Kompleksitas Pelanggaran Kebebasan Perlindungan dan pembatasan dalam peraturan
73
A. Bagaimana situasinya secara keseluruhan?
Praktik hak atas kebebasan berekspresi di seluruh wilayah penelitian Jakarta, Sumbar, Kalbar, Yogyakarta, dan Papua, secara umum
situasinya masih ‘baik’, meski tak lepas dari berbagai bentuk pelanggaran yang melingkupinya. Kalimantan Barat secara umum bahkan kondisinya
‘sangat baik’ dengan skor 77,08. Akan tetapi kewaspadaan dan komitmen negara untuk melindungi ‘predikat’ tersebut sangat diperlukan, mengingat
ketegangan yang kemungkinan meletup setiap saat, sebagaimana terekam dalam praktik pelanggaran yang terjadi selama ini, yang secara tidak langsung
mungkin dipengaruhi oleh keberimbangan etnisitas dan agama di wilayah ini. Menguatnya kelompok intoleran menjadi salah satu tantangan utama dalam
praktik kebebasan berekspresi di Kalimantan Barat. DKI Jakarta dengan kemajemukannya secara keseluruhan situasi
kebebasan berekspresinya tidak lebih baik dari Papua sebagai wilayah konlik. Kompleksitas masalah yang dihadapi Jakarta, sebagai ruang pertemuan
berbagai macam etnis, agama dan kepentingan, tentu menjadi tantangan yang berbeda dengan daerah lainnya, dalam perlindungan kebebasan berekspresi.
Berbagai persoalan yang menghinggapi Jakarta, menempatkan kebebasan berekspresinya pada skor 60,41. Masih buruknya ekspresi sosial politik juga
menjadi catatan penting bagi Jakarta, mengingat posisi Jakarta sebagai pusat dari seluruh aktivitas politik nasional negara ini.
Namun demikian, buruknya ekspresi sosial politik pada satu sisi juga sangat dipengaruhi oleh peran tersebut, kerap pelanggaran yang terjadi
tidak berkaitan dengan Jakarta sebagai provinsi, tetapi terkait dengan penyelenggaraan pemerintah pusat yang kebetulan juga berada di Jakarta.
Selain itu, pelaku pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi di Jakarta didominasi oleh kelompok intoleran, yang sering melakukan tekanan dan
intimidasi terhadap berbagai macam aktiitas ekspresi. Tiadanya penegakan hukum yang serius mungkin berpengaruh terhadap makin menguat dan
merajalelanya kelompok ini.
74
Tabel 10: Penilaian terhadap situasi kebebasan berekspresi di lima provinsi
Dimensi Provinsi
DKI Jakarta Sumbar
Kalbar DI Yogyakarta
Papua
Nilai Dimensi
∑xD Indeks
Ekspresi SkD
Nilai Dimensi
∑xD Indeks
Ekspresi SkD
Nilai Dimensi
∑xD Indeks
Ekspresi SkD
Nilai Dimensi
∑xD Indeks
Ekspresi SkD
Nilai Dimensi
∑xD Indeks
Ekspresi SkD
Sosial Politik
7 43,75
12 75,00
11 68,75
7 43,75
5 31,25
Agama 12
68,75 6
37,50 13
81,25 10
62,50 14
87,50 Budaya
10 62,50
14 87,50
13 81,25
13 81,25
13 81,25
Total SkT
29
60,41
32 66,67
37
77,08
30
62,50
32 66,67
75 Kondisi yang juga cukup mengejutkan ditemui di Yogyakarta sebagai
wilayah yang selama ini dikenal sebagai salah satu benteng kebebasan berekspresi di republik ini, karena kekuatan kultur serta kebebasan akademik
yang dibangun. Kenyataanya, dalam ekspresi sosial politik, skornya sama buruknya dengan Jakarta, yakni 43,75. Akan tetapi secara umum, kondisi
Yogyakarta masih baik dalam perlindungan terhadap kebebasan berekspresi di ketiga dimensi, yakni dengan skor 62,50. Skor ini lebih tinggi sedikit di
atas skor Jakarta, namun tak lebih baik dari Papua. Sama dengan yang terjadi Kalimantan Barat dan Jakarta, menguatnya kelompok intoleran di Yogyakarta
memberikan kontribusi besar bagi banyaknya praktik pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi.
Sedangkan Papua, praktik pelanggaran yang terjadi benar-benar mencerminkan situasi daerahnya sebagai wilayah konlik. Meski secara
umum situasinya baik, karena ditopang oleh baiknya praktik ekspresi agama dan budaya, ekspresi sosial politik di Papua menempati posisi paling buruk
dibandingkan daerah lainnya, dengan skor 31,25. Namun, penilaian terhadap keseluruhan dimensi menunjukkan bahwa skor kebebasan berekspresi di
Papua lebih baik daripada Jakarta dan Yogyakarta, dengan skor akumulatif 66,67. Pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi di Papua hanya
terkonsentrasi pada dimensi sosial politik, sementara dimensi lainnya relatif tidak banyak menampilkan masalah.
Lain Papua, lain pula dengan Sumatera Barat. Dalam periode 2011- 2012, wilayah ini terpuruk dalam perlindungan ekspresi pada dimensi agama.
Entah mempengaruhi atau tidak, daerah dengan agama penduduknya yang cenderung homogen ini, praktik kebebasan ekspresi pada dimensi agama
adalah yang paling buruk dibanding wilayah lainnya. Buruknya situasi ekspresi agama tercermin dari skor terhadap dimensi ini yang hanya 37,50,
masih kurang dari angka 51 untuk dapat dikatakan baik. Secara keseluruhan Sumatera Barat mendapatkan skor yang sama dengan Papua, yakni 66,67.
Baiknya situasi ekspresi sosial politik dan ekspresi budaya memiliki peran signiikan terhadap masih baiknya kondisi kebebasan berekspresi secara
umum di Sumatera Barat.