131, dan Pasal 132. Pasal 131 mengatur mengenai bentuk pelanggaran paten dalam hal paten biasa, Pasal 131 mengatur mengenai bentuk pelanggaran pada
paten sederhana, dan pada Pasal 132 mengatur mengenai bentuk pelanggaran berupa tidak memenuhi kewajiban yang dilakukan oleh Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual dan pegawai Direktorat Jenderal.
26
1. Sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten
Mengamati ketiga pasal ini maka bentuk-bentuk pelanggaran paten dapat dikualifikasikan dalam tiga hal yaitu:
2. Sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten sederhana, dan
3. Sengaja tidak memenuhi kewajiban
Walaupun dalam kenyataannya sudah jelas-jelas terdapat perbuatan pelanggaran paten dan telah merugikan pemegang hak paten, terkadang masih
sulit untuk mempertahankan hak-hak dari pemegang hak tersebut, karena pemerintah kurang memperdulikan penegakan hukum dari pelanggaran di bidang
paten tersebut.
D. Kasus dan Analisis Kasus
Berdasarkan penjelasan di atas, di bawah ini diuraikan contoh kasus yang di dalamnya sudah terdapat unsur pelanggarn paten, tetapi diberhentikan
penyidikannya. Sehingga inventor melakukan permohonan praperadilan ke pengadilan.
Kasus Posisi
26
Rachmad Usman, Op.Cit., hal.298
Universitas Sumatera Utara
Termohon praperadilan adalah Kepala Kantor Wilayah Sumatera Utara Departemen Hukum dan HAM RI, cq. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Hak
Kekayaan Intelektual Bindu Naibaho, SH.MH yang beralamat di Jalan Putri Hijau N0.4 Medan.
Duduk Perkara Bahwa pemohon praperadilan adalah penemu Inventor terhadap mesin-
mesin yang dipergunakan dalam pengolahan kelapa sawit di jajaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia khususnya Sumatera Utara dan dari hasil penemuan
Invensi tersebut telah ditemukan suatu metoda dan peralatan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan uap dalam pabrik pengolahan kelapa sawit;
Bahwa metoda dan peralatan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan uap dalam pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut telah pemohon daftarkan di
Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI pada Direktorat Paten tertanggal 21 Oktober 1994 dengan no.Paten: ID 0011240
dan nomor permintaan paten P-941799 dengan judul penemuan “Metoda dan Peralatan Untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Uap Dalam Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit” atas nama Dr.Ir.Takal Barus;
Bahwa ternyata Metoda dan Peralatan Untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Uap Dalam Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit yang telah didaftarkan
Hak Paten tersebut digunakan oleh Herwanto Trisman PT.Super Andalas Steel tanpa terlebih dahulu meminta izinlisensi dari pemohon Praperadilan sebagai
pemegang Hak Paten sehingga telah merugikan kepentingan hokum pemohon Praperadilan;
Universitas Sumatera Utara
Bahwa terhadap pelanggaran hak paten tersebut, maka Pemohon Praperadilan telah membuat pengaduan kepada Termohon Praperadilan tertanggal
7 Juli 2005 menyangkut dugaan tindak pidana membuat, menggunakan, menjual produk yang diberi paten “Metoda dan Peralatan untuk Meningkatkan efisiensi
Penggunaan Uap Dalam pabrik Pengolahan kelapa saawit” yang dilakukan oleh herwanto Trisman PT.super Andalas Steel ;
Bahwa atas laporan pengaduan yang disampaikan pemohon Praperadilan tersebut selanjutnya Termohon Praperadilan dalam proses penyidikan telah
melakukan: pemeriksaan tanggal 15 Juli 2005, Penggeledahan tanggal 22 Agustus 2005, penyitaan tanggal 30 agustus 2005, pemeriksaan terhadap saksi ahli tanggal
12 oktober 2005, meminta barang buktidokumen dari pemohon Pradilan tanggal 12 Juli 2005, dan melakukan pemeriksaan atas nama tersangka Herwanto Trisman
PT.Super andalas Steel pada tanggal 6 Oktober 2005. Bahwa walaupun dalam proses penyidikan yang dilakukan Termohon
praperadilan tersebut telah diperoleh bukti tentang adanya tindak pidana berdasarkan hasil penggeledahan maupun penyitaan dari pihak yang diduga
melakukan tindak pidana pelanggaran paten tersebut, namun Termohon Praperadilan tidak juga melimpahkan berkas perkara tersebut kepada pihak
Kejaksaan selaku penuntut umum melalui pihak Kepolisian guna selanjutnya di Pengadilan Negeri;
Bahwa namun sebaliknya termohon Praperadilan telah menghentikan penyidikan terhadap pengaduan Pemohon Praperadilan tersebut sesuai dengan
Surat Ketetapan Tanggal 27 Oktober 2005 No. PPNS.HKISP3-02VII2005
Universitas Sumatera Utara
Tentang Penghentian Penyidikan Tanggal 27 Oktober 2005 No. PPNS.HKI02VII2005 yang baru diterima Pemohon Praperadilan pada Tanggal
20 Januari 2006; Bahwa Pemohon Praperadilan sangat keberatan atas penghentian
penyidikan yang dilakukan Termohon Praperadilan Tersebut dengan alasan Tersangka tidak terbukti melakukan pelanggaran paten. Padahal seharusnya
Termohon Praperadilan sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129 ayat 4 Undang-Undang No.24 Tahun 2001 Tentang Paten berkewajiban
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara RI dengan mengingat ketentuan Pasal 107 Undang-Undang
No.8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana; Bahwa atas perbuatan Termohon Praperadilan yang menghentikan
penyidikan tersebut, maka Pemohon Praperadilan sangat keberatan sekali. Sebab yang dapat menentukan seseorang telah terbukti bersalah melakukan tindak
pidana hanyalah Majelis Hakim Pidana melalui putusannya; Pertimbangan Majelis Hakim
Menimbang, bahwa Pemohon Praperadilan adalah penemu Inventor metoda dan peralatan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan uap dalam pabrik
pengolahan kelapa sawit, yang telah Pemohon Praperadilan daftarkan di Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI pada
Direktorat Paten tertanggal 21 Oktober 1994 dengan No.Penemuan “Metoda dan Peralatan Untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Uap Dalam Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit” atas nama Dr.Ir.Takal Barus;
Universitas Sumatera Utara
Menimbang, bahwa menurut Pemohon Praperadilan ternyata Metoda dan Peralatan untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Uap Dalam Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit yang telah didaftarkan Hak Paten tersebut digunakan oleh Herwanto Trisman PT. Super Andalas Steel tanpa terlebih dahulu meminta
izinlisens dari Pemohon Praperadilann sebagai pemegang hak paten sehingga telah merugikan kepentingan hukum Pemohon Praperadilan.
Menimbang, bahwa terhadap pelanggaran hak paten tersebut, maka Pemohon Praperadilan telah membuat pengaduan kepada Termohon Praperadilan
tertanggal 7 Juli 2005 menyangkut dugaan tindak pidana membuat, menggunakan, menjual produk yang diberi paten “Metoda dan Peralatan untuk Meningkatkan
Efisiensi Penggunaan Uap Dalam Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit” yang dilakukan oleh Herwanto Trisman PT.Super Andalas Steel;an pengaduan yang
disampaikan Pemohon praperadilan Menimbang, bahwa atas laporan pengaduan yang disampaikan Pemohon
Praperadilan tersebut selanjutnyaTermohon Praperadilan dalam proses penyidikan telah melakukan antara lain: menerima pengaduan, membuat laporan kejadian,
menerbitkan surat perintah penyidikan, membuat tanda terima profil PT.Super Andalas Steel, memeriksa DR.IR.Takal Barus, AK3 Pemohon Praperadilan
sebagai pengadu dan memberikan tindasan hasil pemeriksaan kepada pemohon, sedangkan yang asli ada berkas yang lengkap dengan tanda tangannya, termohon
melakukan pemeriksaan awal kepada saksi Ir.Mahruzar dan Ir.Chairansyah, memeriksa pabrik kelapa sawit, dan dengan surat izin penggeledahan telah
melakukan penggeladahan dan penyitaan;
Universitas Sumatera Utara
Menimbang, bahwa menurut Pemohon walaupun dalam proses penyidikan yang dilakukan Termohon Praperadilan tersebut telah diperoleh bukti tentang
adanya tindak pidana berdasarkan hasil penggeledahan maupun penyitaan dari pihak yang diduga melakukan tindak pidana pelanggaran paten tersebut, namun
Termohon Praperadilan tidak juga melimpahkan berkas perkara tersebut kepada pihak Kejaksaan selaku Penuntut Umum melalui pihak Kepolisian guna
selanjutnya disidangkan di Pengadilan Negeri Medan. Namun sebaliknya, Termohon Praperadilan telah menghentikan penyidikan terhadap pengaduan
Pemohon Praperadilan tersebut sesuai dengan Surat Ketetapan Tanggal 27 Oktober 2005 No.PPNS.HKISP3-02VII2005 Tentang Penghentian Penyidikan
dan Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan Tanggal 27 Oktober 2005 No.PPNS.HKI02VII2005 yang diterima Pemohon Praperadilan pada Tanggal
20 Januari 2006; Menimbang, bahwa Termohon memang belum memberitahukan
dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada penyidik Kepolisian Pasal 129 ayat 3 UU No.14 Tahun 2001 Tentang Paten, dan juga Termohon
belum menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Pasal 129 ayat 4 UU No.14 Tahun 2001 Tentang Paten;
Menimbang, bahwa oleh karena itulah tindakannya untuk menghentikan penyidikan tersebut, menurut Termohon tidak perlu dikoordinasikan dengan
pejabat Kepolisian Negara RI; Menimbang, bahwa memperhatikan pokok permasalahan perkara ini
sesungguhnya didasarkan pada suatu peristiwa hukum bahwa Termohon dalam
Universitas Sumatera Utara
melakukan penghentian penyidikan tersebut, Termohon tidak melakukan koordinasi dengan penyidik dari Kepolisian RI. Menurut Termohon hal ini
dikarenakan Termohon masih mencari bukti awal, dan apabila telah diperoleh bukti yang kuat maka hal tersebut baru dikoordinasikan dengan Penyidik
Kepolisian. Disamping itu, Termohon tidak mungkin mengirimkan atau mengajukan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum melalui Kepolisian,
sebab Termohon belum membuat Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan SPDP kepada Kepolisian dan selanjutnya Surat Pemberitahuan Dimulainya
Penyidikan SPDP tidak mungkin disampaikan kepada Kepolisian karena bukti awal yang kuatt dari Pengaduan Pemohon belum ada;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam KUHAP dan UU No.14 Tahun 2001 Tentang Paten dimaksud, tentunya segala tindakan
Termohon dalam melaksanakan tugas penyidikan untuk menangani pengaduan Pemohon atas dugaan terjadinya tindak pidana di bidang paten. Seharusnya
diberitahukan dan dibawah koordinasi dan pengawasan Penyidik dari Kepolisian Negara RI. Dan sesungguhnya sesuai dengan tugas dan kewajibannya menjadi
tugas penyidiklah untuk mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti- bukti tersebut membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi serta
menemukan tersangkanya. Dan sama sekali bukan kewajiban hukum pelapor dan atas pengadu untuk mencari bukti-buktinya;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, maka sesungguhnya untuk menuntaskanlah pokok permasalah perkara aquo, juga perlu
dipertimbangkan tindakan Termohon yang telah melakukan penghentian penyidikan atas pengaduan Pemohon dengan alasan tidak ada bukti permulaan
Universitas Sumatera Utara
yang cukup. Akan tetapi, dalam KUHAP tidak diatur secara jelas apa yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup, oleh karena itu penilaiannya harus
ditapsirkan dalam relevansinya dengan ketentuan Pasal 183 jo 184 KUHAP; Menimbang, bahwa oleh karena itulah tindakan Termohon selaku
Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang telah melakukan serangkaian tindakan penyidikan kemudian menghentikan penyidikan atas suatu tindak pidana di
bidang paten, tanpa dikoordinasi dan dibawah pengawasan Penyidik Pejabat Kepolisian Negara RI, maka jelas tindakan Termohon tersebut telah bertentangan
dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUHAP maupun UU No.14 Tahun 2001 Tentang Paten;
Menimbang, bahwa berdasarkan keseluruhan pertimbangan hukum tersebut, maka Pemohon dipandang telah dapat membuktikan kebenaran dalil-
dalil permohonan praperadilannya, sebaliknya Termohon dipandang telah gagal untuk membuktikan kebenaran dalil-dalil sangkalannya, sehingga permohonan
praperadilan Pemohon tersebut, patut dan layak dikabulkan. Putusan Hakim
1. Mengabulkan permohonan praperadilan Pemohon;
2. Menyatakan Surat Ketetapan Termohon Tanggal 27 Oktober 2005
No.PPNS.HKISP3-02VII2005 Tentang Penghentian Penyidikan jo Surat Pemberitahuan Penghentian Penyidikan Tanggal 27 Oktober
2005 No.PPNS.HKI02VII2005 adalah tidak sah;
Universitas Sumatera Utara
3. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara sejumlah:
NIHIL.
Analisis Kasus Dalam kasus tersebut di atas, Termohon Praperadilan telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah dalam hal perbuatan pemberhentian penyidikan terhadap Herwanto Trisman dari PT.Super Andalas Steel, yang berdasarkan
penyidikan yang dilakukan telah terbukti melakukan tindak pidana pelanggaran di bidang Hukum Paten. Sebagaimana tindak pidana tersebut diatur dalam pasal 130
Undang-Undang No.14 Tahun 2001 tentang paten yang berbunyi: Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan
salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun danatau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Dalam dalil perkara dinyatakan bahwa Termohon menghentikan
Penyidikan terhadap pengaduan Pemohon Praperadilan berdasarkan Surat Ketetapan Tanggal 27 Oktober 2005 No.PPNS.HKISP 3-02VII2005. Walaupun
dalam proses penyidikan yang dilakukan Termohon Praperadilan tersebut telah diperoleh bukti tentang adanya tindak pidana berdasrkan hasil penggeledahan
maupun penyitaan dari pihak yang diduga melakukann tindak pidana pelanggaran paten tersebut, namun Termohon Praperadilann tidak juga melimpahkan berkas
perkara tersebut kepada pihak Kejaksaan selaku Penuntut Umum melalui pihak Kepolisian guna selanjutnya disidangkan di Pengadilan Negeri Medan. Alasan
Universitas Sumatera Utara
dari Termohon Praperadilan menghentikan Penyidikan adalah karena menurut saksi ahli perbuatan dari Herwanto Trisman dari PT.Super Andalas Steel tersebut
bukan sebagai pelanggaran hukum paten. Padahal melihat dari hasil proses Penyidikan dan bukti yang diperoleh, Herwanto Trisman dari PT.Super Andalas
Steel telah terbukti melakukan pelanggaran hukum Paten, karena perbuatannya telah memenuhi unsur tindak pidana pelanggaran paten, yaitu:
a. Barang siapa
Unsur barang siapa dalam perkara ini menunjukkan kepada subjek atau pelaku tindak pidana, dan berdasarkan bukti dari hasil proses
penyidikan, bahwa pelaku pelaku dari pelanggaran hukum paten ini adalah Herwanto Trisman dari PT. Super Andalas Steel.
b. Dengan sengaja
Dalam kasus ini si pelaku telah melakukan perbuatann secara sadar dan sengaja yang mana dapat dikategorikan sebagai kesengajaan yang
bersifat tujuann atau oogmerk. c.
Perbuatan Unsur perbuatan menurut Pasal 16 Undang-Undang No.14 Tahun 2001
Tentang Paten dapat diklasifikasikan dalam hal paten produk: membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,
menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten, dan dalam hal paten proses:
menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
Universitas Sumatera Utara
menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan proses produksi yang telah diberi paten.
Oleh karena itu dalam kasus ini Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan No.PPNS.HKISP 3-02VII2005 yang dibuat oleh Termohon Praperadilan
dinyatakan tidak sah karena Termohon Praperadilan telah melakukan kesalahan dengan membuat surat penghentian penyidikan padahal berdasarkan penyidikan
yang telah dilakukan terhadap Herwanto Trisman, telah terpenuhi semua unsur- unsur pelanggaran dalam tindak pidana paten. Terhadap Termohon Praperadilan
tidak dijatuhi pidana denda karena Pemohon Praperadilan tidak menuntut hal demikian.
Menurut penulis, putusan yang dijatuhkan Hakim terhadap Permohonan dari Pemohon Praperadilan sudah tepat, karena Majelis Hakim sudah
mempertimbangkan segala perbuatan yang merugikan Pemohon Praperadilan Dr.Ir.Takal Barus, karena penemuannya yang berjudul “Metoda dan Peralatan
Untuk Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Uap Dalam Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit” ditemukan dengan proses waktu yang lama, dan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu maka sudah sewajarnya kalau terhadap penemuan itu harus penghargaan, dalam arti harus mendapat ijin terlebih dahulu dari penemu
untuk dapat menggunakannya dan dengan membayarkan royalty terhadap inventor tersebut. Putusan ini juga sudah tepat mengingat sedikit sekali atau
jarangnya penyelesaian perkara di bidang hukum paten. Oleh karena itu dengan adanya putusan yang seperti ini, maka diharapkan kedepannya proses
penyelesaian tindak pidana di bidang hukum patwn lebih diperhatikan lagi dan lebih efektif lagi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP PATEN
A. Dalam Kerangka Nasional Indonesia Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2001