Pendopo Pringgitan Dalem Falsafah tata ruang utama pada bangunan rumah tradisional Jawa

dipengaruhi oleh keinginan menjadi modern sering kehilangan ciri tradisionalnya. Sesuai dengan perubahan sosial akibat masyarakat menjadi lebih maju, maka simbol yang diberikan pada rumah tinggal juga berubah dari pemenuhan kebutuhan menjadi simbol status sosial. 35

D. Falsafah tata ruang utama pada bangunan rumah tradisional Jawa

1. Pendopo

Pendopo adalah bangunan yang berada paling depan dari sebuah bangunan tradisional Jawa. Bangunan pendopo merupakan bangunan terbuka, tidak mempunyai dinding pada keseluruhan sisinya. Pendopo juga tidak mempunyai sekat-sekat ruang atau rong-rongan di dalamnya, sehingga merupakan sebuah ruang yang luas dan hanya terdapat tiang-tiang atau saka pada bagian tengah bangunan. Pendopo mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai tempat untuk bersosialisasi antara penghuni rumah dengan masyarakat luas, selain itu pendopo juga berfungsi sebagai tempat penonton pertunjukan wayang yang diadakan di bagian pringgitan, oleh sebab itu pendopo merupakan ruang publik. Para penonton pertunjukan wayang selalu menghadap ke arah dalem ageng yang merupakan orientasi arah atau kiblat dan tidak hanya semata-mata menghadap pada pertunjukan wayang di pringgitan.

2. Pringgitan

Pringgitan merupakan sebuah tempat atau ruang yang dikhususkan hanya untuk pertunjukan wayang. Pringgitan terletak di antara dalem ageng 35 Parmono Atmadi. Arsitektur Tempat Tinggal, Pengaruh Hindu, Cina, Islam, Kolonial dan Modern. Op. cit. hal 13 dan pendopo. Antara dalem ageng dan pendopo tersebut terdapat sebuah pintu penghubung yang disebut Gebyok. Pintu atau Gebyok tersebut selalu tertutup dan hanya dibuka jika ada pertunjukan wayang. Gebyok berbentuk pintu inep loro atau kupu tarung. Selain itu di sebelah kanan dan kiri pringgitan biasanya juga terdapat tambahan ruang yang disebut Dhimpil. Dhimpil ini berfungsi sebagai tambahan ruang untuk melihat pertunjukan wayang yang biasanya dipakai oleh pemilik rumah. Pringgitan juga disebut sebagai ruang semi publik karena berada pada bagian kedua setelah ruang publik yaitu pendopo.

3. Dalem

Dalem merupakan tempat tinggal pokok, penting dan sakral, oleh karena itu dalem merupakan ruang privat. Dalem mempunyai 3 susunan ruang, yaitu senthong kiwa, senthong tengah, dan senthong tengen. 36 Senthong kiwa dan senthong tengen dalam kesehariannya berfungsi sebagai kamar tidur ayah, ibu dan anak-anak, sedangkan senthong tengah tidak digunakan sebagai kamar tidur melainkan digunakan sebagai tempat untuk menghormati Dewi Sri. Di dalam senthong tengah terdapat sebuah ruang yang disebut Pedaringan atau Petanen dan di dalam pedaringan tersebut terdapat ruang kecil yang disebut Krobongan. Krobongan ini bentuknya seperti tempat tidur lengkap dengan bantal, guling dan kasur. Di depan krobongan biasanya ditempatkan sesaji berupa bunga, paidon, lampu robyong dan lain-lain. Selain itu dalem juga berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu atau kerabat, biasanya terdapat meja dan kursi tamu di depan senthong kiwa atau tengen. Juga terdapat meja makan lengkap dengan kursi sebagai tempat berkumpulnya keluarga. 36 Ismunandar. Op. Cit. hal 93

BAB IV BERBAGAI PERUBAHAN NILAI DALAM ARSITEKTUR

TRADISIONAL JAWA DI BALUWARTI SURAKARTA

A. Gambaran Umum Arsitektur Bangunan Bersejarah di Surakarta

Kegiatan pembangunan pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan jalan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di sekitar lingkungan hidupnya, oleh karena itu pada hakekatnya pembangunan merupakan campur tangan manusia dalam hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan hidupnya dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam bagi kepentingannya. Dalam kegiatan pembangunan tersebut manusia diperkuat dengan kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pada taraf perkembangan sejarah budayanya manusia sering kali menganggap dirinya mampu untuk menguasai alam dan lingkungan hidupnya selama sumber daya alam masih dapat digali serta selama ilmu pengetahuan dan teknologi masih dapat dikembangkan. Pada taraf tersebut manusia sering kali lupa terhadap dasar pembangunan itu sendiri yaitu budaya dan religi. Begitu juga dalam bidang arsitektur, kebudayaan timur memang berbeda dengan kebudayaan barat yang memberi kebebasan kepada individu untuk berkembang sesuai dengan keinginannya dan alam sebagai sumber untuk dimanfaatkan. Kebudayaan timur justru dimulai dari pandangan dasar hubungan antar alam dan manusia. Arah pembentukan sikap budaya yang berbeda tersebut menghasilkan bentuk budaya yang berbeda pula. Kalau budaya barat tiap individu memiliki hak, maka individu pada budaya timur memiliki kewajiban.