Tabel 7. Berat optimal buah naga untuk kemasan stretch film Konsentrasi
Tebal film Permeabilitas
Luas kemasan Laju respirasi
Berat mil ml.milm².jam.atm m²
mlkg.jam kg 2 O₂
0.57 342 0.0216
3.95 0.623
4 O₂ 0.57 342 0.0216
3.95 0.558
6 CO₂ 0.57 888 0.0216
4.15 0.487
8 CO₂ 0.57 888 0.0216
4.15 0.649
Tabel 8. Berat optimal buah naga untuk kemasan polypropylene
Konsentrasi Tebal film
Permeabilitas Luas kemasan
Laju respirasi Berat
mil ml.milm².jam.atm m² mlkg.jam kg
2 O₂ 1.14 265 0.0144
3.95 0.161
4 O₂ 1.14 265 0.0144
3.95 0.144
6 CO₂ 1.14 364 0.0144
4.15 0.066
8 CO₂ 1.14 364 0.0144
4.15 0.089
E. Penyimpanan Buah Naga dalam Kemasan Atmosfer Termodifikasi dengan
Film Terpilih
Buah naga diletakkan di atas Styrofoam dan dikemas menggunakan plastik stretch film dan polypropylene. untuk menghindari kebocoran udara antara styrofoam dan plastik pp maka
diguanakan isolasi sebagai perekat. Pengemasan yang kurang rapat dapat menyebabkan gas CO₂ dan O₂ dalam kemasan terpengaruh oleh komposisi gas ruangan. Untuk kemasan stretch film
digunakan mesin wrapping sebagai alat bantuk membungkus sehingga pengemasan lebih cepat dan rapat.
Pengamatan dilakukan hingga uji organoleptik mencapai batas penolakan konsumen. Parameter yang diamati pada perlakuan ini terdiri atas susut bobot, kekerasan, total padatan
terlarut, perubahan warna dan uji organoleptik. Setiap hari juga dilakukan pengukuran terhadap konsentrasi CO₂ dan O₂ dalam kemasan untuk mengetahui apakah komposisi atmosfer yang
diinginkan 2-4 O ₂ dan 6-8 CO₂ tercapai.
1. Perubahan Konsentrasi CO₂ dan O₂ dalam Atmosfer Kemasan
Buah naga dikemas dengan dua jenis film kemudian disimpan pada suhu terpilih 10°C. Pada kemasan polypropylene tampak titik-titik embun setelah disimpan beberapa
saat dalam refrigerator. Hal ini disebabkan oleh transmisi uap air untuk kemasan polypropylene
3.8 gm²hari lebih kecil daripada transmisi uap air kemasan stretch film 21 gm²hari sehingga uap air sebagai hasil dari proses respirasi tidak berhasil menembus
keluar kemasan. Keadaan yang lembab ini dapat mempercepat kerusakan pada buah karena mikroorganisme. Tidak demikian dengan yang terjadi pada kemasan stretch film. Grafik
perubahan konsentrasi CO₂ dan O₂ dalam dua kemasan yang diujikan dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17.
5 10
15 20
25
5 10
15 20
25
Konsentrasi
Hari ke‐
30
CO2 O2
5 10
15 20
25
5 10
15 20
Konsentrasi
Hari ke‐
25
CO2 O2
Gambar 16. Perubahan konsentrasi CO₂ dan O₂ pada kemasan stretch film selama
penyimpanan
Gambar 17. Perubahan konsentrasi CO₂ dan O₂ pada kemasan polypropylene selama penyimpanan
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa konsentrasi CO₂ meningkat dan O₂ berkurang selama penyimpanan dikarenakan oleh respirasi yang masih terjadi pada buah. Untuk
kemasan stretch film, konsentrasi CO₂ sedikit meningkat kemudian stabil di kisaran angka 1 dan tidak mencapai konsentrasi gas yang diinginkan. Tidak demikian dengan kemasan
polypropylene yang peningkatan konsentrasi CO₂-nya meningkat hingga akhir batas
penolakan konsumen dan mencapai konsentrasi gas yang diinginkan yaitu mencapai 2.08. Pada kedua kemasan, konsentrasi O₂ tidak mencapai konsentrasi yang diinginkan. Keadaan
buah selama pengemasan dapat dilihat pada Gambar 18. Secara umum tidak optimalnya pengukuran perubahan konsentrasi ini dapat
dikarenakan terjadi kebocoran pada kemasan meskipun hal itu sudah diantisipasi, kebocoran gas pada saat pengukuran konsentrasi gas dan kebocoran pada continues gas analyzer
mengingat alat sudah tidak berfungsi maksimal.
stretch film
polypropylene
Hari ke-0
Hari ke-2
Hari ke-4
Hari ke-6
Hari ke-8
Hari ke-10
s
Hari ke-19
Hari ke-22
Hari ke-25 tretch film
polypropylene
Gambar n polypropylene dalam kemasan atmosfer
termodifikasi Hari ke-13
Hari ke-16
18. Perubahan warna dan perbandingan akumulasi uap air buah naga pada suhu 10°C dalam kemasan stretch film da
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
10 2
Susut bobot
30
Hari ke‐
SF PP
0.300 0.500
0.700 0.900
1.100
5 10
15 20
25 30
Kekerasan kgf
Hari ke‐
SF PP
2. usut Bobot