Definisi Operasional D BIND 1201101 Chapter3

Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu unsur emosional, irasional harus dipahami dalam rangka meningkatkan kemungkinan sukses dalam situasi pemecahan masalah. Ketiga asumsi tersebut diimplementasikan dalam pembelajaran dengan aktivitas metafora yang dikondisikan guru dengan tuturan direktifnya. Strategi sinektik menggunakan aktivitas metafora untuk mengembangkan imajinasi dan wawasan peserta didik melalui tiga analogi, yaitu analogi personal personal analogy, analogi langsung direct analogy, dan konflik padat compressed conflict. Adapun model sinektik ini akan diterapkan dalam pembelajaran menulis dengan sintaks yang tertera dalam instrumen penelitian.

B. Definisi Operasional

Untuk kejelasan terhadap beberapa konsep yang digunakan dalam judul penelitian ini, berikut penulis uraikan definisi operasional yang menjadi variabel penelitian. 1. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tindak tutur direktif disebut juga dengan tindak tutur impositif. Yang termasuk ke dalam tindak tutur jenis ini antara lain tuturan meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang, memberi aba-aba. Indikator dari tuturan direktif adalah adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan tersebut. 2. Fungsi komunikasi dalam tindak tutur direktif adalah maksud yang terkandung dalam setiap tuturan direktif, seperti meminta, mengajak, memaksa, menyarankan, mendesak, menyuruh, menagih, memerintah, mendesak, memohon, menantang,dan memberi aba-aba. 3. Strategi tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah bentuk struktur lingual atau modus serta fungsi komunikasi dalam tuturan guru yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu oleh mitra tutur peserta didik, meliputi tindak tutur langsung direct dan tindak tutur tidak langsung indirect. Strategi langsung dan tidak langsungnya tuturan berkaitan dengan kesesuaian antara struktur tuturan dengan fungsi tuturan. Yule 1996:95 menjelaskan bahwa ada tiga bentuk struktur, yaitu deklaratif, imperative, dan interogatif Wijana menyebutnya dengan modus, 1996 dan tiga fungsi komunikasi umum, yakni pernyataan, pertanyaan, dan perintahpermohonan. Apabila ada hubungan langsung antara strukturmodus dengan fungsi komunikasi, maka terdapat tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tidak ada hubungan antara struktur dan fungsi komunikasi, maka terjadilah tindak tutur tidak langsung. Adapun strategi setiap tipe tersebut sangat bergantung pada peristiwa tutur beserta konteksnya. Untuk itulah, penelitian ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan strategi apa saja yang ada dalam tuturan direktif guru di dalam kelas ketika pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Adapun tindak tutur direktif guru dalam pembelajaran adalah tuturan guru dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan kata- kata tertentu Searle, 1979:14, seperti ask, order, command, request, beg, plead, pray, entreat, invite, permit, dan advise. Contoh tuturan: 1 Guru : “Ketua kelas, coba nyalakan LCD” Tuturan 1 berbentuk imperatif dengan maksud memerintah. Hal ini dipahami dari konteks tuturan yang diucapkan guru ketika baru masuk kelas hendak memproyeksikan slide PPt dari laptopnya ke LCD. Dengan meminta bantuan ketua kelas, guru memerintahnya untuk menyalakan LCD. Artinya guru bermaksud menyuruh ketua kelas untuk menyalakan LCD dengan menggunakan kalaimat imperative perintah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru bertutur direktif secara langsung. Berbeda halnya dengan tuturan berikut yang berupa tuturan interogatif dengan maksud memerintah. 2 Guru : “Panas sekali kelas ini ya?” Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tuturan 2 diucapkan guru ketika masuk kelas pada pukul 10.30 dan cuaca panas terik matahari., baru lima belas menit di ruangan, tiba-tiba dia menatakan itu. Kalimat dalam tuturan 2 berebtuk interogatif, tetapi maksud tuturan tersebut bukan meminta jawaban ya atau tidaknya cuaca panas saat itu. Maksud yang terkandung dalam tuturan tersebut ialah meminta siswanya untuk membuka pintu atau menyalakan kipas anginAC agar tidak panas. Oleh karena itu, tuturan 2 dapat dikatakan sebagai tuturan direktif tidak langsung karena bentuk tuturan berbeda dengan maksud tuturannya. Bentuknya berupa kalimat interogatif, sedangkan maksudnya bukan bertanya, melainkan meminta sesuatu, yakni menyalakan kipas anginAC atau membuka pintu agar udara tidak terasa panas. 4. Warna afektif atau emosi siswa sebagai respons siswa terhadap STTDG ialah perasaan yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu ketika mendengar setiap STTDG dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi menghayati STTDG ini meliputi emosi positif, seperti gembira, senang, bangga dan emosi negatif, seperti kesal, marah, takut, dan malu. Data respons warna afektif ini diperoleh dari teknik observasi, angket, dan wawancara. Pengamatan RWAS ini diamati dari reaksi siswa, baik secara verbal maupun nonverbal ketika mendengar STTDG. Respons warna afektif siswa secara verbal diketahui dari angket tebuka yang diisi langsung oleh siswa, sedangkan respons secara nonverbal diketahui dari bahasa tubuh atau ekspresi wajah Diener, 1998. Emosi yang bersifat positif, seperti senang dan gembira terlihat dari ekspresi wajah: tersenyum atau tertawa, bergerak aktif, sedangkan emosi negatif, seperti malu terlihat dari bahasa tubuhnya: menunduk, menggigit bibir, tatapan mata ke bawah; kesal: mulut monyong, mata agak membelalak, kadang disertai dengan mendengus menghembuskan napas kuat-kuat. Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Implikasi hasil penelitian ini terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP adalah kaitan antara hasil penelitian berupa STTDG yang menimbulkan RWAPS terhadap keefektifan pembelajaran. Hasil penelitian ini akan diimplementasikan dalam sebuah desain model pembelajaran yang efektif, yakni model sinektik yang berbasis STTDG-RWAPS. C. Tempat, Sumber Data, dan Waktu Penelitian Tempat pengambilan data dilakukan di Bandar Lampung, tepatnya di sekolah menengah pertama, baik negeri maupun swasta, yakni SMPN 22 Bandar Lampung dan SMP IT Fitrah Insani Bandar Lampung. Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka pengambilan sampel secara purposif. Artinya, sampel atau dalam hal ini diistilahkan sumber data dipilih karena dianggap kaya dengan informasi tentang fenomena yang diteliti Sukmadinata, 2012:101. Adapun data penelitian ini adalah semua strategi tindak tutur guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama. Adapun yang dijadikan objek penelitian adalah proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII, VIII, IX SMP dengan asumsi bahwa secara psikologis, siswa SMP termasuk dalam fase remaja Santrock, 2001 yang cenderung sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan, baik positif maupun negatif. Dengan begitu, pengaruh strategi tuturan yang digunakan guru akan sangat terlihat dengan jelas. Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian terdiri atas sekolah negeri dan sekolah berbasis agama. Kedua kluster sekolah tersebut diasumsikan representatif untuk lingkungan belajar yang beragam. Dengan demikian, data penelitian yang diperoleh pun variatif. Sumber data penelitian ini ialah guru Bahasa Indonesia yang berjumlah empat orang dari suku bangsa yang berbeda, yakni Lampung, Palembang, Sunda, dan Jawa. Hal ini diupayakan agar strategi tuturan guru bervariasi karena berasal Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dari suku bangsa yang berbeda agar tuturah direktif lebih variatif. Waktu peneli- tian dimulai April 2014 sampai Januari 2015. D. Paradigma Penelitian Berdasarkan paparan terdahulu, penelitian ini dapat dibagankan paradigmanya sebagai berikut. Masalah Formulasi outcame output 1. tuntutan kompetensi profesional guru 1.Fungsi Komunikasi formulasi STTDG TDG strategi tindak tutur 2. kebutuhan defisiensi 2. Realisasi STTDG direktif guru dan fisiologi, keselamatan, warna afektif positif cinta, dan harga diri 3. Realisasi Bertutur siswa RWAP sebagai kebutuhan Santun TDG dasar peserta didik 4. Respons Warna 3. tuturan berdampak Afektif Siswa psikologis berupa RWAP dan RWAN emosi warna afektif positif dan negatif pada mitra tutur pembelajaran B. Ind. berbasis STTDG yg 4. model pembelajaran be-RWAPS dengan yang efektif dan model sinektik menyenangkan Bagan 3.1 Paradigma Penelitian Sumarti, 2015 STRATEGI TIND AK TUTUR D IREKTIF GURU DAN RESPONS WARNA AFEKTIF SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data