BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoritis
1. Keterampilan berbicara
a. Pengertian Berbicara
Definisi tentang berbicara menurut Sujanto, adalah salah satu bentuk komunikasi lisan yang paling unik, paling tua dan sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Dikatakan paling unik, karena menyangkut masalah yang sangat kompleks. Sujanto, 1988
׃ 189. Seseorang yang memiliki keterampilan dalam berbicara akan memiliki banyak teman, karena dalam setiap berbicara diusahakan tidak menyinggung lawan
bicaranya, sehingga secara pribadi maupun sosial keterampilan berbicara akan berpengaruh pada keberhasilan hidup seseorang dalam segala aspek kehidupan.
Salah satu aspek dalam kehidupan adalah pendidikan. Pendidikan dalam proses belajar mengajar menggunakan metode apapun perlu keterampilan berbicara.
Penggunaan metode ceramah, siswa dituntut pandai bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Metode diskusi, siswa harus mampu menyampaikan pikiran, gagasan atau
menyanggah pendapat. Sesuai dengan pendapat Henry Guntur Tarigan 2006: 15 bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekpresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Pada saat berbicara artikulasi harus jelas, artikulasi yang tidak jelas dapat
menyebabkan ketidakjelasan makna kata yang diucapkan. Siswa perlu dilatih
11
mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas. Pentingnya pelatihan keterampilan mengucapkan kata dengan artikulasi yang jelas, karena hal ini mempengaruhi tingkat
keberhasilan keterampilan berbicara. Pendapat lebih luas disampaikan oleh Arsjad Meidar, 1991: 17, yang menyatakan keterampilan berbicara adalah keterampilan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Pendengar menerima informasi
melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian juncture. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan air
muka mimik pembicara. Berbicara tanpa tatap muka dapat menggunakan media seperti aipon, telepon,
televisi, teleconverence, radio. Penggunaan airpon dan telepon pembicaran berlangsung dua arah. Sedangkan media televisi dan radio, tape recorder searah. Pembicaraan searah,
dua arah, ataupun multi arah, pembicara berhadapan dengan pendengar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa berbicara adalah setengah dari sebuah dialog,
yang setengah lagi adalah pendengar. Rustica, 2005: 18 Pendapat Rustica didukung oleh Deddy, yang mengkategorikan definisi-definisi
tentang berbicara dalam tiga konseptual yaitu: komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, komunikasi sebagai transaksi. Deddy Mulyana, 2001: 61.
Pemahaman berbicara sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang kepada seseorang sekelompok orang lainnya, baik secara langsung tatap muka ataupun
melalui media, radio, atau televisi. Pemahaman berbicara sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada berbicara tatap muka. Namun tidak terlalu
keliru bila diterapkan pada pidato yang tidak melibatkan tanya jawab. Definisi seperti ini mengisyaratkan berbicara semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk
menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, berbicara dihadapan orang lain dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk
menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan atau mengumumkan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan
sesuatu. Berbicara sebagai interaksi. Pandangan ini menyetarakan berbicara dengan suatu
proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan verbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal, kemudian
orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Berbicara dapat juga berfungsi sebagai sebuah kegiatan
bertransaksi. Pandangan ini menyatakan bahwa berbicara adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang berbicara. Berdasarkan
pandangan ini, maka orang-orang yang berbicara dianggap sebagai pembicara yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan atau saling bertukar pesan.
b. Keterampilan Berbicara