Dari grafik dapat dilihat bahwa kekerasan buah naga pada empat komposisi gas mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh ukuran dan tingkat kemasakan yang tidak seragam
dimana ukuran yang lebih kecil dan kemasakan yang lebih tinggi akan lebih mudah lunak. Secara keseluruhan, buah naga tidak mengalami perubahan kekerasan yang cukup berarti hingga akhir
penyimpanan. Nilai rata-rata kekerasan tertinggi adalah pada konsentrasi 4-6 O ₂ dan 6-8 CO₂
sedangkan untuk tiga komposisi yang lain memiliki rata-rata kekerasan yang hampir sama. Tidak berpengaruhnya kekerasan buah naga ini dapat disebabkan oleh kulit buah yang cukup tebal
sehingga cukup melindungi daging dari kerusakan akibat pengaruh luar. Dari hasil uji analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan diperoleh bahwa keempat
komposisi atmosfer yang diujikan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan kecuali pada hari ke-16. Pada hari ke-16 komposisi 4-6 O
₂ dan 6-8 CO₂ berbeda nyata dan merupakan komposisi yang menunjukkan tingkat kekerasan terbaik. Komposisi 2-4 O
₂ dan 6-8 CO₂ tidak berbeda nyata signifikan dengan komposisi kontrol. Komposisi 2-4 O
₂ dan 4-6 CO₂ berbeda nyata dan memiliki kekerasan terendah. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan
kekerasan buah naga dapat dilihat pada Lampiran 8.
3. Total Padatan Terlarut
Total padatan terlarut menunjukkan kadar gula yang terkandung pada buah. Semakin tinggi nilai total padatan terlarut maka semakin besar pula kadar kemanisan buah. Menurut
Burton 1982, sintesis sukrosa maupun heksosa di dalam jaringan tanaman melalui proses hidrolisi pati oleh enzim amylase. Proses ini menjadi tidak efektif pada kondisi suhu rendah
dengan lingkungan yang mengandung 0-3 O₂. Hasil pengujian total padatan terlarut dapat dilihat pada Gambar 11 dan tabel pada Lampiran 4.
Gambar 11. Grafik perubahan total padatan terlarut buah naga pada berbagai komposisi atmosfer Dari grafik total padatan terlarut tidak terlihat perubahan yang signifikan dan cenderung
fluktuatif. Kecenderungan perubahan yang terjadi diduga karena selama penyimpanan dingin, air di dalam buah naga mengalami respirasi dan transpirasi sehingga kandungan bahan padatan
meningkat. Grafik yang fluktuatif dapat disebabkan kurang seragamnya ukuran dan kematangan sampel sehingga perubahan tidak tampak jelas.
Dari hasil uji analisis sidik ragam dan uji lanjut diperoleh bahwa keempat komposisi atmosfer yang diujikan tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan teralarut kecuali pada hari
8.00 10.00
12.00 14.00
16.00
5 10
15 20
25 30
Total Padatan
Terlarut Brix
Hari ke‐
2 ‐4 O₂ 6‐8 CO₂
2 ‐4 O₂ 4‐6 CO₂
4 ‐6 O₂ 6‐8 CO₂
21 O₂ 0.03 CO₂
ke-2 dan ke-6. Pada hari ke-2 semua sampel berbeda nyata tetapi tidak signifikan. Pada hari ke-6 menunjukkan bahwa komposisi atmosfer kontrol memiliki tingkat total padatan terlarut paling
rendah sedangkan tiga komposisi lainnya tidak berbeda nyata.
4. Perubahan Warna
Warna merupakan penentu kualitas dan parameter kritis bagi konsumen dalam memilih buah. Data warna dinyatakan dengan nilai L kecerahan dan nilai a merah-hijau. Penurunan
nilai L yang semakin membesar menunjukkan buah yang semakin rusak karena warnanya semakin pucat. Nilai a menyatakan warna akromatik merah-hijau. Nilai a buah yang semakin
besar menunjukkan buah semakin mendekati kebusukan. Data nilai L dan a pada buah naga pada berbagai komposisi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6. Sedangkan grafik nilai
L dan nilai a dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
Gambar 12. Grafik perubahan warna nilai L buah naga pada berbagai komposisi atmosfer
30.000 35.000
40.000 45.000
5 10
15 20
25 30
Nilai L
Hari ke‐
2 ‐4 O₂ 6‐8 CO₂
2 ‐4 O₂ 4‐6 CO₂
4 ‐6 O₂ 6‐8 CO₂
21 O₂ 0.03 CO₂
35.000 40.000
45.000 50.000
5 10
15 20
25 30
Nilai a
Hari ke‐
2 ‐4 O₂ 6‐8 CO₂
2 ‐4 O₂ 4‐6 CO₂
4 ‐6 O₂ 6‐8 CO₂
21 O₂ 0.03 CO₂
Gambar 13. Grafik perubahan warna nilai a buah naga pada berbagai komposisi atmosfer
Menurut Pantastico 1986, penggunaan O₂ dalam penyimpanan harus mempertimbangkan perbandingannya dengan CO₂ karena pada konsentrasi O₂ yang rendah pada sayur dan buah dapat
menimbulkan penyimpangan bau sebagai akibat proses fermentasi. Sedangkan kandungan CO₂ yang terlalu tinggi dapat menurunkan reaksi-reaksi sintesis pematangan protein dan zat warna,
menghambat beberapa kegiatan enzimatik, mengganggu metabolisme asam organik yang menimbulkan penimbunan asam suksinat, memperlambat pemecahan zat-zat pektin, menghambat
sintesis klorofil, dan merubah perbandingan berbagai jenis gula.
Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai L cenderung menurun walaupun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Nilai rata-rata kecerahan L tertinggi adalah pada komposisi gas 4-
6 O ₂ dan 6-8 CO₂, sedangkan nilai rata-rata terendah ada pada komposisi kontrol. Hal ini
menunjukkan pada komposisi kontrol, buah naga paling cepat menuju warna hitam atau busuk selama masa penyimpanan.
Dari hasil uji analisis sidik ragam diperoleh bahwa keempat komposisi atmosfer yang diujikan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan nilai warna L buah naga. Hasil uji lanjut
Duncan juga menyatakan bahwa antar keempat komposisi tidak berbeda nyata terhadap kecerahan buah. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan kecerahan L buah
naga dapat dilihat pada Lampiran 10.
Selain perubahan nilai kecerahan L, juga terjadi perubahan nilai a. Keempat komposisi gas memiliki tren naik kecuali pada komposisi 2-4 O
₂ dan 4-6 CO₂. Meningkatnya nilai a menunjukkan buah semakin mengarah ke kebusukan. Fluktuasi nilai L dan a dapat disebabkan
kurang menempelnya seluruh penampang chromameter karena terhalang sisik buah naga sehingga terpengaruh oleh cahaya lingkungan.
Pada uji analisis sidik ragam diperoleh bahwa keempat komposisi gas yang diujikan berpengaruh nyata kecuali pada hari ke-2, 4 dan 10. Hasil uji lanjut Duncan menyatakan bahwa
komposisi 2-4 O ₂ dan 6-8 CO₂ dan 2-4 O₂ dan 4-6 CO₂ berbeda nyata terhadap 4-6 O₂
dan 6-8 CO ₂. Komposisi 2-4 O₂ dan 4-6 CO₂ mempunyai nilai terendah dibanding tiga
komposisi yang lain. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan perubahan nilai a buah naga dapat dilihat pada Lampiran 11.
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
10 20
30 40
Hari ke‐
Nilai O
rganoleptik
2 ‐4 O₂ dan 6‐8 CO₂
2 ‐4 O₂ dan 4‐6 CO₂
4 ‐6 O₂ dan 6‐8 CO₂
21 O₂ dan 0.03 CO₂
5. Organoleptik