Gambar 2.13 Peningkatan kecepatan angin akibat perubahan pola aliran udara Boutet, 1987:51
Pembelokan aliran udara dan pengurangan kecepatan angin menciptakan perbedaan tekanan; tekanan positif tercipta sewaktu udara mengumpul di sisi
bangunan yang menghadap arah datangnya angin dan tekanan negatif tercipta sewaktu aliran udara membentuk pola baru pada sisi yang membelakangi arah
datangnya angin Gambar 2.14.
Gambar 2.14 Perbedaan tekanan akibat pembelokan aliran udara dan pengurangan kecepatan angin Boutet, 1987:52
Tekanan udara yang tercipta sewaktu udara mengumpul pada sisi yang menghadap arah datangnya angin mencapai nilai maksimal pada ketinggian 23H
Gambar 2.15. Pada ketinggian tersebut pula aliran udara terbagi tiga, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Gambar 2.15 Distribusi tekanan udara pada bangunan Boutet, 1987:52
2.7.2 Pola Aliran Udara dan Kecepatan Angin pada Skala Bangunan
Menurut Boutet 1987, aliran udara pada skala bangunan dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: bangunan itu sendiri, vegetasi di sekitar bangunan, pagar
Universitas Sumatera Utara
di sekitar bangunan, dan bangunan sekitarnya. Adapun pada bangunan itu sendiri, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pola aliran udara dan
kecepatan angin, seperti konfigurasi, orientasi, tinggi, teritis, bentuk atap, dan bentuk-bentuk arsitektural lainnya.
Konfigurasi dan orientasi bangunan terhadap arah datangnya angin mempengaruhi pola pergerakan aliran udara dan kecepatan angin. Seperti terlihat
pada Gambar 2.16 berikut, pada bangunan berbentuk panggung, aliran udara menyebar ke bagian atap dan bawah panggung; pada bangunan beratap jengki,
sebagian besar aliran udara terhadang oleh dinding bangunan; dan pada bangunan beratap planar, aliran udara mengikuti bentuk atap Boutet, 1987.
Gambar 2.16 Aliran udara pada konfigurasi dan orientasi bangunan yang berbeda Boutet, 1987:56
Selain itu, Boutet 1987 juga menyatakan bahwa area tenang berperan dalam menciptakan aliran udara pada bangunan, karena ukuran area tenang
berkaitan dengan potensi terciptanya aliran udara pada bangunan. Tingkat penghalang struktur bangunan kedalaman bangunan menentukan potensial aliran
udara internal. Bangunan yang semakin lebar menciptakan area tenang yang lebih sempit pada sisi yang membelakangi arah datangnya angin, dengan catatan
panjang dan tinggi bangunan sama. Di sisi lain, bangunan yang semakin panjang juga menciptakan area tenang yang lebih besar Gambar 2.17
Gambar 2.17 Pengaruh lebar dan bangunan terhadap ukuran area tenang Boutet, 1987:57-59
Universitas Sumatera Utara
Pada bangunan linear, orientasi bangunan terhadap arah datangnya angin bergantung pada kedalaman dan lebar dari area tenang. Area tenang terbesar
terbentuk ketika bangunan membentuk sudut 30° terhadap arah datangnya angin. Bangunan berbentuk L juga menciptakan pola aliran udara yang menyerupai pola
pada bangunan linear, dimana ukuran area tenang yang terbentuk dipengaruhi oleh orientasi bangunan terhadap arah datangnya angin Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Aliran udara pada bangunan berbentuk linear dan L Boutet, 1987:61
Berbeda dengan bangunan berbentuk linear dan L, bangunan berbentuk U menciptakan ukuran area tenang yang relatif sama untuk beragam orientasi
terhadap arah datangnya angin. Akan tetapi, efektivitas aliran udara untuk masing- masing orientasi tersebut berbeda. Seperti terlihat pada Gambar 2.19, ketika
bangunan berbentuk U membelakangi arah datangnya angin, pola aliran udara pada bangunan mirip seperti halnya pada bangunan berbentuk persegi; sebaliknya
ketika bangunan berbentuk U menghadap arah datangnya angin, aliran udara menuju bentuk U pada bangunan dan meningkatkan kecepatan angin dalam
bangunan. Selain itu, orientasi bangunan yang berbeda terhadap arah datangnya angin juga menciptakan area terlindung yang berbeda Boutet, 1987.
Gambar 2.19 Aliran udara pada bangunan berbentuk U Boutet, 1987:61
Selain bentuk dan konfigurasi bangunan, atap bangunan dan teritis juga mempengaruhi pola aliran udara dan kecepatan angin. Atap bangunan yang
semakin landai akan menyebabkan area terlindungnya pun semakin luas,
Universitas Sumatera Utara
sementara penambahan lebar teritis pada sisi yang menghadap arah datangnya angin menyebabkan area terlindung pada sisi yang menghadap arah datangnya
angin maupun pada sisi yang membelakangi arah datangnya angin pun melebar Gambar 2.20. Selain hal-hal tersebut, bentuk-bentuk arsitektural, seperti
halaman, atrium, balkon, teras, dan sebagainya, juga dapat meningkatkan aliran udara Boutet, 1987.
Gambar 2.20 Aliran udara akibat pengaruh atap dan teritis Boutet, 1987:64-66
Bangunan seringnya berada di sekitar bangunan-bangunan yang lain. Bangunan yang satu akan mempengaruhi bangunan yang lain, termasuk dalam hal
pergerakan aliran udara di sekitarnya. Bangunan menciptakan pola aliran udara dan kecepatan angin tertentu saat udara membelok di sekitarnya. Bangunan yang
menghadap arah datangnya angin dapat mengurangi kecepatan angin hingga 50- 60 Olgyay, 1963 dalam Boutet, 1987.
Bangunan yang berjajar dalam 1 baris menciptakan area tenang di antara bangunan dan membentuk lompatan aliran udara pada bagian atas bangunan,
sehingga mempengaruhi aliran udara pada bangunan sekitarnya Boutet, 1987 seperti terlihat pada Gambar 2.21. Setelah melalui penghalang seperti bangunan,
angin membutuhkan jarak 6x tinggi penghalang bangunan agar dapat kembali ke arahnya semula Koenigsberger, 1973 dalam Mediastika, 2002. Dengan
demikian, apabila jarak di antara bangunan kurang dari 6H, angin hanya akan melalui bagian atas bangunan atau melewati bangunan Boutet, 1987.
Gambar 2.21 Aliran udara pada bangunan yang berjajar Boutet, 1987:83
Universitas Sumatera Utara
Pada bangunan yang disusun secara linear, tercipta jarak di antara bangunan yang menyebabkan aliran udara bergerak melalui lorong tersebut. Akan
tetapi, ketika bangunan diposisikan berselang, aliran udara dibelokkan oleh masing-masing bangunan sepanjang arah aliran udara Gambar 2.22.
Gambar 2.22 Aliran udara pada bangunan linear dan berselang Boutet, 1987:83
2.7.3 Pola Aliran Udara dan Kecepatan Angin pada Skala Bukaan Bangunan