saya itu otaknya kata dokternya itu ini masih bersyukur bu ini tu anaknya befikirnya seperti anak-anak biasa, biasanya
kalo penyakit kayak gini itu anaknya itu otaknya juga lemah seperti down syndrome gitu itu tapi anak ini enggak ,gitu
jadi yang diserang sebelah kanan semua anak saya gitu loh mba
k.” W1.95
Gambaran CP tersebut juga didukung oleh keterangan dari W2 yang menjelaskan bagaimana CP
yang dialami An. A. Berikut pernyataan W2:
“Tidak sebegitu parah dari CP- CP yang pernah saya lihat ya mbak, karena anak ini cenderung lebih ke
normalnya, dia masih berfikiran secara normal melakukan aktivitas-aktivitas biasa juga, seperti anak normal mungkin
kekurangannya hanya ya tangan kanannya tidak bisa
digunakan seperti tangan kiri.” W2.115
4.5.2 Tema 2: Adanya Miom dan Hambatan Persalinan pada Ibu sebagai Faktor penyebab CP
Pada saat diwawancarai, W1 menyebutkan penyebab CP yang dialami oleh anaknya berdasarkan
informasi yang didapatkan dari dokter. W1 menceritakan bahwa ada miom dalam rahimnya dan proses
kelahirannya yang sulit sehingga memerlukan bantuan alat vacuum. Maka dari itu, ada kemungkinan anaknya
terlahir cacat. Berikut ungkapan yang menjadi faktor penyebab CP yang dialami anaknya:
“Kalau waktu mengandung itu normal-normal aja, ya pengennya cuman muntah aja ,lemes, sakit terus dari
pertama sampai akhir mau sampai melahirkan, saya mau melahirkan itu aja dah gak kuat, gak kuat sampai di itu di
apa namanya, divacuum kalau saya tahu divacuum begini hasilnya ya saya gak mau divacuum kalau tahu hasilnya
begitu ya maunya sih ,ya kalau tahunya begitu disesar aja hasilnya begitu itu tangan anak saya kok jadi lemah
satunya. Tapi bu dokter sebelumnya sudah bilang nanti anak saya lahir itu agak cacat gitu karena dirahim saya itu
ada tamunya, ada miomnya itu juga bikin saya susah punya anak, saya itu 3 tahun menikah baru punya anak ya
begitulah mbak.” W1.65
“Saya gak tahu mbak penyebabnya CP itu apa. Tapi dokter yang nanganin saya waktu hamil itu bilang kalau
nanti itu anak saya cacat agak lemah apa karena ada miom itu yang bikin anak saya kaya gitu, sama waktu lahirnya
di vacuum yang bikin anak saya mental terlempar sampai 2x, dulu itu saya sampai kaya mau mati melahirkan anak
saya.” W1.105
4.5.3 Tema 3: Gambaran Terapi TENS
Terapi TENS berfungsi untuk menstimulasi otot syaraf yang lemah dengan cara menempelkan elektroda
ke bagian tubuh yang mengalami spastic kekakuan. Berikut pernyataan dari W1 dan W2 tentang terapi TENS:
“Terapi TENS itu anak saya pasangi kabel-kabel di tempel-tempelin disetrum-setrum
seperti dipijet.”W1.155
“Terapi TENS itu adalah yang diberikan untuk
menstimulasi otot otot pada anak.” W2.45
“Caranya ditempelkan pada sendi-sendi bahu, sendi-
sendi lengan dan pergelangan tangan.” W2.55
Terapi TENS tidak memberikan efek samping dalam penggunaannya. W1 menyatakan bahwa terapi
TENS tidak memiliki efek samping saat diberikan kepada An.A. W1 juga telah menanyakan bagaimana keadaan An.
A ketika diberikan terapi TENS berikut pernyataannya:
“Ketika saya tanya kepada anak saya, “Bagaimana rasanya le
?”, anak saya mengatakan enak seperti dipijitin,
tidak sakit”. W1.155
W2 juga menjelaskan jika tidak ada efek samping dari terapi TENS. Berikut penyataanya:
“Gak ada mbak karena TENS ini sendiri kan fungsinya
untuk menstimulasi otak, menstimulasi otot.” W2.215
dan W2 menjelaskan frekuensi pemberian terapi TENS kepada An. A dan Berikut pernyataannya:
“Saya menggunakanya intensitanya lebih dari 10 Hz saya hanya menggunakan pada anak 3 Hz sesuai dengan
apa yang si anak rasakan, kalau yang anak rasakan tidak nyaman terasa sakit maka ,
intensitasnya saya turunkan.”
W2.205
4.5.4 Tema 4: Terapi Latihan Mendukung Terapi TENS