Latar Belakang Masalah EFEKTIVITAS PEMBERIAN PROBLEM POSING PADA MODEL PEMBELAJARAN TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SEMESTER 2 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

commit to user 1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tingkat kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan yang berkualitas akan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu beradaptasi dengan perkembangan IPTEK, sehingga dapat membangun bangsa dan negaranya secara bertanggung jawab. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan dan kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang pendidikan. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa dapat mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, baik untuk menumbuh kembangkan watak kepribadian bangsa, maupun memajukan kehidupan dan kesejahteraan bangsa dalam berbagai kehidupan. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan berkualitas yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik. Hal ini karena pada dasarnya setiap peserta didik memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi kemampuan untuk dapat hidup di masyarakat. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik, sehingga peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Dalam undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, untuk mencapai tingkat pendidikan yang berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang mampu commit to user 2 mengembangkan potensi peserta didik. Padahal sistem pembelajaran di Indonesia belum mampu mengembangkan potensi peserta didik dengan baik, sehingga terjadilah inovasi dalam sistem pembelajaran. lnovasi yang dilakukan pemerintah adalah pembaharuan kurikulum yang mengacu pada standar nasional pendidikan yang diwujudkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Hal tersebut sejalan dengan apa yang diamatkan oleh GBHN 1999-2004 Bab IV E yang merekomendasikan perlunya pembaharuan sistem pendidikan nasional termasuk di dalamnya pembaruan kurikulum ke arah kurikulum diversifikasi Trianto, 2010: 2. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, kimia adalah salah satu mata pelajaran yang ada pada kurikulum SMA. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu sains yang berisi sekumpulan konsep, teori dan hukum. Konsep- konsep yang ada pada ilmu kimia adalah konsep abstrak, sehingga banyak siswa yang beranggapan bahwa kimia adalah salah satu pelajaran yang dianggap sulit dipahami dan membosankan. Oleh sebab itu, proses pembelajaran kimia di sekolah perlu ditingkatkan agar kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran dapat memenuhi tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran diperlukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai Trianto, 2010: 22. Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam memberikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mempelajari serta memahami sesuatu yang diberikan oleh guru, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa ini adalah indikator peningkatan kualitas pendidikan. SMA Negeri 4 Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di kota Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran kimia di SMA Negeri 4 Surakarta, salah satu permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut adalah masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai ulangan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM dalam commit to user 3 materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Tingkat ketuntasan materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan tahun pelajaran 20122013 yakni sekitar 58,64 dari 188 siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 74 terlihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Presentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelas Jumlah siswa Presentase Tuntas Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas XI IPA 1 10 22 31,25 68,75 XI IPA 2 18 12 60,00 40,00 XI IPA 3 13 19 40,62 59,38 XI IPA 4 25 7 78,12 21,88 XI IPA 5 21 9 70,00 30,00 XI IPA 6 23 9 71,88 28,12 Rata-rata 58,64 41,36 Sumber data : Daftar kumpulan nilai guru MAPEL Kimia kelas XI Faktor yang bisa menyebabkan hasil belajar siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal 74 kemungkinan bisa disebabkan karena penggunaan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Di SMA Negeri 4 Surakarta cara mengajar guru pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan masih didominasi menggunakan metode diskusi informatif yang cenderung berpusat pada guru. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan di SMA Negeri 4 Surakarta masih berupa metode kurang bervariasi, karena belum divariasikan dengan model pembelajaran lain yang melibatkan siswanya secara aktif. Metode yang kurang variasi ini membuat siswa kurang aktif, jenuh sehingga kurang motivasi belajar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa kelas XI SMA Negeri 4 Surakarta, menyatakan bahwa metode yang diajarkan oleh guru kimia di kelas XI membuat mereka menjadi kurang aktif, kurang menyenangkan dan bosan. Siswa menyatakan bahwa metode tersebut membuat mereka kesulitan dalam memahami materi. Hal ini karena siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa menjadi kurang kreatif dan kurang memahami apa yang disampaikan guru. Selain itu materi yang mereka peroleh juga hanya yang sebatas guru sampaikan, akibatnya banyak siswa yang belum mencapai KKM. Oleh karena itu, untuk mengatasi pembelajaran yang kurang variasi tersebut sebaiknya diganti dengan metode bervariasi yang melibatkan siswa untuk aktif commit to user 4 dan menyenangkan yang membuat mereka tertarik dan mudah memahami materi pembelajaran. Kurnia 2013 menyatakan bahwa materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan merupakan materi yang memerlukan hitungan dan terdapat banyak pemahaman konsep. Sunarya 2009: 201 juga menyebutkan bahwa materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan berupa pemahaman konsep. Konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga kemampuan untuk memahami konsep pada materi ini sangat diperlukan. Oleh karena itu, selain penggunaan model pembelajaran bervariasi yang melibatkan siswa secara aktif dan menyenangkan, dibutuhkan juga metode yang mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran bervariasi yang dapat dijadikan alternatif pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin 2005: 4 pembelajaran kooperatif merupakan variasi metode mengajar yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari suatu materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat membangkitkan pembelajaran yang menarik perhatian siswa. Selain itu pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan sosial, membantu menyesuaikan diri, mengurangi perbedaan etnis dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa model yang bervariasi, salah satunya adalah model pembelajaran TGT Teams Games Tournament yang mampu melibatkan siswa secara aktif, menyenangkan dan mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pembelajaran kooperatif TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa dan mengandung unsur permainan. Dalam model pembelajaran TGT ini siswa diberi sebuah permainan yang membuat iklim pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan bagi siswa sehingga membuat siswa tidak bosan dalam belajar. Permainan ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi yang akan menguji pemahaman siswa. commit to user 5 Selain itu, dalam pembelajaran TGT juga terdapat turnamen yang akan menghasilkan skor turnamen dan skor yang paling tinggi akan mendapat penghargaan. Penghargaan ini dapat digunakan untuk memberikan motivasi kepada masing-masing kelompok, sehingga ketika diskusi kelompok siswa benar- benar saling bertukar ide dan saling melengkapi pengetahuan antar anggota kelompok sampai semua anggota kelompok memahami materi yang di ajarkan. Turnamen pada TGT ini juga dapat berperan sebagai review materi pembelajaran. Menurut Slavin 2005: 179 TGT sangat berguna dalam meninjau kembali materi- materi yang telah dipelajari. Dengan menggunakan model TGT ini selain siswa dapat aktif dan senang dalam belajar kimia, juga dapat mengarahkan siswa untuk lebih memahami konsep. Oleh karena itu, model pembelajaran TGT ini cocok untuk diterapkan pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Namun, pada model TGT kreatifitas siswa kurang dikembangkan. Dalam model TGT paparan masalah soal pada waktu tahapan permainan masih diberikan oleh guru, siswa tidak terlibat aktif dalam perumusan masalah. Hal ini akan menyebabkan kreatifitas siswa belum maksimal karena tidak ada tantangan untuk membuat soal, sehingga siswa kurang menggali pemikirannya dan pemahaman konsep siswa menjadi kurang maksimal. Maka, pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif TGT perlu divariasikan dengan Problem Posing. Pembelajaran dengan Problem Posing ini merupakan pembelajaran dengan memberi kesempatan, menekankan serta melibatkan siswa dalam merumuskan membentuk soal dari suatu kondisi yang diberikan. Belajar dengan menggunakan Problem Posing melibatkan siswa aktif dalam merumuskan membentuk soal, dimana siswa harus memikirkan dan menciptakan ide-ide dari suatu yang diberikan untuk diajukan sebagai masalah. Dengan pembelajaran semacam ini kreativitas siswa dapat tumbuh. Hal ini menyebabkan pemahaman konsep siswa lebih meningkat. Dari hasil penelitian Herawati, Siroj, dan Basir 2011 dalam jurnalnya menunjukkan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Problem Posing membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam membentuk pengetahuannya, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Palembang. commit to user 6 Dalam model pembelajaran TGT dengan metode Problem Posing ini siswa diberi kegiatan untuk membuatmembentuk soal yang selanjutnya soal ini digunakan untuk mengisi permainan. Sehingga dari pembelajaran ini diharapkan selain meningkatkan keaktifan, minat dan motivasi siswa juga dapat meningkatkan kreatifitas siswa sehingga akan membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal sehingga mampu mencapai penguasaan suatu konsep yang lebih baik. Pada penelitian ini model TGT dengan metode Problem Posing akan dibandingkan dengan model TGT dan Konvensional diskusi informatif. Pada model TGT dengan metode Problem Posing soal untuk permainan akan dirumuskan oleh siswa berdasarkan indikator yang ditetapkan. Sedangkan pada model TGT pertanyaan soal untuk permainan berasal dari guru. Pemberian Problem Posing pada model pembelajaran TGT diharapkan lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yang merupakan materi kimia yang mencakup hitungan matematik dan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil belajar siswa pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan yang masih banyak di bawah KKM dengan metode pembelajaran diskusi informatif, diperlukan model pembelajaran yang meningkatkan keaktifan, minat, motivasi serta meningkatkan pemahaman konsep siswa, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS PEMBERIAN PROBLEM POSING PADA MODEL PEMBELAJARAN TGT TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SEMESTER 2 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20132014”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25