8. Persetujuan permohonan kredit. Adalah merupakan keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau
seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan persetujuan tersebut, biasanya ditegaskan syarat-
syarat fasilitas kredit atau prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah dan Perjanjian Kredit tersebut dituangkan pula kedalam Akta Notaris. Dalam Akta
Notaris tersebut telah tercakup klausula Pengakuan Hutang oleh debitur dan ada klausula pengikatan jaminan kredit yang juga memuat kewenangan bank
untuk melakukan penjualan barang Jaminan tersebut apabila nasabah tidak dapat melunasi hutang-hutangnya.
Setelah debitur mendapatkan kredit yang dimaksudkan, maka dalam proses berikutnya pihak bank tidak akan berlepas diri mengawasi
pelaksanaan penggunaan dana yang dikucurkannya tersebut. Maka dalam tindakan ini selanjutnya akan diberikan pengawasan dan pembinaan kredit
oleh pihak bank kepada pengusaha ekonomi lemah. 2
Bagaimana cara penanganan hutang dalam perjanjian kredit yang bermasalah ? Cara penyelesaian kredit bermasalah di BRI Cabang Putri Hijau Medan yaitu :
3. Penyelesaian dengan negosiasi.
Penyelesaian kredit bermasalah dengan cara negosiasi maksudnya dengan cara kesepakatan keduabelah pihak secara sukarela jalan apa yang ingin
ditempuh apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutangnya. Penelitian dilakukan oleh bank terhadap keuangan nasabah,
apabila dimungkinkan usahanya dibantu untuk berhasil kembali maka
Universitas Sumatera Utara
diberikan fasilitas Rescheduling Penjadwalan kembali , Reconditioning Persyaratan Kembali dan Restructuring Penataan kembali. Apabila
menurut Bank hal ini tidak mungkin dilakukan karena kondisi nasabahnya, maka kesepakatan bersama yang diambil adalah dengan jalan penjualan
barang yang dijaminkan. Penjualan dapat saja dilakukan oleh Bank bersama- sama nasabah, dapat juga oleh nasabah saja atau oleh Bank saja. Penjualan
dapat dilakukan secara dibawah tangan ataupun dengan cara lelang. Hal ini dimungkinkan karena dalam Akta Notaris telah disepakati keadaan seperti
dimaksud. Pada umumnya di BRI Cabang Putri Hijau Medan menyelesaikan kredit bermasalah dengan negosiasi ini dilakukan terhadap debitur yang
usahanya masih berjalan meskipun tersendat-sendat, dan tidak dapat membayar angsurannya.
Bahkan, terhadap debitur yang usahanya sudah tidak berjalanpun dapat dilakukan penyelesaian dengan negosiasi. Apabila ratio
agunanjaminan kredit masih mencukupi dan ada usaha yang dianggap lebih layak dan dapat menghasilkan, maka debitur yang bersangkutan
dimungkinkan untuk diberikan suntikan baru yang hasilnya dapat dipergunakan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semua upaya tersebut
dengan kredit yang diselamatkan, yaitu kredit yang semula tergolong bermasalah kemudian terjadi kesepakatan antara debitur dan BRI Cabang
Putri Hijau Medan untuk diperbaiki, yang tentunya diikuti dengan suatu
perjanjian kredit yang baru, baik berupa novasi, subrogasi, kompensasi atau hanya berupa addendum atas perjanjian kredit yang telah ada.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyelesaian dengan litigasi
Penyelesaian kredit bermasalah dengan litigasi ini dilakukan baik terhadap debitur yang usahanya masih berjalan maupun terhadap debitur
yang usahanya tidak lagi berjalan, terhadap debitur yang usahanya masih berjalan dilakukan apabila yang bersangkutan tidak mau melaksanakan
kewajibannya untuk membayar hutangnya, baik pokok maupun bunganya. Sedangkan terhadap debitur yang usahanya sudah tidak
berjalan lagi dilakukan apabila yang bersangkutan tidak dapat bekerjasama. Namun pada prakteknya penyelesaian dengan cara ini tidak
pernah dilakukan karena kedua belah pihak lebih memilih secara negosiasi.
Adapun pihak yang dapat menentukan apakah usaha yang dijalankan oleh ketentuan dewan Pengawas BRI Cabang Putri Hijau
Medan . Oleh karena itu sebagai jalan agar pihak BRI berhak untuk dapat
memasuki tempat usaha dan tempat-tempat lainnya untuk mengadakan pemeriksaan terhadap pembukuan, catatan-catatan, transaksi yang
berhubungan dengan dijalankannya usaha tersebut oleh BRI Cabang Putri Hijau Medan
. Apabila cara ini harus ditempuh maka BRI Cabang Putri Hijau
Medan menyelesaikan kredit dengan litigasi ini dilakukan dengan
pengajuan gugataneksekusi kepada Lembaga Kantor Penyelesaian Piutang dan Lelang Negara KPPLN karena Bank adalah milik
Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Penyelesaian dimaksud penagihan sejak piutang Negara telah jatuh tempo dan penanggung hutang wanprestasi, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di instansi-instansi dan badan-badan yang bersangkutan dan setelah dilaksanakan penagihan tetapi tidak membawa
hasil karena tidak ada kesedihan penanggung hutang untuk menyelesaikan hutangnya.
3 Apakah dibuatkan “Surat Pengakuan Hutang” untuk kredit yang tidak
mempunyai jaminan? BRI Cabang Putri Hijau tidak akan memproses permohonan kredit yang tidak
mempunyai barang jaminan. 4. Apakah setiap Jaminan Kredit dibuatkan Akta Jaminan?
Ya. APHT Akta Pengikatan Hak Tanggungan. 5. Cara penanganan hutang yang mana yang sering dilakukan oleh BRI Cabang
Putri Hijau? Penyelesaian secara negosiasi
6. Apakah ada kendala yang dihadapi apabila dilakukan litigasi ke KPPLN? Tidak ada kendala karena belum pernah dilakukan dan kurang peminat.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Chairuman Pasaribu, Suhra Wardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam,
Penerbit Sinar Grafika, tahun 1994.
Harry Waluya, Ekonomi Moneter, Uang dan Perbankan, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 1993.
Harahap, M., Yahya, Segi Hukum Perjanjian, Alumni 1996, Bandung Hasibuan, S.P. Malayu, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi Yogyakarta, 2001.
Irman, Tb, Anatomi Kejahatan Perbankan, Penerbit AYYCCS Group, Jakarta 2006 Indra Darmawan, Pengantar Uang dan Perbankan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
1992.
Irman, Tb, Anatomi Kejahatan Perbankan, Penerbit AYYCCS Group, Jakarta
2006.
Jumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit Citra Aditya,
Bandung, 1996.
Mahmuedin, As., Etika Bisnis Perbankan, Mulia Sari, Jakarta, 1994. Mohammad Djohan, Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 1990
Kartini Mulyadi Gunawan Widjaja, Perikatan yang lahir dari Perjanjian, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi, Cetakan ke enam,
Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Levy dalam Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1991.
Mulhadi, Prinsip kehati-hatian Prudent Banking Principle dalam kerangka UU Perbankan di Indonesia, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara
Medan, 2005.
Muchdarsyah Sinungan, Kredit, Seluk-beluk dan Pengelolaan, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1980.
Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori dan Praktek, Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,1999
Universitas Sumatera Utara
Niniek, Hukum Perdata Tentang Perikatan, Penerbit Fakultas Hukum USU,
Medan, 1994.
Rachmadi Usman Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia, PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001, Jakarta, hal 18, sebagaimana dikutip oleh Mulyadi, Prinsip Kehati-hati Prudent Banking Principle
Rachman Hasanuddin, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit perbankan di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1991.
Sam A.Wallean, Bank dan Wiraswasta, Allinpri Prima, Jakarta, 1991 Sinungan, Muchdarsyah, Dasar dan Teknik manajemen kredit, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta, 1997.
Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1996.
______, Jaminan Untuk Pemberian Perjanjian menurut hukum Indonesia,
Penerbit Citra Aditya bakti, Bandung, 1999.
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta,
2000
Suyatno, Thomas, et. Al. Dasar-dasar Perbankan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999.
Wirdjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 1991
Peraturan Perundang-undangan
1.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata
2.
Undang-undang Perbankan 1992
3. Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
4. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan
Universitas Sumatera Utara
BAB III KETENTUAN HUKUM TENTANG PENGAKUAN HUTANG DALAM
PERJANJIAN KREDIT
A. Pengertian Hutang dalam perjanjian hukum
Apakah setiap pengertian utang Pada umumnya undang-undang kepailitan atau bankruptcy law berkaitan dengan utang Debitor debt atau piutang atau
tagihan Kreditor claims.
42
Seorang Kreditor mungkin saja memiliki lebih dari satu piutang atau tagihan, dan piutang atau tagihan yang berbeda-beda itu
diperlakukan pula secara berbeda-beda di dalam proses kepailitan. Pasal 1 ayat 1 UUK menentukan bahwa Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan
tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih Kreditornya. Sehubungan dengan ketentuan Pasal 1 ayat 1
UUK itu, perlu dipahami dengan baik apa yang dimaksud dengan utang. UUK tidak memberikan definisi atau pengertian mengenai apa yang dimaksudkan dengan
utang. Penjelasannya hanya mengatakan kalo hutang adalah utang yang tidak dibayar dan utang pokok atau bunganya”.
Utang
42
Rahman, Hassanudin, Op.Cit. hal 34
merupakan kewajiban yang terbit dari adanya hubungan hukum pinjam-meminjam atau perikatan utang-piutang, dimana pihak Debitur
Universitas Sumatera Utara
berkewajiban melakukan pembayaran utangnya kepada Kreditur yang berupa utang pokok ditambah bunga.
Dalam pengertian tersebut, pengertian utang yang sempit telah diperluas, sehingga utang tidak hanya mengenai pinjam-meminjam uang, tapi juga segala
macam perikatan dalam lapangan hukum harta kekayaan. Dengan demikian, dapatlah kita simpulkan bahwa “kewajiban” adalah
“utang”. Kewajiban sama dengan utang. Utang adalah suatu prestasi di dalam lapangan hukum harta kekayaan yang berupa kewajiban Debitur untuk melunasinya
kepada Kreditur. Utang tersebut dapat berupa utang untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu, serta berada di lapangan hukum
perikatan.
43
Hukum nasional kita, khusunya hukum perdata, tidak mengenal istilah “utang” secara definitif. Istilah utang tidak dirumuskan dalam satu pasal pengertian,
sehingga untuk mendefinisikannya istilah tersebut dikembangkan dalam doktrin. Istilah “utang” lahir bersamaan dangan istilah “piutang” sebagai lawannya, seperti
Dalam perjanjian telah ditetapkan suatu waktu tertentu tentang kapan Debitur harus melaksanakan kewajibannya melunasi utang, maka dengan lewatnya
jangka waktu tersebut dan Debitur tidak melaksanakan kewajiban utangnya, Debitur sudah dapat dianggap lalai. Mulai sejak saat itu Debitur dianggap lalai karena tidak
melaksanakan kewajibannya, dan sejak saat itu pula muncul hak Kreditur untuk melakukan penagihan pelunasan utang melalui lembaga kepailitan.
B. Perjanjian utang piutang
43
Sjahdeini, Sutan Remi, Hak Tanggungan Asas-Asas Ketentuan-Ketentuan Pokok
Dan Masalah yang Dihadapi Oleh Perbankan, Alumni, Bandung, 1999.
Universitas Sumatera Utara
juga hak dan kewajiban yang berlawanan jika ditinjau dari arah kedua sisinya. Namun, apakah kewajiban sama dengan utang dan hak sama dengan piutang?
Sebelumnya, ada baiknya kita menjenguk dulu Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUH Perdata :
“Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang- undang.”
Dalam pasal diatas jelas tersurat: undang-undang hendak menegaskan bahwa setiap hak dan kewajiban perdata, yang merupakan substansi dari hubungan
perikatan, dapat timbul baik karena persetujuanperjanjian yang dikehendaki oleh para pihak maupun karena undang-undang memang menetukannya demikian.
Dalam persetujuan, yang kita sebut saja perjanjian, para pihak yang terlibat memang menghendaki adanya suatu perikatan. Bahkan perikatan tersebut merupakan alat
untuk memperoleh seperangkat hak dan kewajiban hukum. Jadi, dalam perjanjian para pihak menegaskan lewat persetujuannya, bahwa ia mengakui hak-hak dan
kajiban-kewajiban yang tertuang di dalam perikatan. Misalnya, Pasal 3, Penjual menyetujui bahwa Pembeli akan melakukan pembayaran barang secara mencicil
sebanyak tiga kali dalam rentang waktu satu bulan. Pengalihan utang debitur melalui cara Delegasi walaupun secara yuridis
dimungkinkan dalam KUH Perdata dan ketentuan internal BANK, namun dalam pelaksanaannya dilapangan mengandung risiko hukum, terlebih lagi apabila jangka
waktu kredit yang diberikan adalah untuk jangka panjang Sebagaimana diketahui bahwa suatu perseroan dari waktu ke waktu akan
mengalami perubahan-perubahan, diantaranya terjadinya perubahan terhadap para pengurus perseroan. Walaupun telah diperjanjikan dalam klausula Perjanjian Kredit
long term.
Universitas Sumatera Utara
bahwa untuk setiap rencana perubahan pengurus perseroan harus terlebih dahulu memperoleh izin dari BANK selaku kreditur, namun fakta yang sering terjadi
adalah terjadinya pelanggaran atas klausula dimaksud, disamping karena kurangnya pemantauan dari petugas incharge
Disamping BANK sendiri.
perjanjian, alat untuk menimbulkan hak dan kewajiban lainnya adalah undang-undang. Dalam hal ini para pihak terikat secara hukum bukan karena
adanya persetujuan, melainkan karena hukum telah menentukannya demikian. Misalnya, Undang-undang Perseroan Terbatas menentukan bahwa hanya Direktur
yang dapat mewakili perbuatan hukum suatu perusahaan. Dengan demikian, undang-undang telah memberikan hak kepada Direktur perusahaan untuk dapat
mewakili perusahaannya dalam berhubungan hukum dengan orang atau perusahaan lain.
44
Dalam perjanjian, umumnya disebutkan perihal kapan suatu kewajiban itu harus dilaksanakan. Namun dalam hal tidak disebutkannya suatu waktu pelaksanaan
kewajiban, maka hal tersebut bukan berarti tidak dapat ditentukannya suatu waktu tertentu. Pasal 1238 KUHPerdata mengatur sebagai berikut :
“Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini
mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.”
45
C. Pembayaran hutang dalam perjanjian kredit
44
Rachmadi Usman Aspek-aspek hukum perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, Jakarta, hal 18, sebagaimana dikutip oleh Mulyadi, Prinsip Kehati-hati Prudent Banking Principle
45
Niniek, Hukum Perdata Tentang Perikatan, Penerbit Fakultas Hukum USU, Medan, 1994.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Interaksi yang terjalin dalam komunikasi tersebut tidak hanya berdimensi
kemanusiaan dan sosial budaya, namun juga menyangkut aspek hukum, termasuk perdata. Naluri untuk mempertahankan diri, keluarga dan kepentingannya membuat
manusia berfikir untuk mengatur hubungan usaha bisnis mereka ke dalam sebuah perjanjian.
Dilihat dari pengertian yang terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang lain atau lebih. Pengertian ini mengundang kritik dari banyak ahli hukum, karena menimbulkan penafsiran bahwa perjanjian tersebut yang
bersifat sepihak, padahal dalam perjanjian harus terdapat interaksi aktif yang bersifat timbal balik di kedua belah pihak untuk melaksanakan hak dan kewajiban
masing-masing. Untuk itu secara sederhana perjanjian dapat dirumuskan sebagai sebuah perbuatan dimana kedua belah pihak sepakat untuk saling mengikatkan diri
satu sama lain. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata perjanjian harus memenuhi 4 syarat agar
dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang membuatnya. Hal tersebut adalah :
1 Kesepakatan para pihak; 2 Kecakapan untuk membuat perikatan misal: cukup umur, tidak dibawah
pengampuan dll; 3 menyangkut hal tertentu;
4 adanya causa yang halal.
Universitas Sumatera Utara
Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subyektif dan dua hal yang terakhir disebut syarat obyektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada
syarat subyektif akan memiliki konsekwensi untuk dapat dibatalkan vernietigbaar. Dengan demikian selama perjanjian yang mengandung cacat subyektif ini belum
dibatalkan, maka ia tetap mengikat para pihak layaknya perjanjian yang sah. Sedangkan perjanjian yang memiliki cacat pada syarat obyektif hal tertentu dan
causa yang halal, maka secara tegas dinyatakan sebagai batal demi hukum. Akibat timbulnya perjanjian tersebut, maka para pihak terikat didalamnya
dituntut untuk melaksanakannya dengan baik layaknya undang-undang bagi mereka. Hal ini dinyatakan Pasal 1338 KUH Perdata, yaitu :
1 perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya.
2 perjanjian yang telah dibuat tidak dapat ditarik kembali kecuali adanya kesepakatan dari para pihak atau karena adanya alasan yang dibenarkan oleh
undang-undang. 3 Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.
Ketentuan yang ada pada Pasal 1320 dan 1338 KUH Perdata memuat asas- asas dan prinsip kebebasan untuk membuat kontrak atau perjanjian. Dalam hukum
perdata pada dasarnya setiap orang diberi kebebasan untuk membuat perjanjian baik dari segi bentuk maupun muatan, selama tidak melanggar ketentuan perundang-
undangan, kesusilaan, kepatutan dalam masyarakat lihat Pasal 1337 KUH Perdata. Setelah perjanjian timbul dan mengikat para pihak, hal yang menjadi
perhatian selanjutnya adalah tentang pelaksanaan perjanjian itu sendiri. Selama ini kerap timbul permasalahan, bagaimana jika salah satu pihak tidak melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
ketentuan yang dinyatakan dalam perjanjian dan apa yang seharusnya dilakukan jika hal tersebut terjadi?
Menurut KUH Perdata, bila salah satu pihak tidak menjalankan, tidak memenuhi kewajiban sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian atau pun telah
memenuhi kewajibannya namun tidak sebagaimana yang ditentukan, maka perbuatannya tersebut dikategorikan sebagai wanprestasi. Dalam prakteknya untuk
menyatakan seseorang telah melanggar perjanjian dan dianggap melakukan wanprestasi, ia harus diberi surat peringatan terlebih dahulu somasi. Surat somasi
tersebut harus menyatakan dengan jelas bahwa satu pihak telah melanggar ketentuan perjanjian cantumkan pasal dan ayat yang dilanggar. Disebutkan pula
dalam somasi tersebut tentang upaya hukum yang akan diambil jika pihak pelanggar tetap tidak mematuhi somasi yang dilayangkan.
Bentuk suatu perjanjian adalah bebas vormvrij, dapat lisan atau tertulis. Dengan bentuk tertulis, pembuktian perjanjian lebih mudah daripada dengan lisan.
Untuk perjanjian tertentu Undang-undang menghendaki agar bentuknya tertentu dan bentuk itu merupakan syarat mutlak untuk adanya perjanjian eksistensi,
bestaanwaarde, misalnya pendirian Perseroan Terbatas harus dengan akta notaris. Dengan asas bentuk yang bebas ini maka dapat diterima oleh hukum perjanjian kita,
bentuk kontrak elektronik, internet, E-mail, fax dan lain-lain. Perjanjian yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kredit wajib disertai
dengan suatu jaminan yang merupakan pasangan dari perjanjian kredit. Dasar dari pemberian kredit adalah unsur kepercayaan dari pihak pemberi kepada penerima
kredit, bahwa kredit akan dapat dikembalikan pada jangka waktu yang telah ditetapkan dan dengan jumlah yang telah diperjanjikan. Dengan adanya jaminan
Universitas Sumatera Utara
kredit maka semakin kuatlah kepercayaan yang diberikan bank akan kemampuan membayar kembali debiturnya. Selain memuat tentang jaminan kredit, perjanjian
kredit memuat pula ketentuan mengenai bunga, sanksi bagi kredit tertunggak, dan lain-lain.
Dalam prakteknya, kreditur sering kali melengkapi perjanjian kredit dengan grosse akta pengakuan hutang guna memperkuat kedudukannya dalam meminta
kembali pinjaman yang diberikannya kepada debitur. Selain itu eksekusi pembayaran hutang dapat lebih cepat karena dengan adanya grosse akta pengakuan
hutang, maka kreditur dapat langsung mengeksekusi jaminan debitur tanpa perlu menunggu putusan hakim. Bagi kreditur hal ini lebih menguntungkan, karena
semakin lama jaminan tidak dieksekusi, kerugian yang akan diderita kreditur akibat wanprestasi debitur akan semakin besar.
D. Prosedur Perjanjian hutang bank
Sebagai makhluk sosial manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Interaksi yang terjalin dalam komunikasi tersebut tidak hanya berdimensi
kemanusiaan dan sosial budaya, namun juga menyangkut aspek hukum, termasuk perdata. Naluri untuk mempertahankan diri, keluarga dan kepentingannya membuat
manusia berfikir untuk mengatur hubungan usaha bisnis mereka ke dalam sebuah perjanjian.
Dilihat dari pengertian yang terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang lain atau lebih. Pengertian ini mengundang kritik dari banyak ahli hukum, karena menimbulkan penafsiran bahwa perjanjian tersebut yang
Universitas Sumatera Utara
bersifat sepihak, padahal dalam perjanjian harus terdapat interaksi aktif yang bersifat timbal balik di kedua belah pihak untuk melaksanakan hak dan kewajiban
masing-masing. Untuk itu secara sederhana perjanjian dapat dirumuskan sebagai sebuah perbuatan dimana kedua belah pihak sepakat untuk saling mengikatkan diri
satu sama lain. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata perjanjian harus memenuhi 4 syarat agar
dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang membuatnya. Hal tersebut adalah :
1 Kesepakatan para pihak; 2 Kecakapan untuk membuat perikatan misal: cukup umur, tidak dibawah
pengampuan dll; 3 menyangkut hal tertentu;
4 adanya causa yang halal. Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subyektif dan dua hal yang
terakhir disebut syarat obyektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada syarat subyektif akan memiliki konsekwensi untuk dapat dibatalkan vernietigbaar.
Dengan demikian selama perjanjian yang mengandung cacat subyektif ini belum dibatalkan, maka ia tetap mengikat para pihak layaknya perjanjian yang sah.
Sedangkan perjanjian yang memiliki cacat pada syarat obyektif hal tertentu dan causa yang halal, maka secara tegas dinyatakan sebagai batal demi hukum.
Akibat timbulnya perjanjian tersebut, maka para pihak terikat didalamnya dituntut untuk melaksanakannya dengan baik layaknya undang-undang bagi
mereka. Hal ini dinyatakan Pasal 1338 KUH Perdata, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 perjanjian yang dibuat oleh para pihak secara sah berlaku sebagai undang- undang bagi mereka yang membuatnya.
2 perjanjian yang telah dibuat tidak dapat ditarik kembali kecuali adanya kesepakatan dari para pihak atau karena adanya alasan yang dibenarkan oleh
undang-undang. 3 Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.
Ketentuan yang ada pada Pasal 1320 dan 1338 KUH Perdata memuat asas- asas dan prinsip kebebasan untuk membuat kontrak atau perjanjian. Dalam hukum
perdata pada dasarnya setiap orang diberi kebebasan untuk membuat perjanjian baik dari segi bentuk maupun muatan, selama tidak melanggar ketentuan perundang-
undangan, kesusilaan, kepatutan dalam masyarakat lihat Pasal 1337 KUH Perdata. Masalah hutang-piutang adalah masalah klasik yang seringkali timbul tanpa
disadari oleh para pihak khususnya yang memberi hutangpinjaman, karena mungkin saja dengan alasan masih ada hubungan keluarga, hubungan persahabatan,
maka pemberian pinjaman atau hutang tersebut secara mudah dikucurkan, tanpa adanya suatu jaminan yang cukup atas pinjaman tersebut.
Di dalam praktek, Prosedur Perjanjian hutang bank telah menyediakan blangko formulir, model perjanjian kredit, yang isinya telah disiapkan terlebih
dahulu. Formulir ini disodorkan kepada setiap pemohon kredit. Isinya tidak diperbincangkan dengan pemohon. Kepada pemohon hanya dimintakan pendapat
apakah dapat menerima syarat-syarat yang tersebut di dalam formulir itu tidak ada. Hal-hal yang kosong belum di isi di dalam blangko itu adalah hal-hal yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mungkin diisi sebelumnya, yaitu antara lain jumlah pinjaman, bunga, tujuan dan jangka waktu kredit.
46
Pada umumnya Prosedur Perjanjian hutang bank telah menyediakan formulir kredit tertentu, yang disodorkan kepada pemohon. Setelah formulir itu diisi syarat-
syaratnya dipenuhi, maka langkah kedua ialah bank melakukan analisa. Seorang analis bank, menilai permohonan itu dapat dipertimbangkan lebih lanjut oleh
direksi. Kalau perjanjian standard kredit dipelajari lebih mendalam lagi, maka
perjanjian kredit dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu perjanjian induk dan dan perjanjian tambahan.
47
Ada kemungkinan pinjaman itu tidak diserahkan, oleh karena bank mendapat informasi baru yang tidak menguntungkan mengenai pemohon. Ada juga
kemungkinan bahwa besarnya jumlah yang diserahkan berlainan dengan jumlah Kepada pemohon lalu diberikan suatu ketentuan dalam bentuk surat
specimen, dimana pemohon membubuhkan tanda tangannya. Hanya tanda tangan yang tertulis di atas itu sajalah yang berhak menarik atau menerima uang dari bank.
Langkah yang berikutnya adalah penyerahan uang oleh bank kepada pemohon. Pada umumnya penyerahan uang tidak dengan sendirinya mengiringi
perjanjian kredit. Dalam kenyataannya, pemohon kredit baru dapat menerima penyerahan
setelah ada penegasan dari pihak bank bahwa pemohon boleh menerima dan mempergunakan kredit itu.
46
Indra darmawan, Op.Cit. hal 55
47
O.P. simorangkir, seluk-seluk Bank Komersil, Aksara Press, Jakarta, 1984, hal 103
Universitas Sumatera Utara
yang semula disetujui di dalam perjanjian kredit. Penyerahan uang kepada penerima kredit tergantung pula dari sifat atau jenis kredit yang diperjanjikan.
E. Perjanjian Pelunasan hutang
Pengertian utang yang telah jatuh waktu dan utang yang telah dapat ditagih berbeda. Utang yang telah jatuh waktu, atau utang yang telah expired,
dengan sendirinya menjadi utang yang telah dapat ditagih, namun utang yang telah dapat ditagih belum tentu merupakan utang yang telah jatuh waktu. Utang
hanyalah jatuh waktu apabila menurut perjanjian kredit atau perjanjian utang- piutang telah sampai jadwal waktunya untuk dilunasi oleh Debitor sebagaimana
ditentukan di dalam perjanjian itu. Misalnya saja telah sampai jadwal cicilan bagi pelunasan kredit investasi yang ditentukan bertahap, misalnya setiap 6 enam bulan
sekali setelah masa tenggang grace period lampau, dan harus telah dilunasi seluruhnya pada akhir perjanjian yang bersangkutan. Namun, suatu utang sekalipun
jatuh waktunya belum tiba, mungkin saja utang itu telah dapat ditagih, yaitu karena telah terjadi salah satu peristiwa yang disebut events of default sebagaimana
ditentukan ai dalam perjanjian itu. Maka seyogianya kata-kata di dalam Pasal 1 ayat 1 UUK yang berbunyi
utang yang telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih diubah menjadi cukup berbunyi utang yang telah dapat ditagih baik utang tersebut telah jatuh waktu atau
belum. Dikalangan kita kebanyakan tidak mempunyai hutang, terutama dibank.
Pusing katanya mikirin hutang, malas katanya dikejar perasaan harus membayar. Kalangan yang mempunyai paham ini biasanya adalah kalangan biasa atau kalangan
Universitas Sumatera Utara
pegawai utamanya. Untuk pengusaha jarang rasanya suka mempercepat melunasi hutangnya, mereka bila mempunyai dana lebih biasanya lebih suka
menginvestasikan ke usaha lain. Bagi yang mempunyai paham tidak mau mempunyai hutang ada beberapa
hal yang perlu dilakukan bila ingin melakukan pelunasan hutangnya sebelum jatuh tempo pelunasan dipercepat. Hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Minta print out kepada petugas bank untuk mengetahui outstanding
kewajiban kita di bank masih ada berapa. Cermati, jumlah pokok yang perlu dilunasi masih ada berapa dan berapa rupiah bunga terakhir yang kudu
dibayar pada bulan tersebut. Sebesar itulah yang harus anda lunasi. Bunga sisanya tidak perlu anda lunasi karena anda tidak menggunakan dana bank
lagi setelahnya. Biasanya pada beberapa bank ada yang menerapkan penalti atas pelunasan dipercepat.
2. Buatlah surat pemberitahuan kepada Kepala Cabang Bank tersebut,
bahwasanya kredit anda akan anda selesaikan atau istilahnya pelunasan dipercepat. Sampaikan saja bahwa sesuai dengan print out bank, anda akan
membayar total pokok bank Rp…….yang belum terbayar dan bunga pada bulan tersebut sekian untuk melunasi kewajiban anda.
3. Dalam surat pemberitahuan pelunasan dipercepat, sampaikan juga
bahwasanya Surat jaminan yang ada dibank akan anda ambil pada hari tersebut. Bila surat tanah yang anda jaminkan, jangan lupa mohon dibuatkan
surat Roya Bank untuk mengurus di Kantor BPN bahwa tanah anda tidak sedang dijaminkan Bank.
Universitas Sumatera Utara
4. Saat pelunasan sudah anda lakukan, jangan lupa mintalah surat keterangan
lunas dari Bank. Surat ini merupakan ijazah bagi anda, yang dapat anda gunakan sebagai lampiran bila anda ingin berhubungan dengan Bank lagi.
Setidaknya record dapat dipercaya dan record amanah dapat anda ditunjukkan sebagai pertimbangan bank nantinya.
BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN HUTANG DALAM
PERJANJIAN KREDIT BANK
A. Pelaksanaan pemberian kredit Bank Adapun Pelaksanaan pemberian kredit Bank yakni :
1. Permohonan Kredit
a. Permohonan fasilitas kredit
b. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas.
c. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
d. Permohonan perpanjanganpembaharuan masa berlaku kredit yang telah
berakhir jangka waktunya.
Universitas Sumatera Utara
e. Permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang
sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.
2. Berkas
Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari : a.
Surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah. b.
Daftar isian yang disediakan oleh Bank yang secara sebenarnya dan lengkap diisi oleh nasabah.
c. Daftar lampiran lainnya yang diperluakn menurut jenis fasilitas kredit.
3. Pencatatan
Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan.
4. Kelengkapan dan Berkas Permohonan.
Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya. Selama
permohonan kredit sedang diproses, maka berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.
5. Formulir daftar isian permohonan kredit
Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank mempergunakan daftar isian permohonan kredit yang harus diisi oleh
nasabah, formulir neraca, daftar rugilaba. 6.
Penyidikan dan Analisa Kredit Penyidikan Investigasi kredit adalah pekerjaan yang meliputi :
Universitas Sumatera Utara
a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang
diajukan, baik data ekstrenintern. Termasuk informasi antar bank dan pemeriksaan pada daftar hitam dan daftar kredit macet.
c. Pemeriksaan penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal
yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh. d.
Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.
7. Keputusan atas permohonan kredit Setiap keputusan permohonan kredit harus memperhatikan penilaian
syarta-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analis kredit, bahan pertimbangan atau informasi
lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibubuhkan secara tertulis disposisi.
8. Persetujuan permohonan kredit Adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh
permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan persetujuan tersebut, biasanya ditegaskan syarat-syarat
fasilitas kredit atau prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah. Pada lokasi penulis melakukan riset yaitu BRI Cabang Putri Hijau,
Persetujuan Kredit dilakukan dengan penanda tanganan formulir Persetujuan Pemberian Kredit, dan ditindaklanjuti lagi dengan pembuatan Akta
kesepakatan bersana dihadapan Notaris yang bersisikan :
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 : Jumlah, Bentuk dan penggunaan Kredit Pasal 2 : Besarnya Provisi Kredit
Pasal 3 : Besarnya Bunga dan Denda Bunga Kredit Pasal 4 : Jangka Waktu Kredit
Pasal 5 : Pengakuan Hutang Pasal 6 : Syarat-syarat Kredit
Pasal 7 : Perjumpaan Hutang Pasal 8 : Pelanggaran Atas Ketentuan Pemberian Kredit event Of Default
Pasal 9 : Ketentuan Pelunasan Sebelum Berakhirnya Jangka Waktu Pasal 10 : Jaminan
Pasal 11 : Asuransi Terhadap Barang Jaminan Pasal 12 : Asuransi Terhadap Kredit atau Jiwa Pengambil Kredit
Pasal 13 : Pemeriksaan dan Pengawasan Pasal 14 : Pernyataan
Pasal 15 : Biaya biaya lainnya Pasal 16 : Domisili
Pasal 17 : Ketentuan ketentuan Lain Pasal 18 : Kuasa Pemindah bukuan Secara otomatis
Dari pasal-pasal tersebut di atas, terdapat beberapa pasal yang menjadi aspek yuridis yang akan berkaitan dengan wanprestasi yaitu :
Pasal 5 : yang berbunyi : “Pengambil Kredit dengan ini menerangkan dengan sebenar-benarnya dan
secara sah mengaku berhutang kepada Bank sejumlah uang yang ditariknya menurut rekening korannya, rekening-rekening yang berkenaan dengan bunga,
Universitas Sumatera Utara
denda bunga serta biaya-biaya lain maunpun catatan lainnya kepada Bank sehubungan dengan perjanjian ini”
Pasal 14 point 4 : yang antara lain berbunyi : “Bilamana Kredit tidak dibayar lunas pada waktu yang ditetapkan, maka Bank
berhak untuk menjual seluruh jaminan sehubungan dengan kredit ini, baik secara dibawah tangan maupun dimuka umum, untuk mana atas permintaan
tertulis yang pertama kalinya dari bank dan atas kerelaan sendiri tanpa paksaan, Pengambil Kredit dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya akan
menyerahkanmengosongkan rumahbangunan yang dijadikan sebagai jaminan berdasarkan akta ini”.
Setelah persetujuan kredit dilaksanakan, maka dalam proses berikutnya pihak bank tidak akan berlepas diri mengawasi pelaksanaan
penggunaan dana yang dikucurkannya kepada Debitur tersebut. Maka dalam tindakan ini selanjutnay akan diberikan pengawasan dan pembinaan kredit
oleh pihak bank kepada Penerima Kredit.
B. Penyelesaian pengakuan hutang dalam perjanjian kredit bank bermasalah
Dalam prakteknya, BRI Cabang Putri Hijau Medan menyelesaikan kredit yang bermasalah dengan 2 dua alternatif, yaitu negosiasi dan litigasi :
Cara penyelesaian kredit bermasalah di BRI Cabang Putri Hijau Medan yaitu:
1. Penyelesaian dengan negosiasi
Universitas Sumatera Utara
BRI Cabang Putri Hijau Medan menyelesaikan kredit bermasalah dengan negosiasi ini dilakukan terhadap debitur yang usahanya masih berjalan meskipun
tersendat-sendat, dan tidak dapat membayar angsurannya. Bahkan, terhadap debitur yang usahanya sudah tidak berjalanpun dapat
dilakukan penyelesaian dengan negosiasi. Apabila ratio agunanjaminan kredit masih mencukupi dan ada usaha yang dianggap lebih layak dan dapat
menghasilkan, maka debitur yang bersangkutan dimungkinkan untuk diberikan suntikan baru yang hasilnya dapat dipergunakan untuk membayar seluruh
kewajibannya. Semua upaya tersebut dengan kredit yang diselamatkan, yaitu kredit yang
semula tergolong bermasalah kemudian terjadi kesepakatan antara debitur dan BRI Cabang Putri Hijau Medan untuk diperbaiki, yang tentunya diikuti dengan suatu
perjanjian kredit yang baru, baik berupa novasi, subrogasi, kompensasi atau hanya berupa addendum atas perjanjian kredit yang telah ada.
Adapun bentuk penyelamatan kredit di BRI Cabang Putri Hijau Medan adalah antara lain:
a. Rescheduling Penjadwalan kembali
Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang. Termasuk apabila terjadi
atau tidak terjadi perubahan besarnya angsuran. b. Reconditioning Persyaratan Kembali
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau
Universitas Sumatera Utara
persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.
c. Restructuring Penataan kembali. Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana,
dan atau konveksi seluruh dan sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan.
“Pada dasarnya tujuan dilakukannya rescheduling, restructuring dan reconditioning adalah dalam rangka upaya BRI Cabang Putri Hijau Medan
untuk membantu nasabahnya yang beritikad baik, pada saat mengalami kesulitan dalam mengelola usahanya yang menyebabkan
berkurangnyamelemahnya kemampuan untuk memenihi kewajibannya kepada BRI Cabang Putri Hijau Medan. Dengan demikian tindakan ini bank
memberikan kesempatan kepada debiturnya untuk berusaha lagi.”
48
2. Penyelesaian dengan litigasi