Pada  buku  III  KUH  Perdata  pengertian  tentang  perikatan  Van  Verbintenissen  yang memiliki sifat terbuka artinya isinya dapat ditentukan oleh para pihak dengan beberapa syarat yaitu
tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan undang – undang.
10
Apa yang diatur dalam  Buku  III  KUH  Perdata  hanya  sekedar  mengatur  dan  melengkapi  regelend  recht-
aanvullendrecht.  Berbeda  dengan  pengaturan  Buku  II  KUH  Perdata  yang  menaganut  sistem tertutup atau bersifat memaksa dwingend recht, dimana para pihak dilarang menyimpangi aturan
– aturan yang ada didalam Bukum II KUH Perdata tersebut. Syarat yang terkandung pada Buku III KUH Perdata memiliki makna bahwa syarat tersebut dapat diikuti oleh para pihak atau dapat
juga para pihak menentukan lain  menyimpanginya  dengan beberapa syarat  namun  hanya  yang bersifat  pelengkap  saja  yang  dapat  disimpanginya,  karena  di  dalam  ketentuan  umum  ada  yang
bersifat  pelengkap dan pemaksa, seperti  yang tercantum pada Pasal  1320 dan Pasal  1338 KUH Perdata.
2.2. Perdagangan Internasional
Hukum  perdagangan  internasional  merupakan  bidang  hukum  yang  berkembang  cepat. Ruang lingkup bidang hukum  ini pun cukup luas. Hubungan
– hubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya, dari bentuknya  yang sederhana,  yaitu dari barter,
jual beli barang atau komoditi produk – produk pertanian, perkebunan, dan sejenisnya, hingga
hubungan atau transaksi dagang yang kompleks. Kompleksnya hubungan atau transaksi dagang internasional  ini  paling  tidak  disebabkan  oleh  adanya  jasa  teknologi  khususnya  teknologi
informasi sehingga transaksi – transaksi dagang semakin berlangsung cepat.
11
2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional
10
Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, h. 39.
11
Huala Adolf, 2013, Hukum Perdagangan Internasional, Cet.Ke V., Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.1
Istilah perdagangan internasional atau disebut dengan perdagangan antar bangsa – bangsa,
pertama kali dikenal di Benua Eropa yang kemudian berkembang di Asia dan Afrika. Negara –
negara yang terhimpun dalam kegiatan perdagangan internasional membentuk suatu persetujuan dagang  dan  tariff  atau  General  Agreement  on  Tariff  and  Trade  yang  disingkat  dengan  GATT.
Kemudian, GATT berkembang menjadi suatu organisasi perdagangan internasional yang sekarang lebih  dikenal  dengan  Organisasi  Perdagangan  Dunia  atau  World  Trade  Organization  yang
disingkat  dengan  WTO.    Kesepakatan  perdagangan  internasional  yang  dicapai  dalam  Uruguay Round berakibat semakin meluasnya substansi yang ditentukan dalam GATT, disebabkan fungsi
GATT  diambil  alih  oleh  WTO  yang  lebih  dikenal  peranan  dan  fungsinya  dalam  dunia internasional, khususnya di bidang tarif dan perdagangan internasional. Ada berbagai motif atau
alasan  mengapa  negara  atau  subjek  hukum  pelaku  dalam  perdagangan  melakukan  transaksi dagang  internasional.
12
Fakta  yang  sekarang  ini  terjadi  adalah  perdagangan  internasional  sudah menjadi tulang punggung bagi negara untuk menjadi makmur, sejahtera dan kuat. Hal ini sudah
banyak  terbukti  dalam  perkembangan  dunia.  Timbulnya  kebebasan  dalam  melaksanakan perdagangan internasional termotivasi oleh paham atau teori yang dikemukan oleh Adam Smith
dalam  bukunya  berjudul  “The  Wealth  of  Nations”,  yang  menyatakan  bahwa  kesejahteraan masyarakat suatu negara justru akan semakin meningkat, jika perdagangan internasional dilakukan
dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah dilakukan seminimal mungkin.
13
Prinsip utama yang menjadi dasar GATT adalah prinsip non – diskriminasi yang dalam WTO
dikenal dengan most favoured nation atau MFN, sesuai yang tercantum pada Pasal 1 WTO. MFN merupakan prinsip bahwa perdagangan internasional antara anggota WTO harus dilakukan secara
12
Ibid.
13
Mohammad Sood, 2011, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, h. 4
non – diskriminasi. Hal itu mengandung arti bahwa konsesi yang diberikan kepada suatu negara
mitra  dagang  harus  berlaku  pula  bagi  semua  negara  lainnya.  Semua  negara  ditempatkan  pada kedudukan yang sama. Selain prinsip hukum yang ditentukan secara umum dalam WTO, dalam
rangka mencapai tujuan WTO demi kesejahteraan negara anggota yang berkembang, disepakati ketentuan khusus. Dalam sistem perdagangan di dunia saat ini memungkinkan segala sesuatunya
bersifat praktis, cepat dan aman. Hal yang sedemikian ini semakin memudahkan para pelaku usaha melakukan  kegiatan  perdagangan.  Hal  ini  menyangkut  juga  aspek  globalisasi  dan  liberalisasi
ekonomi.  Peningkatan  perdagangan  internasional  pasti  akan  meningkatkan  intensitas  transaksi pembayaran terhadap kegiatan perdagangan internasional di suatu negara.
Dapat dikatakan bahwa perdagangan internasional tidak berbeda dengan pertukaran barang antardua orang di suatu negara, perbedaannya adalah bahwa perdagangan internasional orang yang
satu  kebetulan  berada  di  negara  yang  berbeda.
14
Dengan  demikian,  perdagangan  internasional merupakan perdagangan dari suatu negara ke lain negara di luar perbatasan negara yang meliputi
dua kegiatan pokok. Kedua kegiatan tersebut adalah kegiatan ekspor dan impor yang hanya dapat dilakukan dalam batas
– batas tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional para pelaku usaha mengacu kepada kaidah
– kaidah hukum yang bersifat internasional, baik ketentuan hukum perdata internasional private international law
maupun ketentuan hukum publik international public international law.
15
2.2.2 Kebijakan Perdagangan Internasional