33
Bab II Hukum Kebebasan Berekspresi di Indonesia:
Analisis Peraturan Perundang-undangan
Hukum Indonesia mengalami perbaikan yang cukup progresif dalam melindungi hak atas kebebasan berekspresi, terutama pasca-bergulirnya
reformasi. Sejumlah perbaikan tersebut dapat dilihat dalam hukum tertinggi, Konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 UUD 1945. Konstitusi
secara tegas melindungi hak atas kebebasan berekspresi. Selain itu berbagai regulasi di bawah Konstitusi, juga mengalami perbaikan mendasar,
diantaranya Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia HAM yang menjamin secara eksplisit pula hak atas kebebasan berekpresi.
Demikian juga terdapat perbaikan dalam mengatur kebebasan berekspresi melalui pers yang kini lebih mencerminkan pendekatan hak asasi manusia,
misalnya dalam UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Namun demikian, perkembangan sesudahnya justru menunjukkan
arah sebaliknya. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik UU ITE yang justru memiliki
dimensi pembatasan yang lebih besar daripada dimensi perlindungannya. Selain itu, berbagai jaminan hak atas kebebasan berekspresi masih mengandung
kelemahan mendasar pada aspek pembatasannnya, yaitu digunakannya klausul pembatas yang tidak dikenal dalam hukum internasional bahkan
dalam Konstitusi Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa ketentuan- ketentuan tentang pembatasan, tidak sepenuhnya memenuhi asas adanya
kebutuhan yang mendesak necessity dan pengaturan pembatasan secara proporsinal proportionality. Hukum Indonesia juga masih belum menjamin
kebebasan berekspresi secara penuh karena masih adanya berlakunya produk hukum lama yang masih menggunakan pendekatan lama, misalnya
ketentuan mengenai pencemaran nama baik sebagai delikperbuatan pidana yang dengan ancaman pidana penjara. Ketentuan tentang pencemaran nama
34 baik tersebut, yang seharusnya diselaraskan dengan Konstitusi, belum
dicabut. Tak hanya mempertahankan delik pidana yang ada di KUHP, malah menambahkan pula dalam sejumlah regulasi baru, dalam UU ITE misalnya.
Bagian ini akan menguraikan lebih rinci tentang berbagai regulasi yang terkait dengan hak atas kebebasan berekspresi, dengan melihat
sejauhmana hukum di Indonesia telah mejadi instrumen untuk perwujudan HAM dengan mencermati dua dimensi yaitu dimensi perlindungan kebebasan
berekspresi dan dimensi pembatasan kebebasan berekspresi. Merujuk pada batasan yuridis sebagaimana telah dipaparkan dalam bagian sebelumnya,
kebebasan berekspresi setidaknya mencakup tiga jenis kebebasan berekspresi yaitu: a. kebebasan untuk mencari informasi; b. kebebasan untuk menerima
informasi; dan c. kebebasan untuk memberi informasi termasuk di dalamnya menyatakan pendapat. Kebebasan berekspresi juga melindungi semua
informasi atau ide apapun termasuk dalam hal ini fakta, komentar kritis, atau pun idegagasan, termasuk dalam hal ini adalah gagasan yang bersifat sangat
subjektif dan opini pribadi, berita atau pun informasi yang relatif netral, iklan komersial, seni, komentar yang lebih bersifat politiskritis. Kebebasan
berekspresi juga melindungi semua bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, cetak, media seni, serta media apa pun yang menjadi pilihan seseorang.
Perlindungan tersebut ditujukan pada semua bentuk media: radio, televisi, ilm, musik, grais, fotograi, media seni, internet, dll, termasuk kebebasan
untuk melintas batas negara.
Bagaimana hukum Indonesia mengatur perlindungan dan pembatasan, dalam bagian ini akan dilihat dari perlindungan dan pembatasan secara
umum serta perlindungan dan pembatasan dari cakupan tiga jenis kebebasan berekpresi di atas: a. kebebasan untuk mencari informasi; b. kebebasan
untuk menerima informasi; dan c. kebebasan untuk memberi informasi yang dalam hal ini melihat titik kerja jurnalistik serta penyebarluasan informasi
melalui internet; c. isu-isu penting yaitu “pornograi” dan “pencemaran nama baik”; dan d. perangkat yang memungkinkan terbentuknya self regulating
body yang kemudian memungkinkan aspek perlindungan secara maksimal dan sebaliknya juga memberlakukan pembatasan secara proporsional dalam
kebebasan berekspresi.
35
A. Perlindungan dan pembatasan kebebasan berekspresi