Oksigen Terlarut Klorofil a

ikan dan hewan air di sekitarnya. Nilai pH air normal adalah antara pH 6 sampai 8, sedangkan pH air terpolusi, berbeda-beda nilainya tergantung dari jenis buangan Fardiaz 1992. Kriteria baku mutu kualitas air dapat dilihat pada tabel 1.

2.2.4. Salinitas

Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil °oo atau ppt atau gramliter. Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam suatu sampel klorinitas. Sebagian besar petambak membudidayakan udang dalam air payau 15-30 ppt. Menurut Khordi 1997 ikan bandeng akan memiliki pertumbuhan optimum pada kisaran salinitas 10-35 per mil. Sedangkan udang windu Penaeus monodon, dan udang peci P. merguensis akan tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 15-22 O oo. Kriteria baku mutu kualitas air dapat dilihat pada tabel 1.

2.2.5. Oksigen Terlarut

Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer Effendi 2003. Kehidupan makhluk hidup di dalam air tumbuhan dan biota air tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen terlarut atau dissolved oxygen DO minimal yang diperlukan. Oksigen terlarut dalam air dapat berasal dari hasil proses fotosintesis oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya, dan difusi dari udara Hariyadi et al. 1992. Kadar oksigen terlarut di perairan dipengaruhi oleh proses aerasi, fotosintesis, respirasi, dan oksidasi bahan organik Effendi 2003. Terdapat suatu hubungan antara kadar oksigen dengan suhu, dimana semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigen semakin berkurang. Peningkatan suhu sebesar 1 C akan meningkatkan konsumsi oksigen sebesar 10. Hampir semua organism akuatik menyukai kondisi dengan kelarutan oksigen 5 mgliter Effendi 2003. Kriteria baku mutu kualitas air dapat dilihat pada tabel 1.

2.2.6. Klorofil a

Klorofil yang lebih dikenal dengan zat hijau daun merupakan pigmen yang terdapat pada organisme produsen yang berfungsi sebagai pengubah karbondioksida menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis. Klorofil mempunyai rumus kimia C 55 H 72 O 5 N 4 Mg dengan atom Mg sebagai pusatnya. Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien terutama nitrat, fosfat, dan silikat. Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut. Selain itu “grazing” juga memiliki peran besar dalam mengontrol konsentrasi klorofil-a di laut Hatta 2002 dalam Herawaty 2008. Kesuburan suatu perairan pada dasarnya akan mencerminkan tinggi rendahnya produktivitas perairan setempat. Produktivitas primer suatu perairan sangat tergantung pada kemampuan perairan tersebut dalam mensitesis bahan organik menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Dalam hal ini, peranan organisme yang mengandung klorofil sangat besar. Sebagaimana diketahui bahwa fitoplankton merupakan organisme yang mengandung klorofil-a dengan grup terbesar di lautan dan merupakan individu yang penting di laut karena peranannya sebagai produsen utama primary producer. Fitoplankton mempunyai kemampuan menyerap langsung energi matahari untuk proses fotosintesis yang dapat mengubah zat anorganik menjadi zat organik yang dikenal sebagai prodiktivitas primer. Klorofil-a merupakan salah satu pigmen yang terkandung dalam fitoplankton dan merupakan bagian terpenting dalam proses fotosintesis. Klorofil-a sebagian besar dikandung oleh sebagian besar dari jenis fitoplankton yang hidup di dalam laut Carolita et. al. 1999 dalam Herawaty 2008.

2.2.7. Alkalinitas