Deskripsi Teori KAJIAN PUSTAKA

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kaca Kaca merupakan padatan amorf. Material yang berupa padatan amorf memiliki susunan unsur penyusun molekul yang tersusun secara tidak beraturan Movenzadeh Chan, 1990:306. Defenisi kaca menurut American Society For Testing and Materials ASTM adalah produk anorganik dari suatu peleburan yang didinginkan kekondisi keras tanpa pengkristalan Yamane Asahara, 2000:1. Beberapa jenis kaca berasal dari polimer organik, namun sebagian besar kaca anorganik dihasilkan dari oksida cair dan garamnya seperti silika, silikat, borat, atau fosfat Allcock, 2008:107. Secara fisika kaca merupakan zat cair dingin yang tegar, tidak mempunyai titik cair akan tetapi mempunyai viskositas yang cukup tinggi. Sementara itu secara kimia kaca diartikan sebagai gabungan berbagai oksida anorganik yang tidak menguap yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai penyusun lainnya sehingga menghasilkan produk yang mempunyai struktur atom yang acak Kristianigrum, 2004:49-50. Coleman, Li, Raza 2014 menyatakan bahwa senyawa utama yang terkandung dalam limbah kaca adalah silikon dioksida SiO 2 dengan kadar lebih dari 70 dari total campuran senyawanya. Kandungan silikon dioksida pada berbagai jenis kaca berwarna dapat dilihat pada Tabel 1. 8 Tabel 1. Kandungan SiO 2 pada Berbagai Jenis Kaca Berwarna Shayan Xu, 2004:82 Warna Kaca Kandungan SiO 2 Bening 72,42 Coklat 72,21 Hijau 72,38 Oleh karena tingginya kandungan silika dioksida pada limbah kaca maka limbah kaca dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan silika gel. 2. Silika Gel Silika adalah salah satu zat kimia yang keberadaanya melimpah di bumi dalam bentuk kristal atau amorf. Silika gel yang berbentuk kristal berupa kuarsa, kristobalit dan tridimit. Sementara itu silika gel yang berbentuk amorf berupa endapan silika, silika gel, silika koloid sol dan silika pirogenik Roque Malherbe, 2007: 182. Rumus kimia silika gel secara umum adalah SiO 2 .x H 2 O Sulastri Kristianingrum, 2010:212. Silika gel berasal dari material berpori. Material tersebut bersifat khas dibanding material kimia lainnya seperti tingginya pirositas 80-99, tingginya transmisi optik ~90, rendahnya konduktivitas termal 0.005 Wm -1 K -1 , rendahnya indeks rendah bias ~1.05, rendahnya dielektrik konstan ~2 dan luas permukaan spesifik yang sangat besar 500-1600 m 2 .g -1 Catalina Salazar, 2011:3. Silika gel mempunyai titik leleh yang tinggi yakni 1600°C, namun pemanasan dengan suhu diatas 300°C dapat menghilangkan ikatan kimia dan sifat higrokopis dari silika gel tersebut Weintraub, 2002:12. Adapun karakteristik dari silika gel adalah sebagai berikut: 9 Tabel 2. Karakteristik Silika Gel Menurut Do dalam Cevallos 2012: 28 Christy 2012 menyatakan bahwa secara kimia silika gel dihasilkan dari proses kondensasi polimerisasi asam silikat. Selama polimerisasi, gugus SiO saling terhubung sehingga mengarah pada pembentukan partikel koloid silika gel yang selanjutnya membentuk partikel gel pada silika gel. Pada permukaan silika gel terdapa dua jenis gugus, yaitu gugus silanol -Si-OH dan gugus siloksan -Si-O- Si-. Struktur silika gel adalah sebagai berikut: Gambar 1. Struktur Kimia Silika Gel Sulastri Kristianingrum, 2010:212 Menurut Morrow dan Gay dalam Sulastri dan Kristianingrum 2010:212 gugus siloksan memiliki dua macam bentuk, yakni gugus siloksan rantai lurus dan gugus siloksan yang membentuk struktur lingkar dengan empat anggota. Jenis pertama tidak reaktif dengan pereaksi umum, tetapi sangat reaktif terhadap senyawa logam alkali. Jenis gugus siloksan yang membentuk lingkaran dengan empat Massa jenis 0,7-1,0 gcm 3 Daya serap 0,5-0,65 Volume pori-pori 0,45-1,0 cm 3 g Luas spesifik Permukaan 250-900 m 2 g Rentang jari-jari poi 1-12 nm 10 anggota mempunyai reaktivitas yang tinggi terhadap air, amoniak dan metanol serta dapat membentuk ikatan kemisorpsi dengan senyawa tersebut. Sementara itu Scheme dalam Jal, Patel, Mishra 2004 menyatakan bahwa gugus silanol dapat dikelompokkan menjadi gugus silanol terisolasi gugus silanol tunggal, gugus vicinal silanol bridge silanol dan gugus geminal silanol. Gugus silanol tunggal terisolasi merupakan gugus silanol yang mana pada permukaan silika terdapat tiga ikatan yang menempel pada permukaan dan satu ikatan lainnya menempel dengan gugus OH. Gugus vicinal silanol merupakan gugus silanol yang mana dua gugus silanol yang terpisah menempel dengan dua atom silikon berbeda yang dihubungkan melalui ikatan hidrogen. Gugus geminal silanol merupakan gugus silanol yang terdiri dari dua gugus hidroksil yang melekat pada satu atom silikon. Tipe-tipe gugus dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2. Tipe-tipe Gugus Silanol Scheme dalam Jal, Patel, Mishra. 2004:1008 Umumnya silika gel banyak dimanfaatkan sebagai adsorben khususnya untuk senyawa polar. Sayigan 2013 menyatakan bahwa kemampuan adsorpsi pada silika dipengaruhi oleh adanya gugus hidroksil pada struktur silika yang dibentuk dari ikatan hidrogen dengan oksida polar. Weintraub 2002 menyatakan bahwa salah satu kelebihan penggunaan silika sebagai adsorben adalah kemampuan menyerap silika yang tak terbatas sehingga dapat direkondisi dan digunakan kembali. Silika gel banyak dimanfaatkan dalam bidang industri maupun kimia 11 antara lain sebagai zat yang dapat menyerap air, alat pemeliharaan untuk mengontrol kelembaban, adsorben, katalis, fasa diam dalam kromatografi kolom dan sebagai bahan aplikasi dalam pembuatan kaca dan lainnya Prasad Pandey, 2012:7. 3. Proses Sol-Gel Proses sol gel merupakan metode sintesis bahan padat dalam cairan pada suhu rendah biasanya kurang dari 100°C. Padatan anorganik yang disintesis terbentuk melalui transformasi secara kimia dalam larutan kimia yang disebut prekusor Roque Malherbe, 2007:186. Proses sol gel melibakan transisi sistem dari fasa cair sol ke fasa padat gel pada temperatur kamar Mujiyanti, Nuryono, 2010:156. Secara kimia proses sol gel didasarkan pada hidrolisis dan kondensasi molekul prekusor Livage, Henry Sanchez, 1988: 259. Proses sol gel dapat menghasilkan material yang memiliki kemurnian dan kekuatan yang lebih tinggi dibanding bahan bahan yang dibuat dengan metode yang lainnya Sembiring Simanjuntak, 2015:90-91. Metode sol-gel memiliki keunggulan dibandingkan metode lainnya, antara lain; proses berlangsung pada temperatur rendah, prosesnya relatif lebih mudah, bisa diaplikasikan dalam segala kondisi versatile, menghasilkan produk dengan kemurnian dan kehomogenan yang tinggi jika parameternya divariasikan, biaya relatif lebih murah dan produk berupa xerogel silika yang dihasilkan tidak beracun Zawhah, El-Kheshen, Abd- El-Aal, 2009: 129-133. Secara umum sintesis padatan berupa silika gel diawali dengan pembentukan sol, kemudian pembentukan gel, penuaan aging dan pengeringan 12 yang diikuti pemanasan. Sol merupakan suspensi partikel koloid dalam suatu zat cair atau molekul-molekul polimer yang melibatkan evolusi jaringan-jaringan anorganik melalui polimerisasi, kondensasi penggabungan dan hidrolisis dari senyawa hidroksida atau senyawa oksida logam. Sedangkan gel mengacu pada masa semi pejal gabungan yang dibentuk ketika partikel-partikel koloid bergantung oleh gaya permukaan untuk membentuk suatu jaringan Sembiring Simanjuntak, 2015:90-91. Secara sederhana alur proses sol gel ditunjukkan pada Gambar 3. sebagai berikut: Gambar 3. Proses Sol Gel Pierre, 1998:5 4. Ekstraksi Fasa Padat Solid Phase Extraction Ekstraksi fasa padat didasarkan pada pemisahan antara fasa cair sampel dengan fasa padat sistem pendukung; silika dimana terjadi gaya intramolekul antara fasa yang mempengaruhi retensi dengan fasa yang mempengaruhi elusi. Saat CHEMISTRY SOL SOLUTION COLLOIDAL POLYMERIC GEL Powder Fibers Coating Monolit hs Ordered pres 13 ini, sorben ekstraksi fasa padat telah tersedia secara luas sesuai dengan kebutuhan analisis Muchtaridi, Hassanah, Musfiroh, 2015. Pada teknik ini, adsorben yang digunakan pada umumnya adalah bahan yang memiliki sisi aktif pada permukaan serta mempunyai luas permukaan sentuh besar Sulastri, 2010:2. Solid phase extraction SPE merupakan salah satu metode preparasi yang dapat digunakan untuk pemekatan konsentrasi analit dalam suatu sampel Rohyami, 2013:19. Pemekatan konsentrasi analit terjadi melalui proses adsorpsi-desorpsi. Secara umum mekanisme dalam ekstraksi fasa padat didasarkan pada gaya van der Waals interaksi non-polar, ikatan hidrogen, gaya dipol-dipol interaksi polar dan interaksi kation-anion interaksi ionik Zwir, Ferenc, Biziuk, 2006: 678. Teknik prekonsentrasi ekstraksi fasa padat dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi ion logam berat dalam sampel sistem perairan sehingga berada pada kisaran yang dapat terdeteksi dengan metode analisis yang lazim. Teknik ini mempunyai keungggulan jika dibandingkan dengan teknik lain yaitu recovery tinggi, dapat memeriksa konsentrasi analit yang lebih kecil, lebih sedikit dalam pemakaian bahan pelarut organik, tidak ada masalah untuk penanganan sampel emulsi dan operasi lebih mudah Muchtaridi, Hassanah, Musfiroh, 2015. Menurut Sulastri 2010 ekstraksi fasa padat dilakukan dengan mengalirkan larutan lewat fasa padat sebagai pengisi kolom. Sistem ekstraksi fasa padat melibatkan beberapa tahap, tahap pertama adalah mengisi kolom dengan fasa padat. Tahap kedua adalah mengalirkan larutan yang diekstraksi pada kolom dan didiamkan beberapa waktu. Pada tahap ini terjadi interaksi sekunder antara larutan yang diekstraksi dengan fasa padat dalam kolom. Pada tahap ini juga terjadi 14 pertukaran kation antara kation dalam fasa cair yang dialiri melewati kolom dengan gugus aktif yang terdapat dalam fasa diam. Kation yang dipertukarkan akan terikat pada gugus aktif dalam fasa diam. Tahap ketiga adalah mengeluarkan fasa cair dari kolom dengan cara membuka tutup kolom. Fasa cair yang keluar dari kolom ditampung, selanjutnya di analisa dengan instrumen spektrofotometri serapa atom. Tahap keempat adalah adalah mengalirkan larutan yang berfungsi sebagai eluen pada kolom dan didiamkan beberapa waktu. Pada tahap ini terjadi pertukaran kation antara kation dalam fasa cair yang bertindak sebagai eluen dengan kation yang terikat pada fasa diam. Tahap kelima adalah mengeluarkan fasa cair yang bertindak sebagai eluen dari kolom dengan cara membuka tutup kolom. Fasa cair tersebut selanjutnya di analisa dengan isntrumen spektrofotometri serapan atom. Sistem ekstraksi fasa padat dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4. Sistem Ekstraksi Fasa Padat Sulastri, 2010: 3 Keterangan : 1. Kolom ekstraksi; 2. Adsorben; 3. Penampung. Berdasarkan sorben yang digunakan, teknik SPE dapat digolongkan sebagai berikut Ashraf Sheikh, 2013:8: Sampel campuran ion logam Eluen 1 2 3 Analisis 15 a. Fasa Normal Normal-Phase SPE Pada tipe fasa normal, umumnya fasa diam tersusun dari gugus fungsional polar dari senyawa silika yang terikat dengan karbon berantai pendek. Fasa diam akan menyerap molekul polar yang dapat dikumpulkan dengan pelarut yang lebih polar. b. Fasa Balik Reserved- Phase SPE Fasa diam pada fasa balik diturunkan dari senyawa hidrokarbon berantai panjang. Senyawa yang kurang polar dipertahankan karena adanya interaksi hidrofobik. Analit dapat dielusi menggunakan pelarut dengan polaritas rendah. c. Pertukaran Ion Ion-Exchange SPE Teknik ini mampu memisahkan analit berdasarkan interaksi elektrostatik dalam fasa diam. Untuk mengelusi analit, fasa diam dicuci dengan larutan penyangga yang menetralkan muatan analit atau fasa diam. Pada saat muatan dinetralkan, interaksi elektrostatik akan berhenti sehingga analit dapat dielusi. 5. Timbal Plumbum Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi 11,48 g ml -1 pada suhu kamar dan mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya membentuk ion timbalII Vogel, 1985:207. Reaksi yang terjadi: 3 Pb + 8HNO 3 → 3 Pb 2+ + 6NO 3 - + 2NO + 4 H 2 O Senyawa Pb yang ditemukan di perairan berada dalam bentuk ion-ion timbalII dan dalam bentuk ion-ion timbalIV. Berdasarkan penggolongan ion logam yang dibuat oleh Richardson diketahui bahwa ion timbalIV mempunyai 16 daya racun yang lebih tinggi dibandingkan dengan ion timbalII. Akan tetapi berdasarkan penelitian diketahui bahwa ion timbalII lebih toksik dibandingkan dengan ion timbalIV Palar, 1999:81. Senyawa timbal dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat didalam tubuh. Efek racun yang dihasilkan dapat menyebabkan kerusakan sistem syaraf, saluran pencernaan, dan ginjal Prodjosantoso Tutik. 2011:64. Pemaparan logam timbal berbeda untuk tiap individu. Hal ini tergantung pada kondisi lingkungan dan geografis. 6. Spektroskopi Infra Merah Spektroskopi inframerah merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan gugus fungsi suatu senyawa yang didasarkan pada penyerapan sinar IR oleh molekul senyawa. Penyerapan radiasi inframerah menyebabkan perubahan tingkat vibrasi yang melibatkan tingkat vibrasi dasar gruond state dan tingkat vibrasi tereksitasi excited state. Makin rumit struktur suatu molekul, semakin banyak bentuk-bentuk vibrasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu diperoleh pita-pita absorbansi yang semakin banyak pula pada spektrum inframerah Hendayana et al, 1994:189-191. Spektroskopi infamerah IR melibatkan vibrasi dan rotasi molekul sehingga menyebabkan terjadinya perubahan momen dipol suatu molekul. Umumnya penyinaran sampel menggunakan laser sehingga terjadi perubahan momen dipol. Apabila frekuensi radiasi sampel cocok dengan frekuensi vibrasi alami suatu molekul maka terjadi proses penyerapan energi dan menghasilkan terjadinya perubahan amplitudo. Perubahan tersebut muncul sebagai puncak pada 17 spektrum IR. Spektrum IR ditunjukkan dengan grafik yang memuat hubungan antara absorbansi atau transmitansi sebagai sumbu Y terhadap frekuensi atau bilangan gelombang sebagai sumbu X. Daerah spektrum elektromagnetik inframerah terletak pada panjang gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan daerah sinar tampak. Akan tetapi panjang gelombang pada spektroskopi inframerah lebih pendek dibandingkan dengan gelombang mikro. Sinar inframerah berada pada kisaran panjang gelombang 1-100 µm. Akan tetapi tidak semua molekul memberikan serapan pada interval IR. Molekul yang memberikan serapan adalah molekul yang tidak simetris Sitorus, 2009:33. Dalam semua spketrofotmeter yang modern terdapat tiga jenis komponen pokok, yaitu Sastrohamidjojo, 1992:135: a. Sumber radiasi inframerah, yang memancarkan sinar yang mengenai komponen cuplikan yang akan dianalisis. Sumber radiasi inframerah yang sering digunakan adalah Nernst Glower dan Globar. b. Monokromator yang mendispersikan energi sinar awal menjadi banyak frekuensi yang selanjutnya frekuensi tersebut diseleksi sehingga dapat dideteksi oleh detektor. c. Detektor yang mengubah energi dari frekuensi serapan menjadi sinyal listrik yang kemudian diperkuat hingga cukup untuk dicatat. Pada umunya detektor harus mempunyai daerah peka yang kecil, kapasitas panas yang rendah, aras ganggguan rendah, sensitivitas panas yang tinggi, absorptivitas tidak selektif terhadap semua frekuansi radiasi inframerah 18 Berikut ini gambaran rangkaian instrumen spektroskopi infamerah ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Rangkaian Instrumen Spektroskopi Inframerah Nicolet, 2001:6 Penggunaan instrumen spektroskopi inframerah sangat berperan dalam menentukan gugus fungsi suatu senyawa misalnya silika. Gugus fungsi yang terdapat pada silika gel mempunyai serapan inframerah yang karakteristik pada bilangan gelombang tertentu. Karakteristik bilangan gelombang tersebut dapat dijadikan indikator keberhasilan dalam sintesis limbah kaca menjadi silika gel. Secara umum pita serapan yang muncul pada silika gel adalah serapan yang menunjukkan gugus fungsional silanol -Si-OH dan siloksan Si-O-Si. 19 Tabel 3. Karakteristik Spektrum IR Silika Gel Silverstein et al, 2005; Jiang et al, 2006; Vejayakumaran et al, 2008; Wood Rabinovich, 1989 Gugus Fungsi Bilangan Gelombang cm -1 Tipe Vibrasi O-H silanol dan air 3200-3700 Ulur O-H silanol dan air ~ 1638 Tekuk Si-O siloksan 1030-1200 Ulur asimetris Si-O silanol 950-970 Ulur simetris Si-O siloksan ~ 800 Ulur simetris Si-O siloksan ~ 470 Tekuk Keberhasilan sintesis silika gel berbahan baku limbah kaca yang dilakukan oleh Saputra, Rudiyansyah, Wahyuni 2014 menghasilkan pita-pita serapan pada panjang gelombang tertentu. Nilai bilangan gelombang khas untuk setiap gugus fungsi karena setiap gugus fungsi menyerap energi yang berbeda satu sama lain. Hasil analisa dengan spektrofotometri IR menunjukkan silika gel memiliki pita serapan pada bilangan gelombang 3464,15 cm -1 menunjukkan vibrasi ulur –OH dari Si-OH, 1635,64 cm -1 menunjukkan vibrasi tekuk –OH dari Si-OH, 1095,57 cm -1 menunjukkan virasi ulur asimetri Si-O dari Si-O-Si, 794,67 cm -1 menunjukkan vibrasi ulur simetri Si-O dari Si-O-Si. 462,92 cm -1 menunjukkan vibrasi tekuk Si- O dari Si-O-Si. 7. Spektrofotometri Serapan Atom SSA Metode SSA berprinsip pada absorpsi cahaya oleh atom pada panjang gelombang tertentu yang tergantung pada sifat unsurnya Khopkar, 2010:288. Hendayana, et al 1994 menyatakan bahwa dasar dari spektroskopi serapan atom adalah transisi elektron dari tingkat energi dasar ground state yang terjadi karena penyerapan energi oleh atom. Energi tersebut dihasilkan apabila atom mengalami eksitasi kembali ketingkat energi dasar. Sementara itu Narsito 1996 Khopkar 20 1990 dalam Jaya, Guntarti, Kamal, 2013 menyatakan bahwa pengukuran konsentrasi unsur dalam cupilkan melalui metode SSA bergantung pada pengukuran jumlah radiasi yang diserap oleh atom-atom yang berada pada sistem yang dilalui oleh sejumah radiasi. Jumlah radiasi yang terserap bergantung pada j umlah atom menyerap radisi tersebut. Beaty Kerber 1993 menyatakan bahwa setiap spektrometer absorpsi harus memiliki komponen yang memenuhi tiga persyaratan dasar yang ditunjukkan pada yaitu: 1 sumber sinar; 2 tempat sampel; dan 3 alat pengukur cahaya yang spesifik diilustrasikan pada Gambar 6. sebagai berikut: Gambar 6. Ilustrasi Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom Beaty Kerber, 1993: 17 Dalam metode spektrofotoetri serapan atom, sampel harus diubah ke dalam bentuk uap atom. Proses pengubahan ini dikenal dengan istilah atomisasi. Pada proses ini sampel diuapkan dan didekomposisi untuk membentuk atom dalam bentuk uap. Secara umum pembentukan atom bebas dalam keadaan gas melalui tahapan-tahapan sebagai berikut Anshori, 2005:7: Sample cell 21 a. Pengisatan pelarut, pada tahap ini pelarut akan teruapkan dan meninggalkan residu padat. b. Penguapan zat padat, zat padat terdisosiasi menjadi atom-atom penyusunnya yang mula-mula akan berada dalam keadaan dasar. c. Beberapa atom akan mengalami eksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi dan akan mencapai kondisi dimana atom-atom tesebut mampu memancarkan energi. Uap atom-atom logam dapat memancarkan atau menyerap energi dengan mengalami transisi elektronik melepas atau menangkap elektron. Besarnya energi yang diserap atau dipancarkan sangat tertentu dan karakteristik pada masing- masing atom suatu unsur. Salah satu logam yang dapat dianalisa dengan spektrofotmtri serapan atom adalah logam timbalII yang dilarutkan dalam larutan PbNO3 2 . Proses penyerapan dan pemancaran energi logam timbalII adalah sebagai berikut: Pb 2+ NO 3 - Pb 2+ NO 3 - PbNO 3 2 larutan kabut padat pengisatan PbNO 3 2 disosiasi Pb gas + NO 3 gas Pb Pb Hv emisi nyala Hv menyerap energi radasi Re-emisi penguapan gas Gambar 7. Proses Penyerapan dan Pemancaran Energi Logam TimbalII Kristianingrum, 2004:1 hv emisi nyala hv menyerap energi radiasi 22 Teknis SSA menjadi alat yang canggih dalam analisis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kecepatan analisa, ketelitian sampai tingkat runut, tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu, memungkinkan untuk menentukan konsentrasi semua unsur pada konsentrasi runut, sebelum pengukuran tidak selalu perlu memisahkan unsur yang ditentukan karena kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat ditentukan asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia Khopkar, 2010:296. Teknik SSA dapat dianalisa secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisa secara kualittaif dapat dilihat dari nilai absorbansi yang terukur oleh alat. Sementara itu analisa kuantitaif dapat ditentukan dari nilai absrbansi yang ditentukan dalam hukum Lambert-Beer: A= a.b.C Keterangan: A= absorbansi a= absortivitas molar b= tebal medium cm C= konsentrasi ppm Berdasarkan rumus di atas, maka dapat digambarkan grafik hubungan konsentrasi dan absorbansi yang merupakan perbandingan langsung dan ditunjukkan pada Gambar 8. 23 Gambar 8. Grafik Hubungan Konsentrasi dan Absrobansi Kurva tersebut merupakan kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan antara absobansi pada sumbu Y dengan konsentrasi larutan standar pada sumbu X. Pada praktek, tidak pernah diperoleh grafik kalibrasi yang melalui 0,0 seperti pada Gambar 8. tetapi diperoleh grafik dengan persamaan y=ax+b dengan y=absorbansi; a=slope; x=konsentrasi; dan b=intersep. Melalui persamaan tersebut maka konsentrasi sampel dapat ditentukan dengan cara mensubstitusi nilai absorbansi sampel ke dalam persamaan tersebut. Spektrofotometri serapan atom adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk penentuan logam pada tingkat runut dalam larutan. Batas deteksi umumnya terletak pada kisaran 0,01 sampai 1 ppm namun batas deteksi tersebut dapat ditingkatkan melalui prosedur prekonsentrasi kimia yang melibatkan ekstraksi pelarut atau pertukaran ion Fifield Kealey, 1975: 243. Logam timbal merupakan salah satu logam yang dapat dianalisa dengan metode SSA. Metode SSA sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah, yaitu dalam orde ppm. Kondisi standar untuk analisa dengan spektrofotometri serapan atom berbeda-beda untuk setiap unsur logam. Kondisi standar untuk analisa timbal dengan SSA disajikan dalam Tabel 4. sebagai berikut: Absor ba nsi Konsentrasi 24 Tabel 4. Kondisi Standar untuk Analisis Timbal dengan SSA Elmer, 1996:96

B. Penelitian yang Relevan