Pasal 330 KUH Perdata orang yang melakukan perjanjian haruslah memiliki kecakapan yang memutuskan bahwa tidak cakap membuat perjanjian adalah :
a. Orang yang belum dewasa
b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampunan
b. Objek Perjanjian
Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi pokok perjanjian. Prestasi adalah apa yang menjadi
kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini terdiri dari perbuatan positif dan negatif terdiri dari :
1 Memberikan sesuatu
2 Berbuat sesuatu dan
3 Tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUH Perdata.
Yang menjadi prestasipokok perjanjian adalah menyerahkan hak milik atas rumah itu dan menyerahkan uang harga dari pembelian rumah itu.
C. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian
Syarat sahnya perjanjian dapat dikaji berdasarkan hukum perjanjian yang terdapat dalam KUH Perdata civil law.
Dalam hukum kontinental syarat sahnya perjanjian diatur di dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1320 KUH Perdata menentukan empat syarat sahnya
perjanjian yaitu : a.
Adanya kesepakatan kedua belah pihak. b.
Kecakapan melakukan perbuatan hukum. c.
Adanya objek.
Universitas Sumatera Utara
d. Adanya causa yang halal.
15
Keempat hal itu dikemukakan bahwa : Syarat yang pertama sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan atau
konsensus para pihak. Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah pernyataannya
karena kehendak itu tidak dapat dilihatdiketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan :
a Bahasa yang sempurna dan tertulis
b Bahasa yang sempurna secara lisan
c Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan. Karena
dalam kenyataannya sering kali seseorang menyampaikan dengan bahasa yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya;
d Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya;
e Diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan.
16
Pada dasarnya cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak yaitu dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan pembuatan
perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna, dikala timbul sengketa di kemudian hari.
17
Fungsi perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fungsi yuridis dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis perjanjian adalah fungsi dapat memberikan
kepastian hukum bagi para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis adalah
15
Ibid, hal 91.
16
Suharnoko, Ibid, hal 48
17
Chairuman Pasaribu, Suhra Wardi K. Lubis, Op.Cit, hal 83
Universitas Sumatera Utara
menggerakkan hak milik sumber daya dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi.
18
a Kesepakatan mereka yang mengikat dirinya
Untuk sahnya perjanjian – perjanjian, diperlukan empat syarat :
b Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
c Suatu pokok persoalan tertentu.
d Suatu sebab yang tidak terlarang
Keempat unsur tersebut selanjutnya, dalam dokrin ilmu hukum yang berkembang digolongkan ke dalam :
1 Dua unsur pokok yang menyangkut subyek pihak yang mengadakan
perjanjian unsur subyektif , dan 2
Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek perjanjian unsur obyektif
Unsur subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari pada pihak yang berjanji dan kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian.
Sedangkan unsur obyektif meliputi keberadaan dai pokok persoalan yang merupakan obyek yang diperjanjikan dan causa dari obyek yang berupa prestasi
yang disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang tidak dilarang atau diperkenankan menurut hukum.
Tidak terpenuhnya salah satu unsur dari keempat unsur tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian dan perjanjian tersebut diancam dengan
kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan jika terdapat pelanggaran terhadap unsur subyektif maupun batal demi hukum dalam hal tidak terpenuhnya unsur
18
Suharnoko, Op.Cit, hal 71
Universitas Sumatera Utara
obyektif, dengan pengertian bahwa perikatan yang lahir dari perjanjian tersebut tidak dapat dipaksakan pelaksanaannya.
a. Syarat subyektif
Syarat subyektif sahnya perjanjian tergantung pada dua macam keadaan yaitu: 1. Terjadinya kesepakatan secara bebas diantara para pihak yang mengadakan
atau melangsungkan perjanjian, kesepakatan bebas diantara para pihak ini pada prinsipnya adalah pertanggungjawaban dari asas konsensualitas.
Menurut ketentuan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut dapat dikatakan bahwa pada dasarnya kesepakatan bebas dianggap
terjadi pada saat perjanjian dibuat oleh para pihak, kecuali dapat dibuktikan bahwa kesepakatan tersebut terjadi karena adanya kekhilafan, paksaan
maupun penipuan. 2. Adanya kecakapan dari pihak-pihak yang berjanji. Adanya kecakapan untuk
bertindak dalam hukum merupakan syarat subyektif kedua terbentuknya perjanjian yang sah diantara para pihak. Kecakapan bertindak ini dalam
banyak hal berhubungan dengan masalah kewenangan bertindak dalam hukum meskipun kedua hal tersebut secara prinsipil berbeda, namun dalam
pembahas masalah kecakapan bertindak yang melahirkan suatu perjanjian yang sah, maka masalah kewenangan untuk bertindak juga tidak dapat
dilupakan. b. Syarat obyektif
Syarat obyektif sahnya perjanjian dapat ditemukan dalam : 1. Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata mengenai keharusan adanya suatu hal tertentu dalam perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
2. Pasal 1335 sampai dengan Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai kewajiban adanya satu sebab yang halal
dalam setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak. D. Asas-asas perjanjian secara umum
Dalam khasanah hukum perjanjian di kenal beberapa asas yang menjadi dasar para pihak di dalam melakukan tindakan hukum guna melahirkan suatu
perjanjian. Asas perjanjian itu harus merupakan suatu kebenaran yang bersifat fundamental, disamping itu asas semestinya tidak dapat ditimpangi, kecuali ada hal-
hal yang dianggap luar biasa dan lebih jelas kandungan meteri kebenarannya.
19
Adapun beberapa asas dalam perjanjian itu antara lain : Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua kontrak
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari Pasal ini dapat disimpulkan adanya asas kebebasan
berkontrak, akan tetapi kebebasan ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya memaksa, sehingga para pihak yang membuat perjanjian harus menaati hukum yang sifatnya
memaksa. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu. Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang. Suatu perjanjian tidak diperbolehkan membawa kerugian kepada pihak ketiga.
20
1 Asas Konsensualisme
19
Chairuman Pasaribu, Suhra Wardi K. Lubis, Op.Cit, hal 68
20
Wirdjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal 71
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan arti konsensus itu sendiri yang merupakan kesepakatan, maka asas ini menetapkan terjadinya suatu perjanjian setelah tercapainya kata sepakat
kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian.
21
Menurut asas ini, setiap orang mempunyai kebebasan untuk mengadakan suatu perjanjian yang berisi apa saja dan macam apa saja, asalkan perjanjian itu tidak
bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan dan Undang-undang. Asas kebebasan berkontrak ini dapat kita lihat di dalam Pasal 1339 KUHPerdata yang
menyebutkan: Persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan Undang- undang. Dengan adanya keyentuan semacam ini sebenarnya kebebasan para
pihak di dalam melahirkan suatu perjanjian menjadi tidak bebas lagi. Namun demikian dengan adanya pembatasan ini setiap orang menjadi sadar bahwa
Dapat dikatakan bahwa saat terjadinya adalah pada saat dicapainya kata sepakat antara kedua belah pihak.
Sejak terjadinya kesepakatan itu, maka saat itu perjanjian menjadi mengikat dan mempunyai kekuatan hukum. Keterangan tentang kata sepakat menjadi asas
dalam suatu perjanjian dapat pula dilihat bunyi Pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan empat syarat, yang satu
diantaranya adalah kata sepakat. Dengan tercapainya kata sepakat, telah menunjukkan pada saat itu suatu perjanjian mulai berlaku dan mengikat para
pihak. 2 Asas Kebebasan Berkontrak
21
Kartini Mulyadi Gunawan Widjaja, Op.Cit, hal 47
Universitas Sumatera Utara
perjanjian itu haruslah ditujukan demi untuk kebaikan dan tidak merugikan orang lain.
Dalam satu putusannya Mahkamah Agung pernah memperlihatkan bahwa betapa asas kebebasan berkontrak itu harus berpegang pada kepatutan
sebagaimana tertuang dalam Putusan Mahkamah Agung No. 935 KPdt1985 dalam kasus sewa beli mobil. Salah satu pertinbangannya, Mahkamah Agung
berpendapat isi perjanjian yang melenyapkan hak beli sewa atas barang yang telah dibeli hanya disebabkan keterlambatan atau kesulitan pembayaran
angsuran tanpa mempertimbangkan jumlah angsuran yang telah dibayar, sebagai perbuatan yang tidak patut dari segi keadilan dan moral. Dalam perjanjian sewa
beli mobil tersebut telah diperjanjikan kemacetan angsuran mengakibatkan penjual sewa mengambil mobil kembali tanpa mengembalikan uang angsuran
yang telah diterimanya
22
Pihak ketiga tidak dapat diperjanjikan oleh pihak yang mengadakan perjanjian, karena salah satu syarat sahnya perjanjian harus ada kata sepakat, yang
. Perjanjian ini merugikan pihak pembeli sewa, karena haknya tidak seimbang
3 Asas Kepribadian Asas kepribadian ini terdapat di dalam Pasal 1315 KUHPerdata, yang
berbunyi : Pada umumnya tak seorangpun dapat mengikatkan dirinya atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1315 KUHPerdata ini, seseorang hanya diperbolehkan mengikatkan dirinya untuk kepentingan dirinya sendiri dalam suatu
perjanjian.
22
Ibid, hal 48
Universitas Sumatera Utara
berarti pula bahwa dalam perjanjian itu pihak ketiga tidak hadir untuk memberi kata sepakat. Logikanya, kalau dalam suatu perjanjian ditetapkan suatu janji untuk pihak
ketiga, maka akan merugikan pihak ketiga yang tidak tahu apa-apa dan tidak mengikatkan dirinya
23
Sedangkan asas obligator mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum
memindahkan hak milik. Hak milik baru berpindah apabila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat kebendaan zakelijke overeenkomst yaitu melalui
penyerahan levering. . Namun demikian Undang-undang memberikan kekeculian
terhadap asas ini sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1316 KUHPerdata. Berdasarkan ketentuan pasal ini bahwa pihak yang mengadakan perjanjian,
diperbolehkan menetapkan janji untuk pihak ketiga sebagai penanggung akan berbuat sesuatu.
Di samping ketiga asas yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada lagi beberapa asas pelengkap tersebut mengandung arti bahwa ketentuan Undang-
undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan Undang-undang.
Tetapi apabila dalam perjanjian mereka buat tidak ditentukan lain, maka berlakulah ketentuan Undang-undang. Asas ini pada pokoknya hanya mengenai hak dan
kewajiban para pihak.
24
Di samping asas-asas yang telah disebutkan di atas kiranya juga perlu diperhatikan syarat-syarat sahnya perjanjian. Hal ini dianggap penting, sebab suatu
perjanjian yang dilahirkan tanpa melihat kepada syarat-syarat ini maka perjanjian
23
Ibid, hal 50
24
Subekti, Op.Cit, hal 61
Universitas Sumatera Utara
yang dibuat itu akan menjadi bakal karenanya. Adapun mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian ini adalah sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 1320
KUHPerdata, yang menyatakan bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat yakni :
1 Sepakatnya mereka yang mengikatkan diri.
2 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3 Suatu hal tertentu
4 Suatu sebab yang halal
Kesepakatan para pihak di dalam perjanjian dikenal dengan asas konsensualisme sebagaimana telah dijelaskan di atas. Menurut R. Subekti asas
konsensualisme ini menunjukkan syarat mutlak bagi hukum perjanjian yang modern untuk terciptanya kepastian hukum. Adapun yang dimaksud dengan asas
konsensualisme adalah suatu perjanjian telah lahir pada saat terjadinya kesepakatan para pihak. Persesuaian kehendak ini dapat dinyatakan dengan lisan, tulisansurat
dan lain-lain.
25
Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa overmacht yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata. Keadaan memaksa adalah
Perjanjian berakhir karena : a. Ditentukan oleh para pihak berlaku untuk waktu tertentu;
b. Undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian; c. Para pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa
tertentu maka persetujuan akan hapus ;
25
Ibid, hal 6
Universitas Sumatera Utara
suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar kekuasaannya, misalnya
karena adanya gempa bumi, banjir, lahar dan lain-lain. Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
a keadaan memaksa absolut adalah suatu keadaan di mana debitur sama sekali
tidak dapat memenuhi perutangannya kepada kreditur, oleh karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar force majeur. Akibat
keadaan memaksa absolut force majeur. b
debitur tidak perlu membayar ganti rugi Pasal 1244 KUH Perdata; kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi hukum bebas
dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi, kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata.
c keadaan memaksa yang relatif adalah suatu keadaan yang menyebabkan
debitur masih mungkin untuk melaksanakan prestasinya, tetapi pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban besar yang tidak
seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang di luar kemampuan manusia atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian yang sangat besar.
Keadaan memaksa ini tidak mengakibatkan beban resiko apapun, hanya masalah waktu pelaksanaan hak dan kewajiban kreditur dan debitur.
d pernyataan menghentikan persetujuan opzegging yang dapat dilakukan
oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak pada perjanjian yang bersifat sementara misalnya perjanjian kerja;
e putusan hakim;
f tujuan perjanjian telah tercapai;
Universitas Sumatera Utara
g dengan persetujuan para pihak herroeping.
26
E. Pengertian dan Jenis-jenis Kredit