Pada tahap kerja anak mau mengikuti semua tahap-tahap pemberian terapi TENS yang dilakukan terapis. An. A terlihat
sangat antusias dalam proses terapi dan berusaha untuk menggunakan tangan kanannya, walaupun masih belum
sempurna anak
mampu menggengam
bola plastik,
memindahkan beberapa buah bola dan mendorong mobil- mobilan.
4.4.4 Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan proses dimana terapis mengevaluasi An. A dan memberikan pujian An. A dalam
keberhasilannya dalam mengikuti proses terapi. Kemudian terapis menanyakan perasaan An. A setelah mengikuti
terapi. Hal tersebut dilakukan terapis agar menubuhkan rasa nyaman dan percaya An. A pada terapis di
pertemuan-pertemuan selanjutnya. Serta terapis juga harus membuat kontrak pertemuan selanjutnya pada anak
dan orangtua. 4.5 Hasil Penelitian
Respon anak setelah diberikan terapi TENS pada penelitian ini diperoleh berdasarkan lembar observasi pelaksanaan terapi
TENS pertemuan I-VIII dan wawancara ibu An. A W1 dan terapis W2. Berdasarkan lembar observasi pertemuan I-VIII
bahwa setiap pertemuan anak mau mengikuti terapi secara bertahap dan anak selalu mendapatkan terapi TENS kurang lebih
30 menit dan dilanjutkan dengan terapi latihan. Observasi pada pertemuan pertama anak telah mendapatkan terapi TENS
kurang lebih empat bulan. Observasi hari pertama setelah anak mendapatkan terapi
TENS, terapis memberikan terapi latihan menggunakan bola plastik kecil. Ketika anak diinstruksikan untuk memindahkan
beberapa bola kekeranjangnya anak terlihat berusaha menggunakan tangan kanannnya hasilnya beberapa bola
berhasil dipindahkan dan beberapa lainnya jatuh terlepas pada genggaman anak. Selain latihan memindahkan bola anak juga
dilatih untuk membuka atau melepas pakaiannya sendiri. Pertemuan Kedua, pertemuan kali ini anak diberikan terapi
latihan dengan belajar membuka pakaiannya sendiri. Terapis mengajarkan anak untuk menarik baju menggunakan tangan
kanannya. Anak mengatakan bahwa dia kesulitan membuka bajunya menggunakan tangan kanan. Selain itu anak diajari
untuk mengayuh sepeda menggunakan kaki kanannya, walaupun masih dominan kaki kiri yang mengayuh, anak tetap
berusaha mengikuti instruksi terapis. Pertemuan ketiga, setelah anak mendapatkan terapi TENS
anak melanjutkan terapi latihan. Dari hasil observasi selama dua
pertemuan ini, anak sudah mampu membuka pakaiannya sendiri walaupun belum sempurna dan butuh bantuan orang lain, anak
sudah terlihat menggerakan tangan kanannya untuk berusaha menarik pakaiannya. Selain itu anak memperlihatkan kepada
terapis bahwa dia mulai dapat mengayuh menggunakan kaki kanannya, walaupun terlihat sangat berat untuk mengayuh
menggunakan kaki kanannya. Pada pertemuan keempat terapis seperti biasa memberikan terapi TENS selama 30 menit. Setelah
diberikan terapi TENS An. A diberikan terapi latihan dengan mengajarkan anak untuk menggunakan media disekitarnya
seperti remote televisi. Anak diajarkan menggenggam remote menggunakan tangan kanan dan berusaha menggunakan jarinya
untuk mengganti program televisi. Anak terlihat kesulitan saat akan menggenggam remote dan secara reflek tangan kirinya
membantu untuk menggengam remote. Pertemuan ke lima melanjutkan pertemuan sebelumnya.
Setelah diberikan terapi TENS anak langsung melanjutkan latihan untuk menggunakan remote dengan tangan kanannya.
Anak terlihat bosan karena kesulitan menggenggam dan lebih memilih melihat televisi maka terapis mulai mengajak ngobrol
anak untuk membuat anak agar fokus pada latihan. Setelah diajarkan kembali anak mulai dapat menggenggam remote
namun belum dapat mengganti program televisi.Terapis
berpesan pada keluarga dan anak untuk membiasakan diri anak untuk menggunakan remote secara mandiri.
Pertemuan ke enam, seperti biasa anak mendapatkan terapi TENS selama 30 menit. Terapi latihan kali ini menggunakan
pensil.Terapis mengajarkan kepada An. A untuk menggenggam pensil menggunakan tangan kanannya, lalu melempar pensil
tersebut kearah terapis. Anak tidak tampak kesulitan saat berusaha menggenggam pensil namun disaat anak akan
melempar pensil, anak belum bisa melakukannya karena pensil masih tersangkut pada jari. Selanjutnya anak diajarkan bermain
mobil-mobilan menggunakan kedua tangannya. An. A mulai mendorong mobil-mobilan tersebut menggunakan tangan
kanannya, walaupun masih dominan tangan kirinya terapis berusaha untuk membiasakan anak mengguanakan tangan
kanannya untuk mendorong dan menarik mobil-mobilan. Hasil observasi pertemuan ke tujuh, anak mendapatkan
terapi TENS selama 30 menit. Kali ini anak diberi terapi latihan untuk menggenggam dan membuka tangan kanan sebanyak 10
kali. Konsentrasi anak sedikit terganggu karena terapi dilakukan sambil melihat televisi,namun terapis berhasil mengembalikan
konsentrasi anak dan anak berhasil membuka dan mengepalkan tangan kanannya. Terapi kedua yang diberikan hari ini adalah
menggenggam dan masih melempar pensil. Anak terlihat
antusias saat melempar pensil sambil bercanda dengan ibunya walau anak terlihat sangat berusaha keras untuk melempar
pensil ke arah ibunya. Pertemuan ke delapan, pada pertemuan ini seperti biasa anak mendapatkan terapi selama 30 menit, kali
ini anak diajari mengenal anggota tubuhnya dan tidak lupa menggunakan tangan kanannya. Anak diminta memegang
anggota tubuh sesuai intruksi terapis. Respon anak sangat baik walaupun konsentrasinya agak terganggu karena televisi. Anak
dapat melakukan sesuai intruksi terapis saat anak diminta memegang anggota kepala secara acak dan anak mampu
memegangnya walaupun masih dibantu tangan kirinya sendiri. Pada pertemuan kali ini peneliti melakukan wawancara kepada
ibu An. A dan terapis berdasarkan hasil percakapan wawancara setelah terapi TENS diberikan kepada anak CP ibu maupun
terapis An. A mengatakan adanya perubahan yang signifikan.
4.5.1 Tema 1: An. A termasuk CP tipe Spastic Hemiplegic