12 4 Prinsip-prinsip Johannesburg tentang Keamanan Nasional, Kebebasan
Berekspresi dan Akses Informasi 1996. Kendati tidak mengikat secara hukum soft law seperti halnya instrumen-instrumen tersebut
di atas hard law, prinsip-prinsip yang diadopsi oleh sekelompok ahli hukum internasional dan dimasukkan dalam laporan tahunan Pelapor
Khusus PBB tentang Pemajuan dan Perlindungan Hak atas Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi tahun 1996 ini, secara bertahap telah
mulai diterima dan dikutip sebagai standard-standard deinitif bagi perlindungan kebebasan berekspresi dalam konteks keamanan nasional.
Dengan demikian, merujuk pada batasan instrumental yuridis sebagaimana telah dipaparkan di atas, kebebasan berekspresi setidaknya mencakup tiga
jenis kebebasan ekpresi yaitu: a. kebebasan untuk mencari informasi; b. kebebasan untuk menerima informasi; dan c. kebebasan untuk memberi
informasi termasuk di dalamnya menyatakan pendapat. Kebebasan berekspresi juga melindungi semua informasi atau ide apapun termasuk dalam
hal ini fakta, komentar kritis, atau pun idegagasan. Jadi termasuk gagasan yang bersifat sangat subjektif dan opini pribadi, berita atau pun informasi
yang relatif netral, iklan komersial, seni, komentar yang lebih bersifat politis kritis serta pornograi, dll. Kebebasan berekspresi juga melindungi semua
bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, cetak, media seni serta media apa pun
yang menjadi pilihan seseorang. Perlindungan tersebut ditujukan pada semua bentuk media: radio, televisi, ilm, musik, grais, fotograi, media seni, dll,
termasuk kebebasan untuk melintas batas negara.
C. Batasan dalam survey
Berangkat dari cakupan perlindungan hak atas kebebasan berekspresi di atas, untuk keperluan survey—penelitian ini, kebebasan berekspresi
secara umum dapat dirumuskan sebagai kegiatan untuk mencari informasi, memproduksi bentuk ekspresi, menyebarluaskan ekspresi, dan mengonsumsi
menggunakan ekspresi. Terkait dengan media ekspresinya, merujuk pada sejumlah instrumen di atas, penelitian ini tidak akan membatasi bentuk-bentuk
“wahana” atau pun “media” yang dipakai untuk mengungkapkan ekspresi. Dengan demikian, semua wahana atau media untuk mengungkapkan ekspresi
13 tercakup dalam penelitian ini media—cetak, elektronik termasuk online;
pertunjukan; diskusi; poster; buku; ilm; dll. Lebih sempit lagi dengan merujuk pada pada Komentar Umum
No. 34 ICCPR, yang khusus memberikan elaborasi atas Pasal 19 perihal kebebasan berekspresi dan berpendapat yang dikeluarkan oleh Komite Hak
Asasi Manusia PBB, mengenai bentuk ekpresi dan penyebarannya, deinisi “ekspresi” dalam penelitian ini diterjemahkan sebagai:
“...lisan, tulisan dan bahasa simbol serta ekspresi non-verbal semacam gambar dan bentuk-bentuk seni. Alat ekspresi termasuk buku, surat
kabar, pamlet, poster, banner, pakaian serta submisi hukum. Dalam hal ini juga termasuk semua bentuk audio visual juga ekspresi
elektronik dan bentuk-bentuk internet...” Namun demikian, dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya,
serta pertimbangan utama situasi yang dianggap mewakili masalah kebebasan bereskpresi di Indonesia, maka penelitian ini akan membatasi jenis informasi
atau jenis ekspresi, yang dianggap bisa mewakili situasi praktik kebebasan berekspresi di Indonesia. Ketiga jenis ekspresi yang akan menjadi objek atau
fokus dari survey—penelitian ini, sebagai deskripsi atas praktik kebebasan berekspresi di Indonesia, yaitu: a. ekspresi keagamaankeyakinan; b. ekspresi
sosial politik; dan c. ekspresi budaya. Komite Hak Asasi Manusia menekankan bahwa muatan Pasal 19
paragraf dua di atas, pada dasarnya adalah melindungi semua bentuk gagasan subjektif dan opini yang dapat diberikansebarkan kepada orang lain.
22
Untuk itu, dalam menafsirkan ketiga ekspresi yang akan menjadi objek dalam
penelitian ini, “gagasan” dan “opini” menjadi muatan paling substantif dari ketiga ekspresi tersebut. Oleh karena itu, deinisi masing-masing ekspresi
tersebut dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Ekspresi agamakeyakinan
22 Lihat Nowak, M., U.N. Covenant on Civil and Political Rights, CCPR Commentary,
2nd revised edition, N.P. Engel, Publishers, 2005, hal. 444.
14 Ekspresi agama dalam penelitian ini dideinsikan sebagai semua
bentuk ekspresi gagasan atau opini yang berkaitan dengan agama atau keyakinan.
b. Ekpresi sosial politik
Ekpresi politik dalam penelitian ini dideinisikan sebagai seluruh bentuk ekspresi gagasan atau opini yang terkait dengan
penyelenggaraan negara dan penggunaan kekuasaan negara, termasuk juga di dalamnya pelayanan publik.
c. Ekpresi budaya
Ekspresi budaya dalam penelitian ini dideinisikan sebagai seluruh bentuk ekspresi gagasan atau opini tentang cara hidup masyarakat
yang mencakup antara lain identitas baik diri individu maupun kelompok serta berbagai bentuk ungkapan kreatiitas.
Survey ini hendak memberikan gambaran mengenai situasi kebebasan berekspresi di Indonesia dengan paparan berikut ini: 1 analisis peraturan
perundang-undangan baik di tingkat nasional maupun daerah lokal khususnya wilayah yang menjadi ruang penelitian, baik yang memberikan
jaminan terhadap kebebasan berekspresi, maupun yang dianggap menjadi kendala bagi praktik kebebasan berekspresi; 2 praktik pemenuhan hak
atas kebebasan berekspresi, yang dalam penelitian ini akan dilihat dari sisi pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi.
D. Pertanyaan kunci