18 1. Lahan
Lahan usahatani sering diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan untuk kegiatan usahatani. Lahan ini dapat berupa tanah
pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan berdasarkan statusnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu lahan milik, lahan sewa,
dan lahan sakap. 2. Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah
yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam faktor produksi tenaga kerja adalah ketersediaan
tenaga kerja, kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, tenaga kerja musiman dan upah tenaga kerja.
3. Modal Modal dalam kegiatan produksi pertanian dibedakan menjadi dua
macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap atau variabel. Modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang
tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal ini terdiri dari tanah bangunan, mesin dan sebagainya. Sementara itu modal tidak tetap adalah
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi. Misalnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk
pembelian benih, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. 4. Pengelolaan atau Manajemen
Manajemen dapat diartikan sebagai seni dalam merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan serta mengevaluasi suatu produksi.
Manajemen berhubungan erat dengan dengan bagaimana mengelola orang- orang dalam tingkatan proses produksi.
3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani
Salah satu kajian yang dipelajari dalam ilmu usahatani adalah mengenai pendapatan usahatani. Setiap orang yang melakukan kegiatan usahatani memiliki
tujuan untuk memperoleh pendapatan ataupun penghasilan. Soekartawi 1995 menyatakan bahwa Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan
19 dan semua biaya atau pengeluaran. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Hernanto 1989 menjelaskan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua sumber usahatani meliputi
jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai penggunaan rumah dan yang dikonsumsi.
Biaya atau pengeluaran usahatani adalah biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan usahatani. Biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani yang jumlahnya relatif tetap tidak bergantung kepada besar
kecilnya produksi. Contoh biaya tetap adalah biaya pajak. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang nilainya bergantung pada nilai produksi yang
diperoleh. Contoh biaya variabel adalah baiaya untuk tenaga kerja Soekartawi 1995.
Selain pengklasifikasian di atas biaya atau pengeluaran usahatani dapat digolongkan berdasarkan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai
adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung oleh petani dalam bentuk penggunaan uang untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan
usahatani. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang muncul dari kegiatan usahatani, namun tidak dilakukan pembayaran secara langsung seperti
biaya penyusutan, tenaga kerja keluarga, biaya lahan dan lain-lain Hernanto 1996.
Hernanto 1989 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani meliputi luas usahatani, tingkat produksi, pilihan dan
kombinasi cabang usahatani, intensitas pengusahaan pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja. Luas usahatani yang diukur adalah berdasarkan areal tanaman, luas
pertanaman, dan luas per tanaman rata-rata. Sedangkan untuk tingkat produksi yang menjadi patokan pengukuran adalah produktivitas per hektar dan indeks per
tanaman. Sementara itu untuk intensitas pengusahaan pertanaman dapat dilihat dengan jumlah tenaga kerja serta modal yang dipergunakan.
Kegiatan usahatani suatu komoditi dapat dilihat kelayakan usahanya melalui rasio penerimaan atas biaya. Rasio penerimaan atas biaya adalah
perbandingan antara penerimaan dengan total biaya per usahatani Suratiyah,
20 2006. Rasio penerimaan atas biaya juga menunjukan berapa besarnya penerimaan
yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi usahatani. Rasio penerimaan atas biaya dapat digunakan untuk mengukur tingkat
keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari nilai rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu kegiatan usahatani tersebut
menguntungkan ataupun merugikan.
3.1.3. Konsep Fungsi Produksi