mempertahankan bentuk asli maka harus disesuaikan dengan bentuk aslinya.
70
Dalam pelaksanaan pembangunannyapun sekarang sudah menggunakan tukang borongan sehingga akan memakan waktu yang relatif cepat dan efisien dan
tentunya masih melaksanakan aturan adat yang sudah ada yaitu harus menggunakan “samir” agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan misalnya
kecelakaan kerja.
2. Faktor Kebutuhan Ekonomi.
Kebutuhan ekonomi merupakan salah satu faktor pendukung adanya perubahan pada arsitektur bangunan. Faktor ekonomi yang kurang mencukupi
maupun yang tercukupi memberi dampak yang berbeda dalam aspek arsitektur bangunan tradisional Jawa. Masyarakat yang mempunyai kebutuhan ekonomi
yang kurang mencukupi biasanya mempunyai rumah yang masih asli dalam arti tidak ada perubahan yang mutlak pada bangunan rumahnya, tetapi karena desakan
kebutuhan ekonomi maka mereka terpaksa merombak beberapa bagian rumahnya seperti dijadikan kios, toko, rumah kontrakan atau home stay.
71
Pihak keraton tidak memperbolehkan adanya perubahan dalam bangunan rumah asli, sehingga
hanya bagian-bagian ruangnya saja yang dibenahi agar dapat digunakan sebagai usaha kecil-kecilan.
72
Perubahan tatanan rumah yang digunakan sebagai kios tidak begitu mengubah tatanan bangunan rumah yang asli, hanya bagian depannya saja
yang disesuaikan dengan bentuk kios atau toko. Selain itu bagian interior ruang tamu bisa diberi sekat sehingga terdapat ruang yang mencukupi yang dapat
digunakan sebagai usaha wartel yang terdiri dari boks telephone dan ruang tunggu
70
Wawancara dengan GPH Dipokusumo, tanggal 8 Desember 2004.
71
Lihat Lampiran III, Gambar No.2
72
Wawancara dengan Joni, tanggal 14 Desember 2004.
dan hal tersebut tidak akan mengubah bentuk bangunan yang asli secara baku.
73
Perubahan dalam tatanan interior tersebut juga harus melalui perijinan dari pihak keraton, dan setelah semuanya jelas dan keraton mengijinkan maka perubahan
dapat dilaksanakan.
74
Dalam hal kepariwisataan, keraton juga sangat mendukung adanya suatu home stay yang berada di Baluwarti karena selain dapat menaikkan
pendapatan perekonomian juga dapat memperkenalkan adat Jawa pada para turis lokal maupun mancanegara.
75
Saat ini sudah banyak rumah di Baluwarti yang dikontrakkan, terdapat juga sebuah home stay untuk para turis yang tinggal di
Baluwarti. Home stay yang ada di Baluwarti merupakan bangunan tembok indish, tetapi dengan kemunculan “Desa Wisata” yang bertempat di Baluwarti
maka akan dibuat sebuah home stay rumah tradisional Jawa yaitu pada Dalem Ngabean dalam waktu dekat.
76
Tatanan arsitektur rumah tradisional Jawa memang mempunyai perbedaan antara penghuni yang memiliki status ekonomi yang kurang tercukupi dengan
yang tercukupi. Masyarakat yang mempunyai status ekonomi yang tercukupi memang mempunyai kelengkapan-kelengkapan rumah tangga yang lebih lengkap
dan modern, misalnya saja dalam bidang transportasi, komunikasi dan arsitektur bentuk rumah. Kepemilikan sarana transportasi seperti mobil dan sepeda motor
merupakan faktor perubah tatanan arsitektur biarpun tidak secara langsung. Masyarakat yang memiliki mobil mau tidak mau harus menyisihkan sebagian
ruang pada rumahnya yang akan digunakan sebagai garasi, sehingga pembuatan garasi itulah yang menyebabkan tatanan arsitektur bangunan menjadi berubah.
Begitu juga dengan masyarakat status ekonomi atas yang ingin mengubah tatanan
73
Wawancara dengan Waginem, tanggal 14 Desember 2004.
74
Wawancara dengan Sunarto, tanggal 14 Desember 2004.
75
Wawancara dengan Taufik Efendi, tanggal 4 Januari 2005.
76
Wawancara dengan Tuti Orbawati, tanggal 4 Januari 2005.
arsitektur rumahnya. Karena penggunaan komponen kayu yang terbatas maka dipakailah bahan beton pada struktur bangunannya, dan menggunakan finishing
berbagai warna cat sehingga nampak menjadi rumah modern, selain itu pada bagian lantai yang dulu menggunakan ubin sekarang diganti menjadi keramik atau
marmer, hiasan interiornya juga beragam misalnya lukisan dinding, jam antik, kursi antik dan lain-lain yang secara tidak langsung sudah berubah menjadi rumah
bernuansa Jawa modern.
77
Status ekonomi memang menjadi salah satu faktor pendorong perubahan arsitektur bangunan Jawa, penggantian komponen
bangunan maupun strukturnya telah banyak dilakukan. Beberapa rumah di Baluwarti sudah ada yang menggunakan bangunan tembok bertingkat dengan
gaya rumah modern yang karena kemampuan ekonomi tercukupi hal semacam itu dilakukan padahal di kompleks Baluwarti tidak diperbolehkan adanya rumah
bertingkat, hal tersebut berdasarkan filosofi Jawa yang melarang sebuah bangunan di Baluwarti tidak boleh melebihi ketinggian bangunan keraton.
78
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.