Unsur-Unsur Tindak Pidana Paten

Dalam hal paten, penyebab timbulnya permasalahan dalam bidang ini dikarenakan: 20 1. Masih rendahnya tingkat pengajuan paten oleh peneliti Indonesia, yaitu antara lain faktor masih relative rendahnya insentif atau penghargaan atas karya penelitian oleh pemerintah hingga pada akhirnya kurang memicu peneliti dalam menghasilkan karya ilmiah yang inovatif. 2. Peneliti kurang menyadari pentingnya perlindungan paten atas penemuannya, selain kecenderungan berorientasi pikiran jangka pendek demi mengejar nilai kredit poin semata 3. Jarak lokasi tempat kerja peneliti yang tersebar di berbagai pelosok daerah juga menyebabkan pengeluaran biaya perjalanan untuk pengurusan paten menjadi hambatan tersendiri. Masih rendahnya kesadaran penemu untuk mendaftarkan penemuannya, bisa mengakibatkan orang lain dengan leluasa meniru, bahkan menggunakan penemuan tersebut tanpa izin dari penemu, karena perbuatan tersebut tidak akan bisa dituntut oleh inventorpenemu, karena hasil penemuannya tersebut belum didaftarkan dan belum mendapatkan perlindungan dari pemerintah.

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana Paten

Berkaitan dengan unsur-unsur tindak pidana, dapat dibedakan dari dua sudut pandang yakni: a. Unsur tindak pidana menurut beberapa teori 20 Adrian Sutendi, Op.Cit., hal. 7 Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, unsur tindak pidana yang dimaksud adalah berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada rumusannya. Menurut Moeljanto, unsur tindak pidana adalah: a. Perbuatan; b. Yang dilarang oleh aturan waktu; c. Ancaman pidana bagi yang melanggar larangan Perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan kata mejemuk perbuatan pidana, maka pokok pengertian ada pada perbuatan itu, tetapi tidak dipisahkan dengan orangnya. Ancaman diancam dengan pidana menggambarkan bahwa tidak mesti perbuatan itu dalam kenyataan benar-benar dipidana. Pengertian diancam pidana adalah pengertian umum, yang artinya adalah dijatuhi pidana atau tidak, adalah hal yang lain dari pengertian perbuatan pidana. Dari rumusan Tresna, bahwa tindak pidana terdiri dari unsur- unsur, yakni: a. Perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia; b. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; c. Diadakan tindakan penghukuman. Dari unsur yang ketiga, kalimat diadakan tindakan penghukuman, terdapat pengertian bahwa seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti dengan penghukuman pemidanaan. Berbeda dengan Moeljanto, karena kalimat diancam pidana berarti perbuatan itu tidak selalu dan tidak dengan demikian Universitas Sumatera Utara dijatuhi pidana. 21 b. Unsur Rumusan Tindak Pidana Dalam Undang-Undang Walaupun memang kesan dalam unsur-unsur tersebut tidak terdapat kesan perihal syarat-syarat subjektif yang melekat pada orangnya untuk dapat dijatuhkannya pidana. Unsur tindak pidana dalam undang-undang adalah bagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana dalam pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang ada. 1 Unsur Tingkah Laku Tingkah laku adalah unsur mutlak tindak pidana. Jika ada rumusan tindak pidana tanpa mencantumkan unsur tingkah laku, misalanya Pasal 351 KUHP penganiayaan. Cara perumusan seperti itu adalah suatu perkecualian belaka dengan alasan tertentu, dan tidak berarti tindak pidana itu tidak terdapat unsur perbuatan, unsur tersebut telah ada dengan sendirinya di dalamnya, dan wujudnya tetap harus dibuktikan dalam sidang pengadilan untuk menetapkan telah terjadinya penganiayaan. 2 Unsur Melawan Hukum Melawan hukum adalah suatu sifat tercelanya atau terlarangnya dari suatu perbuatan, yang sifat tercelanya dapat bersumber pada undang-undang melawan hukum formil dan dapat bersumber pada masyarakat melawan hukum materil karena bersumber pada masyarakat, yang sering juga disebut dengan bertentangan dengan asas- asas hukum masyarakat, maka sifat tercela tersebut tidak tertulis. 21 Adami chazami, Op. Cit., hal.80. Universitas Sumatera Utara 3 Unsur Kesalahan Kesalahan schuld adalah unsur mengenai keadaan atau gambaran batin orang sebelum atau pada saat memulai perbuatan. Karena itu, unsur ini selalu melekat pada diri pelaku dan bersifat subjektif. Istilah kesalahan schuld adalah pengertian hukum yang tidak sama dengan pengertian yang harafiah, foot. Kesalahan dalam hukum pidana adalah berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana, yang terdiri dari kesengajaan dolus atau opzet dan kelalaian culpa. 4 Unsur Akibat Konstitusif Unsur akibat konstitusif terdapat pada: a. Tindak pidana materil tindak pidana dimana akibat menjadi syarat selesainya tindak pidana b. Tindak pidana yang mengandung unsur akibat sebagai syarat pemberat pidana c. Tindak pidana dimana akibat merupakan syarat dipidanya pembuat. 5 Unsur Syarat Tambahan Untuk Dapatnya Dituntut Pidana Unsur ini hanya terdapat pada tindak pidana aduan. Tindak pidana aduan adalah tindak pidana yang hanya dapat dituntut pidana jika ada pengaduan dari yang berhak mengadu. Pengaduan substansinya adalah sama dengan laporan, ialah berupa keterangan atau informasi mengenai telah terjadinya tindak pidana yang disampaikan kepada pejabat penyelidik atau penyidik. Membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan Universitas Sumatera Utara produk yang diberi paten, dan tidak memenuhi kewajiban bagi seorang Konsultan Hak Kekayaan Intelektual dan pegawai Direktorat Jenderal merupakan suatu pelanggaran. Berdasarkan rumusan Pasal 130 yang menunjuk rumusan Pasal 16 yang menyatakan: Pasal 130: Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar pemegang paten dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah Pasal 16 ayat 1: Pemegang paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya: a. Dalam hal paten-produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan atau menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten; b. Dalam hal paten-proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Mengamati pasal ini, maka unsur-unsur dari perbuatan yang dilarang ini adalah 1 “barang siapa”, 2 “dengan sengaja”, 3 “tanpa hak “, 4 melanggar hak pemegang paten”. Pertama, unsur “barang siapa”. Ini menandakan yang menjadi subyek delik adalah siapapun. Kalau menurut sebagian pakar “barang siapa” bukan hanya unsur Universitas Sumatera Utara untuk memperlihatkan si pelaku adalah manusia. Akan tetapi. Sebagian pakar lagi menganggap bahwa “barang siapa” itu adalah benar manusia, tetapi perlu diuraikan manusia siapa dan berapa orang. Kalau menurut KUHP yang berlaku sekarang, hanya manusia yang menjadi unsur delik, sedangkan badan hukum tidak menjadi subyek delik. Tetapi dalam undang-undang khusus seperti Undang- Undang Tindak Pidana Ekonomi, badan hukum atau korporasi termasuk subyek delik. Dalam Undang-Undang Paten No.14 Tahun 2001, “barang siapa” ditujukan kepada “pelaku”. Pelaku adalah mereka yang membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten tanpa seizin dari pemegang paten tersebut. Kedua, unsur “dengan sengaja”. Kebanyakan tindak pidana mempunyai dasar kesengajaan atau “opzet” bukan unsur “culpa” kelalaian. Ini adalah layak, oleh karena biasanya yang pantas mendapatkan hukuman pidana itu adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sengaja. 22 a. Kesengajaan yang bersifat tujuan oogmerk Secara umum ada tiga bentuk kesengajaan opzet yaitu: Bahwa dengan kesengajaan yang bersifat tujuan oogmerk, pelaku dapat dipertanggungjawabkan, mudah dimengerti oleh khalayak ramai. Maka, apabila kesengajaan semacam ini ada pada suatu tindak pidana, tidak ada yang menyangkal, bahwa pelaku layak dikenakan hukum pidana. Ini lebih nampak 22 Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, PT Eresco, Jakarta, 1969, hal. 50 Universitas Sumatera Utara apabila dikemukakan, bahwa dengan adanya kesengajaan yang bersifat tujuan ini, dapat dikatakan pelaku benar-benar mengkehendaki mencapai akibat yang menjadi pokok alasan diadakannya ancaman hukuman pidana constitutief geulog. 23 b. Kesengajaan secara keinsafan kepastian opzet biz zeeker heldsbewustzijn Kesengajaan seperti ini adalah apabila pelaku, dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar delik, akan tetapi ia tahu benar bahwa sebagai konsekuensinya pasti akan mengikuti perbuatan itu. Kalau ini terjadi, maka teori kehendak wilstheorie menganggap akibat itu sebagai yang dikehendaki oleh pelaku, berarti juga ada kesamaan. Menurut teori bayangan voorstelling theorie keadaan ini sama dengan kesengajaan berupa tujuan oogmerk. Oleh karena, keduanya adalah mengenai akibat yang tidak dapat dikatakan ada kehendak pelaku, melainkan hanya bayangan atau gambaran dalam gagasan pelaku bahwa akibat itu pasti akan terjadi, itu berarti ada kesengajaan. 24 c. Kesengajaan secara keinsafan kemungkinan opzet bij mogelijkheids be lewustzid Lain halnya dengan kesengajaan yang terang-terangan disertai bayangan mengenai suatu kepastian akan terjadi akibat, melainkan hanya ada dibayangkan kemungkinan akan adanya akibat itu. 25 23 Ibid, hal 62. 24 Wirjono Projodikoro, Op Cit.,hal 63. 25 Ibid.,hal 64 Universitas Sumatera Utara Ketiga, unsur “tanpa hak”. Mengenai arti tanpa hak dari sifat melanggar hukum, dapat dikatakan, bahwa mungkin seseorang tidak mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan, yang sama sekali tidak dilarang oleh suatu peraturan hukum. Keempat, unsur “melanggar hak pemegang paten”. Melanggar hak pemegang paten termasuk ke dalam unsur “perbuatan” yang dalam hal ini diklasifikasikan dalam bentuk membuat, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan,, atau menyediakan untuk dujual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten tanpa seizin dari pemegang paten. Berdasarkan Pasal 131 yang merujuk kepada Pasal 16, yang menyatakan: Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten sederhana dengan melakukan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun danatau denda Rp.250.000.000,00 dua ratus lima puluh juta rupiah. Unsur-unsurnya sama dengan unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 130, tetapi bedanya hanya dalam Pasal 130 mengenai paten, dan Pasal 131 mengenai paten sederhana. Berdasarkan Pasal 132 yang merujuk pada Pasal 25 ayat 3, Pasal 40 dan Pasal 41, yang menyatakan: barang siapa dengan sengaja dan tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat 3, Pasal 40, dan Pasal 41 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun. Pasal 25 ayat 3: terhitung sejak tanggal penerimaan kuasanya, kuasa wajib menjaga kerahasiaan Invensi dan seluruh dokumen permohonan sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Pasal 40: selama masih terikat dinas aktif hingga selama satu tahun sesudah pensiun dan sesudah berhenti karena alasan apapun dari Direktorat Jenderal, pegawai Direktorat Jenderal atau orang yang karena tugasnya untuk dan atas nama Direktorat Jenderal, dilarang mengajukan permohonan, memperoleh paten, atau dengan cara apapun memperoleh hak atau memegang hak yang berkaitan dengan paten, kecuali apabila pemilikan paten itu diperoleh karena pewarisan. Pasal 41: terhitung sejak tanggal penerimaan, seluruh aparat Direktorat Jenderal atau orang yang karena tugasnya terkait dengan tugas Direktorat Jenderal wajib menjaga kerahasiaan Invensi dan seluruh dokumen permohonan sampai denagn tanggal diumumkannya permohonan yang bersangkutan. Berdasarkan rumusan Pasal 132 di atas, maka unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 1 “barang siapa”. Dalam hal ini barang siapa tidak ditujukan pada setiap orang, akan tetapi hanya kepada setiap orang yang merupakan pegawai Direktorat Jenderal. 2”dengan sengaja”. 3”tidak memenuhi kewajiban”. Dalam hal ini kewajiban tersebut adalah merupakan apa yang diharuskan terhadap pegawai Direktorat Jenderal tersebut, dan kepada seorang kuasa. Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilakukan, dan apabila dilanggar maka bisa diberikan hukuman.

D. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Paten