BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tinjauan umum tentang paten berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun
2001 dalam skripsi meliputi sejarah perkembangan pengaturan paten, pengertian, jenis, pendaftaran, pengalihan dan lisensi paten serta pelaksanaan paten oleh
pemerintah. Sejarah perkembangan pengaturan paten dimulai sejak zaman Pemerintahan Hindia-Belanda dimana pada zaman itu perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia bersifat pluralistis sesuai dengan golongan penduduk. Setelah Indonesia merdeka undang-undang pada zaman Hindia-Belanda tersebut
masih tetap dipakai, namun seiring perkembangan teknologi yang sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari, yang mana perkembangan teknologi tersebut
sangat pesat dirasakan perlu melahirkan peraturan tersendiri mengenai paten. Kemudian pada tahun 1989 diundangkanlah Undang-Undang No. 6 Tahun 1989
yang kemudian diubah ke Undang-Undang No. 13 tahun 1997. Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju undang-undang tersebut
dirasa tidak sesuai lagi dan perlu melakukan perubahan, sehingga pada tahun 2001 diundangkan kembali undang-undang terbaru tentang paten yaitu Undang-
Undang No.14 Tahun 2001. Pengertian Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi,
yang untuk selama jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Segala macam invensi dapat dipatenkandidaftarkan, dengan
Universitas Sumatera Utara
syarat invensi tersebut berguna dan memang belum ada dalam lapangan teknologi yang bersangkutan. Senyawa kimia, mesin, proses pembuatan, bahkan
jenis mahkluk yang baru sekalipun dapat dipatenkan. Hak yang diperoleh melalui paten adalah hak khusus untuk menggunakan invensi yang telah dilindungi paten
serta melarang pihak lain melaksanakan invensi tersebut tanpa persetujuan dari pemegang paten. Hak tersebut juga meliputi pengalihan dan pemberian lisensi
terhadap pihak lain untuk menggunakan dan melaksanakan invensi tersebut. Invensi yang telah dipatenkan dapat dilaksanakan oleh pemerintah apabila
invensi tersebut dianggap sangat penting artinya bagi pertahanan keamanan negara dan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk
kepentingan masyarakat. Pelaksanaan paten oleh pemerintah dilakukan dengan cara memberikan imbalan yang wajar kepada pemegang paten tersebut dimana
imbalan ini merupakan kompensasi atas penggunaan invensi tersebut. 2.
Bentuk-bentuk pelanggaran paten berupa membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau
disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten dalam paten-produk dan menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan
tindakan membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan proses produksi yang
telah diberi paten. Pada pasal 133 Undang-Undang No.14 Tahun 2001 Tentang Paten menentukan tindak pidana paten merupakan delik aduan. Bentuk
pelanggaran paten menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2001 Tentang Paten sebagaimana diatur dalam Pasal 130, 131, 132 yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a Tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan salah
satu tindakan sebagaimana diatur dalam pasal 16 Undang-Undang No.14 Tahun 2001 Tentang Paten, baik membuat, menggunakan,
menyerahkan, menyewakan, menjual atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan penemuan yang telah diberi paten.
b Tanpa hak melanggar hak pemegang paten sederhana dengan
melakukan salah satu tindakan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang No.14 tahun 2001 Tentang Paten, baik membuat,
menggunakan, menyerahkan, menyewakan, menjual atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan penemuan yang telah
diberi paten. c
Tidak memenuhi kewajiban, sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat 3 yaitu kuasa pemohon pendaftaran invensi tidak menjaaga
kerahasiaan invensi dan seluruh dokumen permohonan sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan yang bersangkutan. Tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 40 dan Pasal 41, yaitu Pegawai Direktorat Jenderal dilarang mengajukan permohonan,
dan memperoleh paten dengan cara apapun selama masih aktif dalam dinas, dan kewajiban Direktorat Jenderal untuk menjaga kerahasiaan
invensi dan seluruh dokumen permohonan sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan yang bersangkutan.
Unsur-unsur pelanggaran paten berdasarkan rumusan pasal tersebut di atas adalah:
Universitas Sumatera Utara
a barang siapa; Ini menandakan yang menjadi subyek delik adalah
siapapun. b
dengan sengaja, dimana kesengajaan dapat berupa kesengajaan yang bersifat tujuan oogmerk, kesengajaan secara keinsafan kepastian
opzet bijzekerheidsbewustzijn, maupun kesengajaaan secara keinsafan kemungkinan opzet bij mogelijkheidsbewustzjin;
c tanpa hak; menurut Pasal 1 ayat 1 undang-Undang No.14 Tahun
2001 Tentang Paten : paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang
untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. Pemilik paten dapat mengalihkan atau menguasakan sebagian atau seluruh haknya kepada orang atau badan hukum baik
melalui perjanjian, surat kuasa maupun dihibahkan atau diwariskan. Tanpa pengalihan tersebut, maka tindakan itu adalah merupakan
“tanpa hak”. d
melanggar hak pemegang paten; melanggar hak pemegang paten termasuk ke dalam unsur “perbuatan” yang dalam hal ini
diklasifikasikan dalam bentuk membuat, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan,, atau menyediakan untuk dujual atau
disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten tanpa seizin dari pemegang paten
Universitas Sumatera Utara
e tidak memenuhi kewajiban; unsur tidak memenuhi kewajiban khusus
ditujukan kepada Konsultan Hak Kekayaan Intelektual dan pegawai Direktorat Jenderal.
3. Perlindungan terhadap paten adalah juga merupakan pengakuan hak asasi
manusia sebagaimana tertuang dalam Pasal 27 ayat 2 Deklarasi Hak Asasi Manusia sedunia, bahwa setiap orang memiliki hak untuk mendapat
perlindungan untuk kepentingan moral dan materil yang diperoleh dari ciptaan ilmiah, kesusateraan dan artistik dalam hal dia sebagai pencipta. Perlindungan
dan penegakan hukum Hak Kekayaan Intelektual ditujukan untuk memacu penemuan baru di bidang teknologi dan untuk memperlancar alih serta
penyebaran yang dimaksud teknologi, dengan tetap memperhatikan produsen dan penggunaan pengetahuan tentang teknologi atau dilakukan dengan cara
menunjang kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Ruang lingkup perlindungan paten di Indonesia sesuai dengan
Undang-Undang No.14 Tahun 2001 Tentang Paten, meliputi: penemuan yang dapat diberikan paten, penemuan yang tidak dapat diberikan paten, subjek paten,
hak dan kewajiban pemegang paten dan pengecualian terhadap pelaksanaan dan pelanggaran paten. Perlindungan terhadap suatu penemuan timbul pada saat
invensi tersebut telah didaftarkan. Pemegang paten akan mendapatkan surat pendaftaran penemuan, yang mana surat pendaftaran ini dapat dijadikan sebagai
alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap penemuan tersebut. Perlindungan terhadap paten meliputi perlindungan dalam
kerangka nasional yaitu berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 2001 dan juga
Universitas Sumatera Utara
dalam kerangka internasional yaitu dengan adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang paten ini.
B. Saran