Perumusan Masalah Kappa Carrageenan as an Immunostimulant for Infectious Myonecrosis (IMN) Disease Control on Whiteleg Shrimp Litopenaeus vannamei

hubungannya sebagai imunostimulan, di antaranya adalah, Epinephelus fuscoguttatus yang diberi pakan mengandung sodium alginate atau k-karagenan, imunitasnya meningkat setelah dua minggu, bersamaan dengan meningkatnya resistensi melawan V. alginoliticus Cheng et al. 2008. Penelitian lainnya yaitu pemberian berbagai jenis karagenan melalui injeksi terhadap L. vannamei yang diinfeksi dengan V. alginoliticus, dapat meningkatkan total hemosit, aktivitas phenoloxidase, respiratory burst dan aktivitas fagositik setelah 24 jam secara signifikan Yeh and Chen 2008. Suryati 2010 dalam thesisnya menyatakan pemberian k-karagenan melalui injeksi dapat meningkatkan respons imun spesifik pada ikan lele dumbo Clarias sp, yang terukur dari kadar hematokrit, hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, diferensial leukosit dan indeks fagositik.

1.2 Perumusan Masalah

Dampak serangan penyakit IMN pada udang vaname sangatlah besar. Hingga saat ini belum ditemukan pengendalian yang tepat terhadap penyakit ini. Udang merupakan hewan invertebrate yang memiliki sistem imun yang primitif dibandingkan hewan vertebrate, karena udang tidak memproduksi antibodi pertahanan spesifik. Mekanisme pertahanan udang sangat bergantung pada kekebalan bawaan innate immunity, yaitu sistem pertahanan non-spesifik, yang terdiri dari komponen seluler dan komponen humoral yang sangat efektif dalam menangkal serangan pathogen Rusaini and Owens 2010. Salah satu alternatif pengendalian penyakit viral yang dapat dikembangkan adalah penggunaan k-karagenan dari rumput laut K. alvarezii, yang merupakan salah satu spesies dari alga merah. Karagenan sendiri adalah family dari polisakarida sulfat, yang diisolasi dari alga merah dan diketahui bersifat sebagai imunostimulan dan juga bersifat antiviral Wijesekara et al. 2011. Pemberian imunostimulan yang baik harus memperhatikan dosis dan frekuensi pemberian yang optimal. Menurut Couso et al. 2003 dosis pemberian imunostimulan yang tinggi dapat menekan mekanisme pertahanan, sedangkan dosis pemberian yang rendah tidak cukup atau kurang efektif untuk memberikan respons imun. Frekuensi pemberian imunostimulan merupakan hal yang penting Tanda titik dibaca sebagai desimal dalam pemberian imunostimulan untuk mencapai proteksi yang optimal. Pemberian imunostimulan yang berkelanjutan diperlukan untuk lebih memberikan kemampuan imun Cheng et al. 2004. Pemberian k-karagenan dari K. alvarezii, melalui pakan diharapkan mampu meningkatkan respons imun udang vaname dan dengan pemberian dosis dan frekuensi yang tepat diharapkan dapat meningkatan pertumbuhan dan resistensi udang terhadap serangan IMNV. Respons imun pada udang tergambar dari meningkatnya parameter imun dan resistensi udang tergambar dari kelangsungan hidup udang yang terinfeksi. Parameter imun yang mengekspresikan respons imun pada udang, berupa total hemosit, aktifitas fagositik, aktifitas phenoloxidase, diferensiasi hemosit yang terdiri dari sel hialin, sel granular dan semi granular Yeh and Chen 2009.

1.3 Tujuan dan Manfaat