Faktor Kebutuhan Pragmatis Gambaran Umum Arsitektur Bangunan Bersejarah di Surakarta

nama pemilik barunya sebagai tanda adanya perjualbelian yang sah. Hal tersebut dikuatkan oleh adanya data monografi dari Kalurahan Baluwarti yang menyebutkan adanya 2 buah tanah yang sudah bersertifikat di Baluwarti, 64 yang tidak lain adalah Dalem Ngabean dan Dalem Suryohamijayan. Secara tidak langsung alih kepemilikan tersebut juga akan mengubah tatanan arsitektur bangunan tersebut yaitu terlantarnya kedua bangunan tersebut karena tidak ada perhatian dan perawatan dari pemilik barunya. Terlebih dengan adanya “Desa Wisata” di Baluwarti, Dalem Ngabean akan digunakan oleh pemiliknya sebagai Home Stay bagi para wisatawan dalam waktu dekat ini. 65 Dengan adanya pengalih kepemilikan pada kedua dalem bangsawan itu, lama kelamaan memunculkan sebuah kecemburuan sosial pada masyarakat Baluwarti. Masyarakat Baluwarti mulai memprotes kebijakan yang diberlakukan pihak keraton selama ini dan mereka menuntut supaya dikeluarkannya sertifikat resmi atas tanah yang mereka tempati, karena selama ini masyarakat Baluwarti hanya mempunyai sebuah surat Palilah Griya pasiten beserta surat kontraknya yang salah satunya dipegang pihak keraton sebagai dokumen. Oleh sebab itu maka pada tahun 2002 mulai terjadi konflik di Baluwarti yang mempermasalahkan sertifikat tanah yang mereka tuntutkan dari pihak keraton. 66 Satu hal yang mendasari adanya konflik tersebut adalah bahwa masyarakat Baluwarti selama ini telah mengabdi, menempati, dan selalu menjalankan aturan- aturan yang diberlakukan pihak keraton, tetapi tidak diperbolehkan memiliki sertifikat tanah yang resmi, sedangkan pada Dalem Ngabean dan Suryohamijayan yang sebagaimana diketahui adalah dalem bangsawan yang seharusnya dijaga dan dipertahankan keberadaannya malah diperjualbelikan dengan pihak yang tidak ada kaitannya dengan Keraton Surakarta, sehingga bangunan tersebut menjadi terlantar karena tidak adanya perawatan dan perhatian dari pemilik barunya. Dengan adanya konflik tersebut perlu dilakukan pengkajian yang lebih mendalam. Perlu juga diingat bahwa tanah dan bangunan di Baluwarti juga dikuatkan dengan Undang Undang No. 5 tahun 1992, tentang cagar budaya, yaitu bahwa yang termasuk benda-benda cagar budaya yang perlu dilestarikan adalah benda-benda cagar budaya yang dimiliki secara turun temurun atau merupakan warisan. 67 D. Faktor-faktor yang Mendorong Perubahan Tatanan Arsitektur Tradisional Jawa di Baluwarti Surakarta.

1. Faktor Kebutuhan Pragmatis

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada perubahan tatanan arsitektur tradisional adalah kebutuhan pragmatis. Perkembangan masyarakat 64 Lihat Bab II, A. Wilayah Administratif Kalurahan Baluwarti Surakarta. 65 Wawancara dengan Tuti Orbawati, tanggal 5 Januari 2005. 66 Lihat Suara Merdeka, Sabtu 1 Juni 2002. 67 Lihat Dokumen Undang Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya. yang sangat kompleks dalam bidang kebutuhan sehari-hari mendorong perubahan dalam banyak bidang salah satunya adalah kebutuhan yang disesuaikan dengan keadaan jaman sekarang, misalnya bertambahnya anggota keluarga seperti anak dan cucu juga membutuhkan tempat yang layak bagi kelangsungan berkeluarga. Pada bangunan dalem bangsawan biasanya dibuatkan ruang pada gandhok atau dibangunnya pavilyun sebagai tempat tinggal baru. Sekarang ini cara pembangunannyapun sudah berbeda dengan cara pembangunan tempat tinggal jaman dulu. Pada jaman dulu pembangunan rumah menggunakan ukuran anggota tubuh manusia misalnya pecak, kilan, depa, dan lain-lain tetapi sekarang ukuran tersebut berubah menjadi ukuran skala meter yang disesuaikan dengan ukuran- ukuran bahan material bangunan saat ini misalnya panjang kayu, lebar ubin, pintu, jendela dan sebagainya. Ukuran pembangunan sebuah bangunan sekarang ini menggunakan skala meter karena ukuran dengan skala tubuh manusia bersifat relatif yang masing-masing orang berbeda. 68 Selain itu juga dikarenakan faktor bahan bangunan yang asli sangat sulit seperti kayu jati untuk saka. Saat ini sudah sangat sulit sekali mencari kayu yang seukuran bangunan yang asli, meskipun nanti dapat diperoleh pasti akan terbentur masalah transportasi dan lain-lain, oleh karena itu untuk mensiasatinya maka dipakailah bahan bangunan beton yang nantinya akan difinishing dengan cat atau bahan lain agar menyerupai kayu. 69 Selain lebih praktis, penggunaan bahan material dari beton dapat menambah tenaga pada struktur konstruksi bangunannya sehingga lebih kuat menopang atap, sebenarnya saat ini tidak perlu lagi menggunakan banyak saka pada sebuah bangunan karena saka dari beton lebih kuat daya topangnya, tetapi karena harus 68 Wawancara dengan GPH Puger, tanggal 30 November 2004. 69 Wawancara dengan GPH Dipokusumo, tanggal 8 Desember 2004. mempertahankan bentuk asli maka harus disesuaikan dengan bentuk aslinya. 70 Dalam pelaksanaan pembangunannyapun sekarang sudah menggunakan tukang borongan sehingga akan memakan waktu yang relatif cepat dan efisien dan tentunya masih melaksanakan aturan adat yang sudah ada yaitu harus menggunakan “samir” agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya kecelakaan kerja.

2. Faktor Kebutuhan Ekonomi.