Streptococcosis pada ikan TINJAUAN PUSTAKA

ada beberapa kasus, toksin protein dan enzim tersebut berperan penting dalam resistensi terhadap sistem imun inang, baik komponen itu sendiri ataupun kombinasi dengan faktor virulen pada sel seperti kapsul atau protein permukaan. Segura dan Gottschalk 2004 menjelaskan faktor virulensi ekstraseluler pada bakteri ini terdiri dari kapsul polisakarida, hemolisin, pirogenik eksotoksin, hialuronidase, CAMP-faktor, superoksida dismutase dan bakteriosin. Sedangkan Glaser et al. 2002 menjelaskan faktor virulensi bakteri ini terdapat pada produk ekstraseluler diantaranya adalah kapsul polisakarida, protein permukaan dan protein hasil metabolisme. Selain faktor virulensi yang menjelaskan karakteristik interistik dari bakteri ini, patogenesitas S. agalactiae merupakan hal penting untuk diketahui terkait dengan proses perjalanan bakteri dari awal infeksi hingga menyebabkan kematian pada inang dalam upaya pengendalian penyakit. Hardi 2011 menyatakan bahwa tipe non hemolitik lebih virulen dibandingkan dengan tipe β hemolitik dilihat dari jumlah kematian yang lebih cepat dan banyak, perubahan pola renang, pola makan dan patologi anatomi secara makroskopis dan mikroskopis.

2.2 Streptococcosis pada ikan

Penyakit streptococcosis pada ikan pertama kali dilaporkan menyerang budidaya ikan rinbow trout pada tahun 1957 di Jepang Hoshina et al. 1958, sedangkan pada ikan air tawar pertama kali ditemukan pada ikan golden sea bream Robinson dan Meyer 1966. Saat ini streptococcosis menyerang budidaya ikan nila hampir di setiap negara Asia seperti di Cina, Vietnam, Filipina, Thailand dan Indonesia sedangkan di negara Amerika Latin ditemukan di Ekuador, Honduras, Meksiko dan Brazil Sheehan 2009. Streptococcosis pada ikan disebabkan oleh 6 spesies Gram positif yang berbeda termasuk didalamnya streptococci, lactococci dan vagocci Bercovier et al . 1997. Spesies utama yang bersifat patogenik penyebab streptococcosis adalah Streptococcus parauberis , S. iniae, S. agalactiae, Lactococcus garviae, L. piscium , Vagococcus salmoninarum dan Carnobacterium piscicola Bercovier et al. 1997; Eldar et al. 1997; Elder dan Ghittino 1999. Menurut Evans et al. 2006 penularan penyakit ini dapat terjadi melalui persinggungan dengan ikan sakit. Gejala yang ditimbulkan tergantung pada tingkat serangan, yaitu akut dan kronis. Pada tingkat kronis, gejala yang Nampak yaitu adanya memar seperti luka dipermukaan tubuh, bercak merah pada sirip, berenang lambat, sering berada didasar akuarium dan menyebabkan nafsu makan menurun. Gejala lain yang sering muncul abonormalitas pada mata exopthalmia, opacity dan purulens dan kehilangan keseimbangan whirling disease. Apabila serangan akut terjadi, maka akan terjadi kematian yang diduga karena adanya toksin, kehilangan cairan pada saluran pencernaan dan tidak berfungsinya sebagian organ. Streptococcosis menyebabkan meningoenchephalitis dan septikemia pada ikan. Organ target yang diserang adalah bagian otak cerebellum dimana terjadi degenerasi dan nekrosa di bagian kranial dan terjadi kongesti pembendungan pada pembuluh darah otak belakang. Sedangkan pendarahan juga terjadi pada jaringan dalam organ. Penyebaran S. agalactiae ke dalam organ ikan melalui darah, dimana bakteri ini masuk kedalam aliran darah, dapat tumbuh dan berkembang serta menyebar melalui darah Hardi 2011.

2.3 Pengendalian streptococcosis dengan vaksinasi