: warna biru muda terang dan hijau ± 1,4 ms dan 2 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Adapun hal ini kemungkinan dikarenakan area tersebut merupakan jalur pembelokan dari angin yang datang dari arah lapangan sekolah menuju massa bangunan C ini, sehingga kecepatan anginnya meningkat. Di samping itu, Gambar 4.44 juga menunjukkan bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Barat menuju massa bangunan C cenderung membelok ke arah Utara dan Selatan massa bangunan C, menyebabkan kecepatan angin di sisi Utara dan Selatan massa bangunan C ini meningkat. Hal ini terlihat dari Universitas Sumatera Utara perbandingan warna sisi Barat massa bangunan C dengan sisi Utara dan Selatan massa bangunan C ini; sisi Barat massa bangunan C menunjukkan warna biru muda ± 0,8 ms dan ± 1,2 ms, sementara sisi Utara dan Selatan massa bangunan C menunjukkan warna hijau, kuning, dan biru muda ± 1,4- 2,2 ms dan ± 2-3,2 ms untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Selain itu, pada Gambar 4.44 ini, terlihat juga bahwa angin yang datang dari arah lapangan sekolah Barat menuju massa bangunan C ini, kecepatan anginnya cenderung berkurang di sisi Barat massa bangunan C; sementara di sisi Timur massa bangunan C kecepatan anginnya perlahan-lahan meningkat. Hal ini terlihat jelas pada Gambar 4.45, dimana di sisi Barat massa bangunan C ini, angin dari arah lapangan sekolah Barat yang menuju massa bangunan C membelok ke atas mengurangi kecepatan angin di sisi Barat massa bangunan C menuju puncak atap menyebabkan kecepatan angin pada puncak atap meningkat sebelum akhirnya turun kembali ke jalurnya semula di sisi Timur massa bangunan C meningkatkan kecepatan angin di sisi Timur massa bangunan C secara perlahan. Adapun hal ini terbukti dari perubahan warnanya: perubahan warna dari hijau ± 1,6 ms dan ± 2,2 ms menjadi biru muda ± 0,8 ms dan ± 1,2 ms di sisi Barat massa bangunan C; warna merah ± 3,5 ms dan ± 5 ms pada puncak atap massa bangunan C; dan perubahan warna dari biru ± 0,6 ms dan ± 0,8 ms menjadi hijau ± 1,6 ms dan ± 2,2 ms di sisi Timur massa bangunan C untuk data input kecepatan angin hasil pengukuran dan hasil perhitungan. Dari keseluruhan analisa perbandingan ini, terlihat bahwa baik dengan data input kecepatan angin 2,82 ms hasil pengukuran maupun dengan data input kecepatan angin 4 ms hasil perhitungan, keduanya menunjukkan hasil pola aliran udara angin yang sama, walaupun dengan nilai kecepatan angin yang berbeda. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Analisa Kecepatan Angin pada Masing-Masing Massa Bangunan Sekolah Arah Timur