Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN
Berdasar pada permasalahan yang telah dikemukakan terdahulu, penulis berupaya menjawab pertanyaan permasalahan tersebut dengan menyusun metode
penelitian yang meliputi metode dan desain penelitian, definisi operasional, tempat sumber data dan waktu penelitian, paradigma penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan instrumen penelitian yang dipaparkan
berikut ini.
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan
kualitatif dengan
metode fenomenologis.
Hal ini
dilakukan mengingat
penelitian bertujuan
untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru selanjutnya disingkat
STTDG dalam pembelajaran dan respons warna afektif siswa selanjutnya disingkat RWAS terhadap tuturan tersebut secara alami berdasarkan fenomena
yang terjadi. Sejalan dengan fungsi metode fenomenologis yang digunakan untuk mengungkap konsep atau fenomena yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dalam situasi yang alami atau natural. Secara konseptual, metode fenomenologis Cresswell,
1998:51 adalah studi yang menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang konsep atau fenomena. Fenomena yang menjadi fokus
dalam penelitian ini ialah tindak tutur direktif guru terhadap siswa. Dalam hal ini, peneliti berupaya menganalisis strategi apa yang digunakan guru dalam
merealisasikan tindak tutur direktif guru kepada siswa. Setelah itu, diidentifikasi respon warna afektif atau emosi siswa terhadap STTDG tersebut.
Selanjutnya, hasil penelitian yang berupa STTDG yang berespons warna afektif positif diimplementasikan dalam sebuah model pembelajaran. Oleh karena
Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
itu, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif McMillan, 2008; Sugiyono, 2012; Sukmadinata, 2012.
Penelitian kualitatif ditujukan untuk mamahami fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan Sukmadinata, 2012. Partisipan dalam penelitian ini ialah
guru dan siswa, mereka diobservasi dan diajak berwawancara. Adapun yang diobservasi adalah tuturan guru dan perilaku peserta didik sebagai respons warna
afektif atau emosi mereka terhadap tuturan gugu tersebut. Setelah pembelajaran, peneliti melakukan wawancara untuk pengecekan dan klarifikasi terhadap data
yang teramati. Mengingat karakteristik penelitian kualitatif adalah naturalistik, induktif, holistik, maka pemerian data berdasarkan perspektif partisipan,
kontekstual, dan emik perspektif Fraenkel, dkk, 2012. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual, dan cermat Iqbal, 2002. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk
bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata. Selain itu, penelitian ini menekankan kepada kepercayaan
terhadap apa yang dilihat dan didengar sehingga bersifat netral Iqbal, 2002. Temuan
dalam penelitian kualitatif ini kemudian diimplementasikan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model sinektik Joyce, dkk. 2012: 243. Mengapa model ini yang dipilih? Model pembelajaran ini
menuntut strategi berpikir kreatif siswa melalui analogi yang dikondisikan oleh guru. Dengan demikian, guru dituntut untuk bertutur direktif yang dapat
menimbulkan respons warna afektif positif pada positif siswa sehingga dapat membangkitkan kreativitas berpikir mereka.
Model sinektik dikembangkan dari beberapa asumsi tentang psikologi kreativitas Gordon dalam Joyce, dkk.,2012. Asumsi pertama, dengan membawa
proses kreatif menuju kesadaran dan dengan mengembangkan bantuan-bantuan eksplisit menuju kerativitas, kita dapat langsung meningkatkan kapasitas kreatif
secara individu atau kelompok; kedua, komponen emosional lebih penting daripada intelektual, irasional lebih penting daripada rasional; dan ketiga, unsur-
Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
unsur emosional,
irasional harus
dipahami dalam
rangka meningkatkan
kemungkinan sukses dalam situasi pemecahan masalah. Ketiga asumsi tersebut diimplementasikan
dalam pembelajaran
dengan aktivitas
metafora yang
dikondisikan guru dengan tuturan direktifnya. Strategi sinektik menggunakan aktivitas metafora untuk mengembangkan imajinasi dan wawasan peserta didik
melalui tiga analogi, yaitu analogi personal personal analogy, analogi langsung direct analogy, dan konflik padat compressed conflict. Adapun model sinektik
ini akan diterapkan dalam pembelajaran menulis dengan sintaks yang tertera dalam instrumen penelitian.
B. Definisi Operasional