Pendekatan Tugas per Tugas Jabatan

b. Pendekatan Objek Kerja

Objek kerja yang dimaksud disini adalah objek yang dilayani dalam pelaksanaan pekerjaan. Metoda ini dipergunakan untuk jabatan yang beban kerjanya bergantung dari jumlah objek yang harus dilayani. Sebagai contoh, bagian Humas pada objek penelitian yang bertugas untuk melayani pengaduan pelanggan, maka objek kerja jabatan pegawai bagian Humas adalah adalah pelanggan. Banyaknya volume pekerjaan pegawai bagian Humas tersebut dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan. Pendekatan melalui metode ini memerlukan informasi tentang wujud objek kerja dan satuan, jumlah beban kerja yang tercermin dari banyaknya objek yang harus dilayani, dan standar kemampuan rata-rata untuk melayani objek kerja.

c. Pendekatan Peralatan Kerja

Peralatan kerja adalah peralatan yang digunakan dalam bekerja. Metode ini digunakan untuk jabatan yang beban kerjanya bergantung pada perlatan kerjanya. Sebagai contoh, bagian Administrasi dan Keuangan pada objek penelitian, dimana beban kerjanya bergantung pada operasional komputer dimana ia dapat mengetahui jumlah rekening yang harus dibayarkan maupun mencari dan membuat data lainnya seperti data keuangan perhari, perbulan, maupun pertahunnya. Adapun informasi yang diperlukan dalam metode ini adalah satuan alat kerja, jabatan yang diperlukan untuk pengoperasian alat kerja, jumlah alat kerja yang dioperasikan dan rasio jumlah pegawai per jabatan per alat kerja RPK.

d. Pendekatan Tugas per Tugas Jabatan

Metode ini digunakan untuk menghitung kebutuhan pegawai pada jabatan yang hasil kerjanya banyak jenisnya seperti yang terdapat pada pekerjaan pengadiminitrasian umum. Informasi yang diperlukan untuk dapat menghitung dengan metode ini adalah, uraian tugas beserta jumlah beban untuk setiap tugas, waktu penyelesaian tugas, dan jumlah waktu kerja efektif perhari rata-rata.

2.1.3 Work Sampling

Menurut Sritomo 1989, Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerjaoperator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti. Barnes yang dikutip dari Novera 2010 menyatakan bahwa work sampling digunakan untuk mengukur aktifitas pegawai dengan menghitung waktu yang digunakan untuk mengukur aktifitas pegawai dengan menghitung waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja dalam jam kerja mereka, kemudian disajikan dalam bentuk persentase. Metode work sampling mengamati apa yang dilakukan oleh responden dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian melalui metode ini adalah waktu kegiatan dan kegiatannya bukan siapa yang melakukan kegiatan. Lalu menyambung pernyataan tersebut, Barnes menyatakan ada tiga kegunaan utama dari work sampling, yaitu : 1. Aktivity and Delay Sampling, yaitu untuk mengukur aktifitas dan penundaan aktifitas dari seorang pekerja. Contohnya adalah dengan mengukur persentase seseorang bekerja dan persentase seseorang tidak bekerja. 2. Performance Sampling, yaitu untuk mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja, dan waktu yang tidak diguanakn untuk bekerja. 3. Work Measuremenet untuk menetapkan waktu standar dari suatu kegiatan. Tahapan-tahapan yag harus dilaksanakan dalam melakukan survei pekerjaan denga work sampling di antaranya adalah : 1. Menentukan jenis personil yang akan diteliti. 2. Apabila personil berjumlah banyak, maka perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personal yang akan diamati. 3. Membuat formulir daftar kegiatan. 4. Melatih pelaksanaan peneliti mengenai tata cara pengamatan kerja dengan menggunakan work sampling. Petugas pelaksanaan sebaiknya mempunyai latar belakang pendidikan yang sejenis dengan subjek yang akan diamati untuk mempermudah dalam proses pengamatan. Setiap pelaksana peneliti mengamati lima hingga delapan personil yang sedang bekerja. 5. Pengamatan dilakukan dengan intreval dua sampai 15 menit tergantung karakteristik pekerjaan. Makin tinggi tingkat mobilitas pekerjaan yang diamati maka semakin pendek waktu pengamatan. Semakin pendek jarak pengamatan maka semakin banyak sampel pengamatan yang dapat diamati oleh peneliti, sehingga akurasi penelitian menjadi semakin akurat. Pengamatan dilakukan selama jam kerja. Apabila jenis tenaga yang diteliti berfungsi selama 24 jam maka pengamatan dilaksanakan sepanjang hari. Sementara itu menurut Modul work sampling Universitas Islam Indonesia menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling kerja, yaitu: 1. Tingkat kepercayaan Confidence Level. 2. Tingkat ketelitian Degree of Accuracy. Sritomo 1989 pada modul tersebut, menyatakan bahwa melalui asumsi bahwa asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas yang akan menganggur idle atau produktif mengikuti pola distribusi normal, maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan formulasi sebagai berikut: p S p K N × − = 2 2 1 .............................................................. 1 Keterangan: P = Prosentase kejadian yang diamati persentase produktif dalam angka desimal. K = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil. S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal.

2.2. Penelitian Terdahulu