Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou Kabupaten Simalungun (1987-2000)

(1)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA LIHOU KABUPATEN SIMALUNGUN (1987-2000)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

Desriany Panjaitan 060706014

Pembimbing

Dra. SP Dewi Murni, M.A NIP. 195408141984032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi Salah satu syarat ujian Sarjana Sastra

Dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA LIHOU KABUPATEN SIMALUNGUN (1987-2000)

Yang diajukan oleh Nama : Desriany Panjaitan Nim : 060706014

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh Pembimbing

Dra. SP Dewi Murni, M.A Tanggal,

NIP. 195408141984032002

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal,

NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M. Hum NIP 196409221989031001


(4)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Bukan dengan kekuatanku ku dapat jalani hidupku Tanpa Tuhan yang disampingku ku tak mampu sendiri Engkaulah kuatku yang selalu menopangku

Kupandang wajahMu dan berseru permohonanku datang Darimu Peganglah tanganku jangan lepaskan Kaulah harapan dalam hidupku

Betapa kumencintai segala yang telah terjadi Tak pernah sendiri jalani hidup ini selalu menyertai Kau selalu memberi rancangan terbaik oleh karena kasih Bapa sentuh hatiku ubah hidupku menjadi yang baru

Bagai emas yang murni Kau membentuk bejana hatiku Ajarku mengerti sebuah kasih yang selalu memberi Bagai air mengalir yang tiada pernah berhenti.

Berbahagialah orang yang suci hatinya Karena mereka akan melihat Allah.

(matius 5:8) Skripsi ini saya persembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan dan kedua orang tua saya:

Ayahanda : A. Panjaitan Ibunda : R. Manurung

Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada orang-orang yang saya kasihi.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puja dan puji penulis haturkan kepadaNYA pemilik dan pemelihara hidup, yang senantiasa memberikan kekuatan, bimbingan, kesehatan, pertolongan serta ketekunan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, meskipun banyak sekali tantangan maupun hambatan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena keterbatasan pengetahuan penulis, kemampuan, pengalaman, maupun literatur yang dimiliki penulis. Meski menghadapi berbagai tantangan, berkat usaha yang gigih dari penulis, dan berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghormatan yang mendalam kepada:

1. Kepada kedua orang tuaku tercinta A. Panjaitan dan R. manurung yang senantiasa mengasihi, dan menyayangi sejak lahir hingga saat ini, dan selalu memberi dukungan yang tak ternilai harganya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua saudaraku, b’Helwin Panjaitan dan adikku Novelina Cerelia Panjaitan yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara beserta staf dan pegawainya.


(6)

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum, selaku Ketua Departemen Ilmu Sejarah FS-USU dan Dra. Nurhabsyah M. Si selaku sekretaris Departemen, yang telah membantu penulis selama dalam masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M. Hum selaku dosen wali penulis.

5. Ibu Dra. Sri Pangestri Dewi Murni, M.A selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini, yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan, dan telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Kebaikan ibu senantiasa penulis ingat, dan semoga Tuhan memberikan berkatNYA kepada ibu dan keluarga.

6. Bapak dan ibu dosen serta staf administrasi pendidikan Departemenn Ilmu Sejarah (B’Ampera) yang telah banyak membantu penulis mulai masa awal perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Ir. Jhon Pariaman Saragih sebagai Direktur Utama PDAM Tirta Lihou Kabupaten Siamalungun dan kepala Bagian Keuangan Bapak Firman Simanjuntak dan seluruh pegawai PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun. 8. Seluruh informan yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-temanku khususnya Sancani Angelia Tamba, Kariani Zalukhu, Derni

Simanjuntak, Desmika Sembiring, Jhondato Sagala, yang telah banyak memberikan dorongan, dan bantuan dalam penulisan skripsi ini. Dan juga kepada Ramlan, Eva, Fri Yanti, Kalvin, dan teman-teman stambuk 2006 semua.

10.Kepada Franky Moses (kaka Slank) yang sangat banyak membantu penulis, jasa dan semangat yang kamu berikan kepada ku akan ku ingat selalu dan tak


(7)

akan pernah ku lupakan. Kaulah inspirasi yang bisa mengubah ku untuk menjadi yang lebih baik (makasih banyak).

11.Kepada k’Lina (makasih ya kakak ku sayang telah banyak memberi ku semangat dan memberi ku makanan yang membuat ku menangis dan tidak akan pernah lagi memakannya, love you), k’cimot, b’Jonathan, deby, Tika, Benny, Meris, Yunita, Krisman, Osmail yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak seluruhnya disebutkan dalam penyusunan skripsi ini, saya mengucapkan banyak terima kasih. Semoga semua kebaikan yang penulis terima dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Medan, Maret 2011 Penulis


(8)

ABSTRAK

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia yang berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan fisik. Pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan air merupakan tanggung jawab setiap masyarakat, akan tetapi pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai amanat UUD Tahun 1945 yaitu dengan membangun berbagai prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum baik di perkotaan maupun di pedesaan di seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan air minum yang ada di Sumatera Utara pada umumnya berasal dari warisan pemerintah kolonial Belanda yang dikenal dengan nama Water Leading Bedriyf. Pembangunan sarana air minum di Kabupaten Simalungun telah dimulai sejak tahun 1970 berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Simalungun No. 2. Pada tahun 1983 bardasarkan peraturan daerah No. 12 PDAM mengalami perubahan nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun. Namun pelaksanaan perubahan status perusahaan air minum ini baru terlaksana setelah tahun 1987 sesuai dengan surat keputusan Bupati KDH tingkat II Simalungun No. 188-342/1940/HUK/1987 tanggal 13 Januari 1987. Dampak yang ditimbulkan dari berdirinya PDAM Tirta Lihou adalah terbukanya usaha-usaha rumah-rumah makan, penginapan, penyediaan air untuk perkantoran, untuk rumah-rumah ibadah, dan sekolah-sekolah.

Sebagai sebuah perusahaan yang baru berdiri, pengelolaannya masih memerlukan proses yang panjang dengan dukungan dari berbagai pihak, maka PDAM Tirta Lihou belum begitu mendapat perhatian dan respon dari masyarakat sekitar karena mereka belum begitu mengetahui dengan jelas tentang air minum. Kebutuhan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga yang diimbangi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air per kapita.

Tulisan ini membahas awal berdirinya PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun dan juga membahas proses perkembangan serta usaha-usaha yang dilakukan pihak PDAM Tirta Lihou dalam melakukan fungsi sosialnya bagi masyarakat luas di Kabupaten Simalungun.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik, penulis menggunakan dua metode penelitian yakni, metode kepustakaan (library Research) dan metode lapangan (Field Research).


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSEMBAHAN

UCAPAN TERIMA KASIH………i

ABSTRAK………...iv

DAFTAR ISI………....v

DAFTAR TABEL……….vii

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah……….5

1.3. Tujuan dan Manfaat………...6

1.4. Tinjauan Pustaka………...7

1.5. Metode Penelitian……….9

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA LIHOU………...12

2.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………...12

2.1.1. Letak Geografis……….12

2.1.2. Keadaan Penduduk………14

2.1.3. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Simalungun………..19

2.2. Sejarah Kabupaten Simalungun………..21

2.3. Sejarah Berdirinya PDAM Tirta Lihou………..28


(10)

BAB III PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA LIHOU PERIODE

1987-2000……….34

3.1. Kondisi Perusahaan………34

3.2. Prinsip Pelayanan Air Bersih PDAM……….35

3.3. Struktur dan Sistem Pengelolaan PDAM Tirta Lihou………....36

3.3.1. Struktur Organisasi………....38

3.3.2. Keuangan dan Administrasi………..40

3.3.3. Kerjasama dengan Pihak Luar………...42

3.3.4. Aktivitas Usaha PDAM Tirta Lihou………..45

3.4. Permasalahan yang Dihadapi PDAM……….53

BAB IV PERANAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA LIHOU TERHADAP KABUPATEN SIMALUNGUN……….57

4.1. Peranan PDAM terhadap Masyarakat Simalungun………57

4.2. Peranan PDAM terhadap Perekonomian Daerah………...58

BAB V KESIMPULAN………62

DAFTAR PUSTAKA………....63 DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penduduk Menurut Suku Di Kabupaten Simalungun…….………15 Tabel 2 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Kabupaten Simalungun………17 Tabel 3 Tingkat Pendidikan Karyawan………...39 Tabel 4 Perhitungan Rugi/Laba Selama Periode 1988-2000………...41 Tabel 5 Jumlah Sambungan Pipa Yang Aktif Menurut Jenis Pelayanan………51


(12)

ABSTRAK

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia yang berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan fisik. Pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan air merupakan tanggung jawab setiap masyarakat, akan tetapi pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai amanat UUD Tahun 1945 yaitu dengan membangun berbagai prasarana dan sarana sistem penyediaan air minum baik di perkotaan maupun di pedesaan di seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan air minum yang ada di Sumatera Utara pada umumnya berasal dari warisan pemerintah kolonial Belanda yang dikenal dengan nama Water Leading Bedriyf. Pembangunan sarana air minum di Kabupaten Simalungun telah dimulai sejak tahun 1970 berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Simalungun No. 2. Pada tahun 1983 bardasarkan peraturan daerah No. 12 PDAM mengalami perubahan nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun. Namun pelaksanaan perubahan status perusahaan air minum ini baru terlaksana setelah tahun 1987 sesuai dengan surat keputusan Bupati KDH tingkat II Simalungun No. 188-342/1940/HUK/1987 tanggal 13 Januari 1987. Dampak yang ditimbulkan dari berdirinya PDAM Tirta Lihou adalah terbukanya usaha-usaha rumah-rumah makan, penginapan, penyediaan air untuk perkantoran, untuk rumah-rumah ibadah, dan sekolah-sekolah.

Sebagai sebuah perusahaan yang baru berdiri, pengelolaannya masih memerlukan proses yang panjang dengan dukungan dari berbagai pihak, maka PDAM Tirta Lihou belum begitu mendapat perhatian dan respon dari masyarakat sekitar karena mereka belum begitu mengetahui dengan jelas tentang air minum. Kebutuhan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga yang diimbangi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air per kapita.

Tulisan ini membahas awal berdirinya PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun dan juga membahas proses perkembangan serta usaha-usaha yang dilakukan pihak PDAM Tirta Lihou dalam melakukan fungsi sosialnya bagi masyarakat luas di Kabupaten Simalungun.

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode sejarah, yaitu Heuristik (pengumpulan sumber), Verifikasi (kritik sumber), Interpretasi dan yang terakhir adalah Historiografi (penulisan). Pada tahap Heuristik, penulis menggunakan dua metode penelitian yakni, metode kepustakaan (library Research) dan metode lapangan (Field Research).


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia, yang kebutuhannya dari hari ke hari semakin dirasakan meningkat sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan dan pola hidup masyarakat terhadap air. Di beberapa daerah di Indonesia fasilitas penyediaan air bersih masih kurang, baik itu disebabkan karena sumber air yang jauh dari pemukiman, daerah yang belum memiliki sumber air, ataupun sumber air yang ada belum dikelola dengan baik, sehingga kapasitasnya belum terpenuhi dan kualitasnya belum terjamin. Oleh karena itu dirasa perlu untuk menyediakan sarana air bersih, sehingga dapat digunakan atau diperoleh dengan mudah dan mempunyai kualitas yang mempunyai standard untuk kesehatan. Menyadari akan hal tersebut, maka perlu sarana dan prasarana dari pemerintah untuk membangun perusahaan yang dapat mengolah air yang kualitasnya sudah terjamin yaitu perusahaan air minum.1

Selain dari pada itu pembangunan lingkungan perkotaan maupun pedesaan sangat membutuhkan penyediaan air bersih yang cukup, untuk pertamanan, bahaya kebakaran, kebersihan dan pembangunan lainnya. Perusahaan air minum yang ada sekarang ini di Sumatera Utara pada umumnya berasal dari warisan pemerintah kolonial Belanda yang dikenal dengan nama Water Leading Bedriyf. Sejarah mencatat bahwa pembangunan air minum beserta fasilitasnya semata-mata

1 Pemerintah Kabupaten Simalungun, Corporate Plan Perusahaan Daerah Air Minum


(14)

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan penduduk Belanda dan perusahaan milik Belanda.2

Pengembangan pembangunan sektor air bersih menjadi perhatian tidak saja oleh pemerintah pusat, melainkan keinginan pemerintah untuk memberdayakan pembangunan daerah, dalam konteks ekonomi dan desentralisasi. Pemerintah melihat bahwa kabupaten Simalungun memiliki sumber air cukup potensial. Kemajuan perusahaan air minum di Sumatera Utara dewasa ini, sebagai perusahaan daerah telah mengalami berbagai perkembangan terutama di kotamadya. Sedangkan di luar kotamadya, keadaannya belum begitu memuaskan disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu dana yang terbatas, kurangnya rehabilitasi, dan sebagainya.

3

Dalam melakukan fungsinya sebagai pengelola air minum daerah masih terbatas pelaksanaannya bagi Kabupaten Simalungun. Meskipun demikian keadaannya masihlah sangat memprihatinkan karena air minum yang dihasilkan belum memenuhi syarat baik ditinjau dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu untuk mengembangkan air minum di Simalungun, dibentuklah perusahaan daerah air minum yang merupakan satu-satunya pemasok air minum di Simalungun yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah.

4

Tirta Lihou diambil dari dua kata yang berasal dari dua bahasa yang berbeda yaitu Tirta yang berarti air

5

2 Perda Kabupaten Simalungun Nomor: 5 Tahun 1974, Pokok-pokok Pemerintah di Daerah. , sedangkan Lihou berasal dari bahasa Simalungun yang artinya bersih, jadi jika kedua kata ini digabungkan maka arti dari Tirta Lihou adalah 3 Wawancara dengan Thansyah Saragih, tanggal 11 November 2010 di Kantor PDAM Tirta

Lihou Kabupaten Simalungun.

4 Pemerintah Kabupaten Simalungun, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou

Dati II Simalungun, Simalungun, 1992.


(15)

air bersih. Pada awal perusahaan ini dibentuk untuk melayani kebutuhan masyarakat akan air minum, dibangun enam unit produksi air minum di antaranya: unit produksi Parapat tahun 1925, Pardagangan tahun 1928, Serbelawan tahun 1930, Saribu Dolok tahun 1933, Panei Tongah tahun 1933, Tiga Balata tahun 1934.6

Dalam rangka untuk melayani kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, maka dibangun lagi beberapa unit produksi di kota kecamatan yang dipegang oleh Dinas Air Minum di antaranya: Unit Produksi Tanah Jawa tahun 1968, Unit Produksi Pematang Raya tahun 1970, Unit Produksi Haranggaol tahun 1971, Unit Produksi Tigaras tahun 1975, Unit Produksi Sindar Raya tahun 1977.7

Pembangunan sarana air minum di kabupaten Simalungun telah dimulai sejak tahun 1970 berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Dati II Simalungun No. 2. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Simalungun No. 12 tahun 1983 perusahaan air minum Kabupaten Simalungun berubah statusnya menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Lihou Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun yang berkantor pusat di Jalan Haji Adam Malik No. 2 Pematang Siantar, Sumatera Utara. Namun pelaksanaan perubahan status perusahaan air minum ini baru terlaksana setelah tahun 1987. Sesuai dengan surat keputusan Bupati KDH tingkat II Simalungun No.188-342/1940/HUK/1987 tanggal 13 Januari 1987 tentang PDAM Tirta Lihou Kabupaten Dati II Simalungun yang melayani kebutuhan air minum untuk wilayah kecamatan dalam lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Dati II

6 Sejak didirikannya sarana dan prasarana air minum oleh pemerintah Kolonial Belanda pada

tahun 1925 yang dikenal dengan nama Water Leading Bedriyf, awal mulanya dibangun 6 unit produksi air minum. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan air minum ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Propinsi dan pada tahun 1960 pengelolaan air minum diserahkan kepada Dinas Pekerjaan Kabupaten.


(16)

Simlungun. Dan kemudian dilengkapi dengan surat keputusan Bupati KDH Tingkat II Simalungun No. 188.45/3276/PDAM-1987 tertanggal 17 Maret 1987 tentang susunan organisasi dan pedoman tata kerja PDAM Tirta Lihou Kabupaten Dati II Simalungun, dengan tugas pokok menyelenggarakan pengelolaan air minum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan, dan pelayanan umum.8

Dampak yang ditimbulkan dari berdirinya PDAM Tirta Lihou ini sangat terasa seperti terbukanya usaha-usaha rumah makan, penginapan, penyediaan air untuk perkantoran, untuk rumah-rumah ibadah, dan sekolah-sekolah.

PDAM Tirta Lihou tidak hanya memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Kabupaten Simalungun, tetapi juga bagi pemerintah khususnya pemerintah daerah. Pelayanan PDAM Tirta Lihou akan air minum kepada masyarakat menghasilkan sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan dari pemerintah Kabupaten Simalungun.

Untuk mengatasi ketersediaan sumber daya finansial dalam mengembangkan pembangunan sarana air bersih di Kabupaten Simalungun, maka PDAM Tirta Lihou sangat membutuhkan dukungan pendanaan, baik itu dari pemerintah pusat yang bersifat dana inpres, bantuan subsidi, dan juga dari partisipasi kerjasama.

Uraian di atas membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana kegiatan PDAM Tirta Lihou dari tahun 1987-2000, dengan judul “Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou Kabupaten Simalungun (1987-2000)”.

8 Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Lihou, Rencana Perbaikan Kinerja Perusahaan PDAM


(17)

Penulis berusaha mengkaji permasalahan dengan skop temporal dari tahun 1987-2000. Tahun 1987 merupakan tahun berdirinya PDAM Tirta Lihou, dimana tahun tersebut status perusahaan air minum berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou yang terlaksanakan berdasarkan keputusan Bupati Simalungun. Sedangkan tahun 2000 merupakan tahun akhir penulisan ini, karena selama periode tersebut telah tampak perkembangan PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya beberapa unit-unit produksi, semakin meningkatnya konsumen di berbagai daerah di Kabupaten Simalungun, dan banyaknya pegawai yang bekerja di perusahaan tersebut. Selain itu untuk melihat usaha-usaha yang dilakukan perusahaan daerah dalam meningkatkan mutu pelayanan, dan melihat apakah proses tersebut berjalan dengan cepat atau lambat.

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tertulis pertanyaan-pertanyaan yang harus memiliki jawaban. Rumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah disusun secara singkat, padat, jelas, dan dibuat dengan kalimat tanya.

Berangkat dari latar belakang di atas maka perlu dibuat suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam sebuah penelitian dan substansi dari penulisan. Sesuai dengan judul yang penulis buat yaitu “Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou Kabupaten Simalungun (1987-2000)”, maka dibuatlah suatu batasan pokok masalah. Untuk mempermudah


(18)

memahami permasalahan dalam penelitian ini maka penulis mengemukakan beberapa pokok permasalahan yaitu:

1. Bagaimana latar belakang perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou?

2. Bagaimana Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou pada tahun 1987-2000?

3. Apa peranan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou bagi kehidupan masyarakat dan perekonomian daerah Kabupaten Simalungun?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam membuat suatu penelitian pasti memiliki tujuan dan manfaat yang dapat dipetik, dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lengkap terhadap permasalahan yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou sebelum tahun 1987.

2. Untuk mengetahui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou pada tahun 1987-2000.

3. Untuk mengetahui peranan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou bagi masyarakat dan perekonomian daerah Kabupaten Simalungun.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan reverensi untuk penelitian mengenai perusahaan yang bergerak pada bidang air minum khususnya


(19)

Perusahaan Daerah Air minum Tirta Lihou. Dengan demikian penelitian ini dapat menjadi sumber rujukan ataupun sarana perbandingan bagi penulis yang akan menulis masalah perusahaan air minum.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menyadari bahwa arti pentingnya keberadaan PDAM Tirta Lihou ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian akan muncul rasa memiliki pada diri masyarakat untuk ikut serta menjaga dan merawat faslitas-fasilitas umum yang disediakan oleh PDAM untuk kepentingan bersama masyarakat itu sendiri.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan kepada berbagai pihak yang membaca sehingga mengetahui tentang sejarah PDAM Tirta Lihou.

1.4. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan salah satu tahap yang penting dalam melakukan penelitian. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menemukan buku-buku, masalah yang paling relevan dengan objek yang dikaji.

Robert J. Kodoatie, dalam bukunya yang berjudul “Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah”, menjelaskan bahwa sumber daya air mempunyai peran cukup besar dalam menunjang kegiatan dalam bidang pertanian, air bersih perkotaan dan pedesaan, industri, perikanan, tambak, pariwisata, tenaga listrik dan pengendalian banjir serta erosi.9

9 Robert J. Kodoatie, dkk., Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah,


(20)

Tri Joko dalam bukunya yang berjudul “Sistem Penyediaan Air Minum” mengatakan bahwa penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Selain itu menjelaskan bagaimana sistem perindustriannya, jaringan pipa, tekanan air, kecepatan aliran dan debit air.10

Selain buku-buku di atas, ada beberapa penelitian mengenai perusahaan daerah air minum yang dituangkan dalam bentuk tulisan yaitu skripsi yang ditulis oleh Linda Siallagan. Namun skripsi yang berjudul “Peranan Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun’’, mengangkat topik PDAM Tirta Lihou dari sudut ekonomi khususnya bagian manajemen. Linda Siallagan menjelaskan mengenai sejarah Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Lihou dan manajemen perusahaan tersebut. Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Lihou awalnya adalah perusahaan air minum yang dipegang oleh dinas pekerjaan Kabupaten Simalungun dan kemudian dipegang oleh perusahaan daerah setelah adanya kebijakan dari pemerintah pusat.

11

Noviyanti Damanik dalam skripsinya yang berjudul “Perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bulian Tebing Tinggi (1977-1990)”, menjelaskan tentang perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum dari tahun ketahun, dalam proses perkembangan perusahaan tersebut, tidak terus-menerus mengalami kemajuan akan tetapi ada saat dimana perusahaan mengalami masalah.

Skripsi ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai sejarah perusahaan tersebut bagi peneliti.

10 Tri Joko, Sistem Penyediaan Air Minum, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, 1, 14, 26.

11 Linda Siallagan, “Peranan Manajemen Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada PDAM


(21)

Selain itu dalam skripsinya, dijelaskan juga bagaimana peralihan fungsi dan tugas pengelolaan air minum daerah dari dinas air minum menjadi perusahaan daerah air minum. Beberapa mata air yang terdapat di wilayah Tebing Tinggi belum memenuhi syarat untuk dapat dijadikan sebagai air minum karena pada musim kemarau akan terjadi kekeringan dan sebaliknya bila datang musim hujan akan menyebabkan air menjadi keruh dan berubah rasa. Sejak beroperasinya PDAM Tirta Bulian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih tidak secara langsung mendorong kreatifitas masyarakat setempat untuk mencari pendapatan sampingan ataupun menjadikannya sebagai salah satu pendukung profesi yang memanfaatkan sarana yang disediakan oleh PDAM Tirta Bulian. Usaha-usaha profesi itu seperti membuat jenis makanan ringan, membuka perusahaan air limun, rumah makan, tempat pencucian mobil dan lain-lain.12

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari peninggalan masa lampau.13 Menurut Louis Gottschalk ada empat tahap yang digunakan dalam penelitian yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.14

Pertama, heuristik (mengumpulkan data atau sumber-sumber yang sesuai dengan objek yang diteliti). Dalam hal ini yang digunakan adalah metode penelitian

12 Noviyanti Damanik, Perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bulian

Tebing Tinggi (1977-1990), Skripsi S1, Medan, USU, 2005, hal. 51, 59.

13 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI-Press, 1971,

hal. 18.


(22)

kepustakaan atau studi literatur dan penelitian lapangan atau studi lapangan. Dalam penelitian kepustakaan tersebut dilakukan dengan mengumpulkan beberapa buku, majalah, artikel-artikel, skripsi dan karya tulis ilmiah yang telah pernah ditulis sebelumnya yang berkaitan dengan judul yang sedang dikaji. Sumber tertulis diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti, PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun, berupa laporan tahunan yang berkaitan dengan perkembangan PDAM Tirta Lihou sebelum tahun 1987 dan pada periode 1987-2000. Laporan yang didapatkan dari PDAM Tirta Lihou berupa data jumlah unit produksi, karyawan, konsumen, hingga nama direktur utamanya. Kemudian penelitian lapangan akan dilakukan dengan menggunakan metode wawancara terhadap informan-informan yang dianggap mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini, baik mereka yang bekerja ataupun yang terlibat langsung di dalam PDAM Tirta Lihou dan penduduk yang menggunakan jasa layanan yang diberikan PDAM Tirta Lihou termasuk beberapa orang tokoh masyarakat.

Kedua, kritik sumber, merupakan cara untuk mengetahui data yang lebih akurat melalui: -Kritik Intern yang merupakan cara untuk memperoleh dokumen yang dengan menganalisis sejumlah data tertulis yang berkaitan dengan PDAM Tirta Lihou, -Kritik Ekstern untuk memperoleh data yang otentik.

Tahapan selanjutnya setelah uji dan analisis data ialah tahap interpretasi. Dalam tahapan ini, data yang diperoleh dianalisa sehingga melahirkan suatu analisa yang baru dan sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam


(23)

agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, tahapan ini dilakukan dengan menyimpulkan kesaksian atau data-data/informasi yang dapat dipercaya dari bahan-bahan yang ada.

Tahapan akhir dari penelitian ini yaitu historiografi. Dengan hasil akhir dari suatu penulisan yang diperoleh dari fakta-fakta yang dilakukan secara sistematis dan kronologis untuk menghasilkan tulisan sejarah yang ilmiah dan objektif. Historiografi ini merupakan hasil dari pengumpulan sumber, kritik (baik kritik intern maupun ekstern) serta hasil dari interpretasi.


(24)

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA LIHOU

2.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian merupakan salah satu bagian yang penting dalam penulisan. Hal ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada pembaca wilayah yang dipilih sebagai lokasi penelitian, sebelum membahas lebih lanjut mengenai topik yang dibahas dalam penelitian ini. Di bawah ini akan dipaparkan mengenai lokasi PDAM Tirta Lihou.

2.1.1. Letak Geografis

Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Simalungun sangat strategis untuk meningkatkan perekonomian. Posisinya sentral dan memungkin dibuatnya wilayah Simalungun menjadi pusat perdagangan dan pendidikan. Secara administratif Kabupaten Simalungun terdiri dari 21 Kecamatan dengan 237 desa/nagori dan 14 kelurahan, dengan jarak rata-rata ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten antara 13 Km s.d 97 Km. Luas wilayah Kabupaten Simalungun adalah 4.386,60 Km² atau 438660 Ha merupakan 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertemperatur sedang, suhu tertinggi terdapat pada bulan April dengan rata-rata 25,5ºC. Rata-rata suhu udara tertinggi per tahun adalah 30,1ºC dan terendah 20,6ºC.


(25)

Kelembaban udara rata-rata perbulan 83.0 % dengan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 86 %, dengan penguapan rata-rata 3,52 mm/hari. Dalam satu tahun rata-rata terdapat 15 hari hujan dengan hari hujan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebanyak 24 hari hujan, curah hujan terbanyak pada bulan nopember sebesar 407 mm. Adapun batas-batas wilayah daerah tingkat II Kabupaten Simalungun terletak di antara 02º36-03º18' LU dan 98º32'-99º35' BT, dengan ketinggian rata-rata 369 meter di atas permukaan laut yang memiliki batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo.

Kabupaten Simalungun terdiri dari 21 kecamatan, 237 desa/nagori dan 14 kelurahan, antara lain: Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Sidamanik, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Hutabayu Raja, Kecamatan Dolok Panribuan, Kecamatan Jorlang Hataran, Kecamatan Panei, Kecamatan Raya, Kecamatan Dolok Silau, Kecamatan Silau Kahean, Kecamatan Raya Kahean, Kecamatan Dolok Batu nanggar, Kecamatan Tapian Dolok, Kecamatan Siantar, Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Bosar Maligas, Kecamatan Ujung Padang.15

Wilayah Simalungun yang terdiri dari daerah dataran dan pegunungan mempunyai curah hujan yang sangat baik untuk perkebunan dan pertanian rakyat.

15 Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, Simalungun Dalam Angka Tahun 1999,


(26)

Ditinjau dari sudut wilayahnya, tanah Simalungun dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu dataran seperti dataran rendah, berawa, dan landai, bergelombang, berbukit, dan bergunung.

2.1.2. Keadaan Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang ada di Simalungun dimulai sejak masa penjajahan Belanda, yang didominasi oleh orang-orang sub-etnik Simalungun sendiri. Baru setelah masuknya Belanda ke Simalungun sub-sub etnik semakin ramai. Penduduk yang menetap di Simalungun merupakan orang-orang pendatang, seperti yang datang dari Toba, Sidikalang, Pematangsiantar, maupun dari daerah lain yang ada di Sumatera Utara. Kehadiran penduduk ini merupakan suatu penunjang pertumbuhan di Kabupaten Simalungun. Hal tersebut bisa dilihat dari sistem perekonomiannya, dimana penduduk di Simalungun mayoritas bermata pencaharian bertani, seperti menanam padi, sayur, dan buah-buahan.

Selain bermata pencaharian sebagai petani, penduduk di Simalungun juga ada yang bermata pencaharian sebagai pedagang, supir, dan pegawai. Walaupun mereka memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, supir, maupun pegawai, penduduk juga melakukan pekerjaan sampingan agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga, seperti menanam sayur, padi, dan buah-buahan. Hasil dari pertanian penduduk dijual ke luar daerah Simalungun seperti Pematangsiantar. Selain dijual, hasil pertanian tersebut juga dikonsumsi oleh sebagian penduduk Simalungun. Penjualan dari pertanian penduduk dapat menambah income bagi daerah Siamlungun.


(27)

Pada masa penjajahan Belanda di Simalungun, masyarakatnya masih homogen jika dilihat dari arti kata Simou yang artinya samar-samar atau antara kelihatan dan tidak kelihatan, tetapi ada, dan Lungun yang artinya sunyi atau sepi karena wilayah ini dulunya terdiri dari hutan belantara yang sunyi, dimana penduduknya sangat sedikit. Jumlah penduduknya relatif sedikit dibanding dengan luas wilayahnya. Setelah masa penjajahan Belanda, masyarakat Kabupaten Simalungun merupakan masyarakat yang heterogen, yang terdiri dari beranekaragam etnik seperti etnik Batak yang terdiri dari beberapa sub-etnik seperti Simalungun, Karo, Toba, selain itu terdapat juga beberapa etnik lain seperti etnik Jawa, dan Cina. Persentase jumlah dari masing-masing suku tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 1. Penduduk Menurut Suku di Kabupaten Simalungun berdasarkan Ratio terhadap Jumlah Penduduk Tahun 1999.

NO SUKU 1987 1995 1996 1999

1 Simalungun 45,5 % 50 % 65,3 % 75 %

2 Karo 13 % 16,3 % 16,9 % 17 %

3 Toba 20 % 15,6 % 9,6 % 6,5 %

4 Jawa 15,5 % 10,3 % 2 % 1,2 %

5 Lain-lain 6 % 4,2 % 0,2 % 0,3 %


(28)

Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Simalungun adalah dari sub-etnik Simalungun. Selain itu juga sub-etnik Karo dan Toba merupakan bagian etnik yang lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan etnik lain yang ada di Simalungun. Suku Batak Toba, Jawa, dan suku lain pada tahun 1987-1999 semakin lama semakin berkurang, dikarenakan suku-suku tersebut pindah ke daerah asalnya ataupun pindah ke daerah yang mayoritas suku masing-masing misalnya ke Pematangsiantar, Toba, dengan maksud mencari kehidupan yang lebih maju.

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten Simalungun adalah cukup lambat. Biasanya tipe pertumbuhan penduduk demikian merupakan ciri-ciri pertumbuhan di daerah pertanian yang belum berkembang atau jauh dari pusat-pusat perkembangan kota. Daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan di daerah pertanian dapat digolongkan ke dalam tipe pertanian agropolitan.

Ciri-ciri kota pertanian dapat ditandai dengan kegiatan perkotaan yang masih bercampur dengan kegiatan pertanian, industri-industri yang berkembang masih dalam taraf pengelolaan hasil pertanian dari daerah yang belum berkembang dan pelayannya diperuntukkan bagi kebutuhan daerah setempat dan sektor pelayanan jasa bersifat perorangan dengan skala kecil.

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Simalungun adalah masyarakat agraris yang kehidupannya bertumpu pada pertanian. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila mayoritas penduduk hidup sebagai petani. Selain pertanian, masyarakat Simalungun memiliki mata pencaharian lain, seperti pedagang, pegawai, dan sebagainya.


(29)

Kabupaten Simalungun memiliki sarana ibadah, seperti mesjid dan gereja yang terdapat di seluruh kecamatan. Mesjid berjumlah 808 buah, Gereja Protestan berjumlah 941 buah, dan Gereja Katolik berjumlah 171 buah. Penduduk Kabupaten Simalungun memeluk berbagai agama. Ada beberapa agama yang dianut oleh penduduk di Kabupaten Simalungun, yaitu Agama Kristen Protestan, Katolik, Islam, Hindu dan Budha. Adapun persentase masyarakat yang menganut agama tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Penduduk Menurut Agama yang Dianut di Kabupaten Simalungun Tahun 1999.

No Agama Jumlah

1 Kristen Protestan 918139

2 Islam 721375

3 Katolik 299042

4 Lainnya 4283

Sumber: Kabupaten Simalungun dalam Angka Tahun 1999.

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Simalungun menganut agama Kristen Protestan, yaitu sekitar 74 %, agama Islam adalah agama mayoritas kedua setelah Kristen Protestan, yaitu sekitar 20 %, agama Katolik sekitar 4 %, yang lainnya seperti Hindu dan Budha sekitar 2 %.

Sumber daya manusia merupakan faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan, apakah sebagai perencana, pengambil kebijakan atau sebagai pelaksana. Peranan sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat menentukan


(30)

arah dan mempercepat proses pembangunan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Pada tahun 1999, di lingkungan pemerintah Kabupaten Simalungun, komposisi dari SDM yang dimiliki menurut pendidikannya yang tersebar pada Kantor/Badan dan dinas-dinas adalah tamat SD 461 orang, SLTP 251 orang, SLTA 7.985 orang, D3 2.564 orang, dan S1 1.353 orang. Sedangkan tamatan S1 yang terbanyak terdapat di Dinas Pendidikan dan Pengajaran yakni sebanyak 909 orang (79.32 %). Sementara untuk SDM yang terdapat di kantor-kantor kecamatan, tamatan SD 22 orang, SLTP 53 orang, SLTA 349 orang, D3 31 orang, dan S1 sebanyak 86 orang.

Masalah kependudukan selalu berhubungan erat dengan masalah pembangunan sebab penduduk merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan. Sebagai subyek, penduduk merupakan modal dasar pembangunan (sebagaimana tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara) sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dan sebagai obyek, penduduk merupakan beban pembangunan, karenanya perlu dikendalikan jumlahnya pada tingkat tertentu. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat dapat menghambat laju pembangunan yang serius.

Berdasarkan data dari Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, pada tahun 1987, jumlah penduduk Simalungun 788.149 jiwa yang tersebar di 17 kecamatan, dengan jumlah penduduk laki-laki 385.052 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 403.097 jiwa.16

16 Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, Simalungun Dalam Angka Tahun 1987,

hal.3.


(31)

Pada tahun 1999, penduduk Simalungun berjumlah 827.541 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan, dengan jumlah penduduk laki-laki 405.849 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 421.692 jiwa dan merupakan daerah Kabupaten/kota dengan penduduk terbanyak kelima di Sumatera Utara. Jumlah tersebut meningkat rata-rata 1,25 % per tahunnya dibanding dengan jumlah tahun-tahun sebelumnya. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Siantar yaitu sebesar 60.771 jiwa dan terkecil berada di Kecamatan Haranggaol Horison yang hanya sebesar 5.689 jiwa.

Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar terdapat di Kecamatan Silau Kahean dengan luas 324.08 Km² dan wilayah terkecil di Kecamatan Haranggaol Horison (34.50 Km²), wilayah yang paling padat penduduknya terdapat di Kecamatan Bandar (577.67 jiwa/Km), disusul Kecamatan Siantar (449.16 jiwa/Km) dan Raya (424.58 jiwa/Km).

Penduduk wanita pada tahun 1999 sedikit lebih banyak dari penduduk laki-laki seperti tampak dari rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari angka 100. Pada tahun 1999 penduduk Kabupaten Simalungun masih berkelompok pada usia 5-14 tahun yaitu sebesar 29,20 %, menyusul kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 20,17 %, kemudian kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebesar 14,26 %, sedangkan yang terendah adalah kelompok usia 65 tahun ke atas yaitu sebesar 4,41 %.17

17 Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, Simalungun Dalam Angka Tahun 1999,


(32)

2.1.3. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Simalungun

Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah mulai dari tahun 1987-2000, setiap tahunnya penduduk yang menempati Kabupaten Simalungun semakin bertambah. Pertambahan jumlah ini ditafsirkan sebagai masyarakat pendatang yang jumlahnya semakin meningkat ataupun masyarakat yang dilihat dari tingginya angka kelahiran.

Banyak etnik yang ada di Nusantara datang ke Simalungun untuk mencari pekerjaan seperti buruh kebun. Banyak dari kelompok buruh ini yang tinggal menetap di Simalungun atau sekitarnya. Beberapa etnik dan sub-etnik yang ada di Simalungun seperti etnik Batak Toba, Simalungun, Karo, dan terdapat juga beberapa etnik lain seperti Jawa, dan Cina. Kelompok etnik inilah yang akan menjadi dasar-dasar dari pembentukan sistem sosial dan budaya di Simalungun, sebab mereka datang dengan budaya yang lengkap yang mereka miliki.

Sebelum merdeka, segala sistem yang berlaku di sekitar daerah kesultanan, Simalungun pada umumnya, terbentuk dari kebijakan kesultanan dan pemerintah kolonial. Pada bagian administrasi masyarakat, kebijakan datang dari pemerintah kolonial, sedangkan kebijakan yang berhubungan dengan sistem sosial dan kemasyarakatan pada dasarnya dibentuk oleh kesultanan. Hal ini berlangsung sampai Indonesia memperoleh kemerdekaan. Kemerdekaan Indonesia memberikan dampak terhadap perubahan sistem sosial, dan struktur masyarakat di Simalungun.

Setelah kemerdekaan terdapat budaya baru di Simalungun yang merupakan budaya percampuran (pluralis) dari berbagai suku yang mendiami Simalungun. Seperti suku Jawa, Melayu, Batak Toba, Simalungun, Karo, Nias, Tionghoa dan


(33)

suku-suku lainnya yang masing-masing melaksanakan tradisi yang mereka miliki, tanpa ada unsur paksaan dari budaya dan suku lain.

Dalam bidang agama, masing-masing suku yang tinggal di Simalungun mayoritas agama yang mereka anut adalah agama yang mereka bawa dari daerah asal mereka datang. Seperti etnis Melayu, Jawa, Mandailing yang beragama Islam, demikian juga halnya dengan etnis Batak Toba, Simalungun, Karo yang pada umumnya menganut agama Kristen Protestan dan Katolik.

Nilai-nilai keagamaan yang ada di Simalungun sangat banyak memberikan nilai positif bagi terselenggaranya kekerabatan antar sesama masyarakat. Unsur-unsur budaya dan unsur keagamaan masyarakat yang saling menghormati menjadi salah satu ciri masyarakat yang tinggal di sekitar Simalungun. Sistem sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat di Simalungun merupakan sistem sosial yang diatur berdasarkan sistem sosial yang berlaku di Indonesia. Peraturan pemerintah dan sistem norma masyarakat menjadi dasar dari kehidupan sosial masyarakat Simalungun.

Masyarakat di Simalungun memilki nilai kekerabatan yang sangat kuat. Misalnya masyarakat Simalungun yang beragama Kristen merayakan hari Natal, masyarakat yang beragama lain ikut merayakannya dengan berkunujung ke rumah masyarakat yang beragama kristen. Rasa saling menghormati antar suku dan umat beragama sangat kental dimana apabila ada kegiatan keagamaan, mereka saling membantu satu dengan yang lainnya.


(34)

2.2. Sejarah Kabupaten Simalungun

Daerah Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara. Pada mulanya kata Simalungun tidak begitu dikenal oleh masyarakat sebelumnya. Orang hanya mengenal daerah Tano Jau atau Batak Timur, karena wilayahnya yang terletak di sebelah paling timur dari sub-sub suku Batak lainnya. Daerah ini dulunya dikenal sebagai wilayah dari kerajaan Nagur dan Silo yang menurut legenda adalah asal muasal keturunan kerajaan-kerajaan yang ada di Simalungun.

Menurut T.B.A. Purba Tambak kata Simalungun berasal dari dua kata yaitu Simou dan Lungun. Simou artinya samar-samar atau antara kelihatan dan tidak kelihatan, tetapi ada. Sedangkan Lungun artinya sunyi atau sepi karena wilayah ini dulunya terdiri dari hutan belantara yang sunyi, dimana penduduknya sangat sedikit. Melalui proses penyebaran bahasa, kata simou dan lungun kemudian disebut dengan ucapan Simalungun. Meskipun demikian tidak diketahui secara pasti sejak kapan orang mulai menggunakan kata Simalungun tersebut. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda Simalungun terbagi dua, yakni Simalungun Atas dan Simalungun Bawah. Simalungun Atas terdiri dari Kerajaan Tanah Jawa, Pane, dan Raya. Sedangkan Simalungun Bawah terdiri dari Kerajaan Dolok Silo, Silimakuta, dan Purba.18

Pada awal abad ke V (570-620) Kerajaan Nagur sudah ada, yang sudah mempunyai hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain terutama Tiongkok (China). Sebelum berdirinya Kerajaan Naopat (Kerajaan Berempat) di Simalungun

18 T.B.A. Purba Tamba, Sejarah Daerah Simalungun, Pematangsiantar: T.B.A. Purba Tamba,

1982, hal. 14.


(35)

telah berdiri Kerajaan Nagur. Para ahli menyatakan pusat pemerintahan Kerajaan Nagur terletak di sekitar Kampung Tongko yaitu Nagaraya (Nagur Raya). Kerajaan diperintah oleh raja secara turun temurun yang bermarga Damamim Rappogos. Kerajaan Nagur meliputi daerah Simalungun, Serdang Hulu dan Padang Bedagai. Kerajaan ini lemah dan hancur karena kalah perang terhadap Pasei serta serangan Sultan Aceh Alauddin Riayatsyah Al Khabar, sehingga Kerajaan Nagur hancur.19

Tanah Simalungun merupakan suatu daerah yang subur, sangat baik digunakan untuk perkebunan dan persawahan. Hal ini yang mengundang pihak kolonial Belanda untuk menanamkan modalnya, dengan membuka beberapa perkebunan di daerah ini. Sehingga pada tahun 1900 dibuka perkebunan teh, perkebunan kelapa sawit, dan coklat.

Pada mulanya masyarakat Simalungun mengenal sistem kerajaan, sehingga tata kehidupan masyarakatnya pun masih bersifat feodal.20

Dalam bidang pertahanan raja berfungsi sebagai Panglima Tertinggi dan sebagai Pimpinan Tentera diangkat “Raja Goraha” (Panglima Perang). Untuk mengelola harta kekayaan dan perbendaharaan diangkat salah seorang Tungkat

Kerajaan Nagur dan Kerajaan Purba Deisa Naualuh yang merupakan kerajaan pertama di Simalungun. Kerajaan Nagur berbentuk “Dewan” yang disebut “Harajaan”. Di samping Raja sebagai kepala pemerintahan, masih ada perangkat-perangkat kerajaan. Ada yang disebut “Tungkat” (Urang Kaya), “Gamot” (Datuk Pamogang) dan “Pangulu Dusun”. Selain itu ada lagi Penasehat yang disebut “Guru Bolon”. Walaupun kekuasaan berada ditangan Raja, sebelum memutuskan sesuatu harus dimusyawarahkan oleh Harajaan. Oleh sebab itu raja juga disebut Partongah (yang menengahi).

19 Batara Sangti Simanjuntak, Sejarah Batak, Balige: Karl Sianipar Company, 1977, hal.156. 20 Feodal adalah sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada


(36)

(Urang Kaya) sebagai Bendahara Kerajaan (Sijolom Ranjut). Agama yang dianut Kerajaan Nagur adalah Animisme yang mendapat pengaruh kuat dari agama Hindu.

Sejak permulaan abad ke XIII bekas wilayah Kerajaan Nagur telah berdiri beberapa kerajaan, antara lain Kerajaan Silou (tua), Harou (aru) dan Batagiou. Keempat kerajaan ini masih memiliki hubungan kekeluargaan yang terikat dalam perkawinan. Oleh karena itu mereka mulai menyadari betapa pentingnya kesatuan dan persatuan di antara sesame mereka terutama untuk menghadapi ancaman yang datang dari luar. Pada tahun 1367 Kerajaan Nan Empat ini mengadakan Harungguan Bolon (musyawarah besar) dengan membawa Partuanan dan pengetua-pengetua adat masing-masing. Dalam musyawarah itu mereka sepakat untuk membentuk satu perserikatan di antara mereka yaitu terutama menghadapi dunia luar.

Atas kesepakatan keempat raja yang bermusyawarah, telah disepakati nama kumpulan kerajaan yaitu “Purba Deisa Naualuh” atau Batak Timur Raya.21

21 Purba Deisa Nawaluh atau Batak Timur Raya artinya wilayah (daerah) sebelah timur

meliputi delapan penjuru angin. Mata angin menurut budaya Nagur terdiri dari 8, yaitu: Purba, Anggoni, Dangsina, Nariti, Pastima, Mangabia, Utara, dan Irisanna.

Dalam kurun waktu 1367-1833 tidak ada pembangunan yang berarti, karena adanya pergolakan baik peperangan di antara sesama kerajaan dan perpecahan yang timbul di di dalam kerajaan-kerajaan akibat perebutan kekuasaan. Perubahan yang terjadi di dalam kerajaan yaitu sikap dan tingkah laku yang penuh dengan kehati-hatian dan merendah diri (tidak lancing atau gegabah untuk bertindak). Selain itu perubahan yang terjadi adalah adanya latihan-latihan perang, olahraga bela diri, ilmu kebal dan tenaga dalam (ilmu kebatinan).


(37)

Pada tahun 1833 sejak hancurnya Kerajaan Nagur dan Kerajaan Purba Deisa Naualuh (Batak Timur Raya) di Simalungun terdapat empat kerajaan yang disebut “Raja Maropat”. Keempat kerajaan tersebut adalah Kerajaan Dolok Silou (marga Purba Tambak) dengan wilayah bagian Utara Pantai Timur Sumatera sampai ke pegunungan terus ke laut Tawar (sekitar daerah Tongging Haranggaol), Kerajaan Panei (marga Purba Suha/Sidasuha) dengan wilayah bagian pedalaman sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke Laut Tawar (sekitar daerah Salbe Tigaras).

Kerajaan Siantar (marga Damanik) dengan wilayah bagian tengah dari Pantai Timur Sumatera sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke Laut Tawar (sekitar Tambun Raya Sipolha) sedangkan bagian Timur pesisir pantai masuk kepada wilayah Kesultanan Asahan dan Kerajaan Tanah Jawa (marga Sinaga) dengan wilayah bagian hilir dari pesisir pantai Timur sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke Laut Tawar sekitar daerah Panahatan, sedangkan daerah pesisir pantai timur masuk wilayah Kesultanan Asahan.

Setiap kerajaan mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadap tanah-tanah yang termasuk ke dalam wilayah kerajaannya, bahkan raja juga berkuasa atas penduduk yang bertempat tinggal di wilayah kekuasaan raja.

Sistem kemasyarakatan yang feodal di Simalungun terdapat pembagian kelas masyarakat yaitu:

1. Raja beserta keluarganya yang bergelar Rajanami (Tuhanta).

2. Para bangsawan beserta keluarganya yang disebut dengan Partuanon atau Gamot.


(38)

4. Budak dan orang-orang yang ditawan disebut Jabolon.

Dengan masuknya Belanda, Kerajaan Maropat dipecah menjadi tujuh yang disebut Kerajaan Marpitu (Raja Nan Tujuh) yaitu, kerajaan Tanah Jawa, kerajaan Siantar, kerajaan Dolok Silau, kerajaan Pane yang ditambah dengan kerajaan Silimakuta, kerajaan Raya, dan kerajaan Purba yang ditandai dengan adanya kontrak pendek (Korte Verklaring) yang dibuat pada tahun 1907 dengan pemerintah Belanda yang isinya tentang:

1. Raja harus mematuhi semua perintah dan peraturan Gubernemen.

2. Raja harus mengakui bahwa kerajaannya menjadi bahagian daripada kerajaan Hindia Belanda.

3. Raja tidak mengadakan hubungan dengan pemerintah asing. 4. Raja/kerajaan tidak mempunyai kekuasaan wilayah laut.

5. Struktur pemerintahan berlaku hokum adat sepanjang tidak bertentangan dengan peradaban Belanda.

6. Segala sesuatu harus dengan persetujuan residen atau wakilnya.

Akibat dari perjanjian pendek yang ditandatangani, maka salah satu isinya bahwa seorang raja tidak mempunyai wilayah laut dan pantai, otomatis wilayah Simalungun dibagian pantai beralih ke wilayah lain, yaitu:

1. Tanjung Kasou, Tanjung Bolon (Tanjung Balai), Pagurawan (Pargurouan) masuk ke Asahan yang beralih dari Kerajaan Siantar.

2. Padang Bedagei masuk ke Deli dan Serdang yang dulunya Kerajaan Raya. 3. Sappeniou, Panipahan dan Labuhan Bilik masuk ke Deli dan Serdang yang


(39)

4. Serdang, Bahungan dan Deli menjadi wilayah Deli dan Serdang yang pada mulanya Kerajaan Dolok Silou.

5. Lima Laras, Bagoh, Batubara, Pasir Mandogei dan Habakkou masuk Asahan yang pada mulanya Kerajaan Tanah Jawa.

Perjanjian ini merupakan langkah awal keberhasilan Belanda dalam usaha menanamkan pengaruhnya di kalangan raja-raja di Simalungun. Setelah raja-raja Simalungun dapat ditundukkan oleh Belanda dengan perjanjian pendek tersebut, kemudian mereka mengambil alih kekuasaan raja-raja. Kebijakan yang dilakukan pemerintah Belanda terhadap Simalungun dengan maksud untuk memecah belah kekuasaan di antara raja-raja. Masuknya pengaruh bangsa asing ke daerah Simalungun terjadi pada saat adanya pertentangan-pertentangan di antara penduduk dalam satu kerajaan. Di samping itu di antara masing-masing kerajaan tidak terdapat kerukunan dikarenakan adanya perebutan kekuasaan, sehingga Belanda mudah untuk menaklukkannya.

Sampai dengan tahun 1907 Belanda merasa aman menjalankan pemerintahannya di Simalungun setelah ditandatanganinya Korte Verklaring. Menjelang penandatanganan Korte Verklaring tersebut yaitu sejak akhir tahun 1890 Kerajaan Siantar, Tanah Jawa dan Panei telah berhasil dipengaruhinya. Belanda pada saat itu berkedudukan di Labuhan Ruku dan Batubara. Pada tahun 1904 kerajaan-kerajaan Dolok Silau, Raya, Purba, dan Silimakuta sudah dikuasai Belanda yang dipimpin oleh Kontroleur V.C.J. Westenberg berkedudukan di bangun Purba. Setelah ditandatanganinya Korte Verklaring antara pemerintah Belanda dengan raja-raja Simalungun maka kekuasaan raja-raja semakin berkurang. Pada tahun 1914


(40)

pemerintah Belanda mengeluarkan surat keputusan Nomor 24 yang memuat tentang hak-hak serta wewenang para raja. Untuk daerah Simalungun hal ini baru berlaku tahun 1917 yakni dengan dimulainya pemerintahan swapraja.

Sejak tahun 1917 didirikan kantor raja disetiap kerajaan untuk melaksanakan administrasi pemerintahan. Pada setiap kantor diangkat seorang kepala kantor dengan nama “Penghulu Balai”. Tugasnya merangkap jaksa (penuntut umum) untuk perkara pidana pada pengadilan swapraja tingkat “kerapatan Urung”. Pemerintahan swapraja di Simalungun terhenti sejak masuknya Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Selama tiga setengah tahun pemerintahnnya, yang berlaku adalah pemerintahan militer Jepang yang bernama Kempetai (polisi militer Jepang).

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kerajaan-kerajaan di Simalungun masih berusaha bangkit untuk tetap menjalankan sistem lama, akan tetapi terhambat oleh pecahnya revolusi sosial. Dalam revolusi sosial yang terjadi hampir serentak di wilayah Sumatera Timur dilakukan oleh barisan-barisan para pemuda RI yang memang sudah bertekad ingin menghapuskan sistem kerajaan yang dianggap tidak sesuai lagi dengan kondisi Indonesia yang telah merdeka.

Barisan pemuda memiliki cabang di Pematangsiantar di bawah pimpinan Sumarno Hasibuan dan G. Hutapea. Barisan bersenjata yang pertama kali dipimpin Ricardo Siahaan yaitu seorang bekas Letnan Huda Gyu Gun. Para pemuda tidak mau ketinggalan memenuhi panggilan tanah air saat terjadinya peristiwa Siantar Hotel. Peristiwa Siantar Hotel terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945 merupakan suatu


(41)

insiden yang antara para pemuda dengan tentara sekutu/Inggris dan Belanda di Kompleks Siantar Hotel.22

2.3. Sejarah Berdirinya PDAM Tirta Lihou

Air minum adalah air untuk kebutuhan masyarakat secara umum dan rumah tangga khususnya yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyediaan air minum merupakan kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

Manusia sebagai makhluk hidup dalam menjalani kehidupan sehari-hari sangat memerlukan tanah sebagai faktor penting. Di samping tanah, air juga tidak kalah pentingnya bagi manusia terutama bagi mereka yang hidup dari pertanian. Persediaan air bagi kehidupan manusia sangat vital, dimana persediaan air tergantung dari kemampuan suatu tanah untuk menyimpan air dari curah hujan yang datang. Tanpa adanya kemampuan tanah menyimpan air, maka persediaan air yang sangat diharapkan tidak akan terpenuhi.

Tanah Simalungun yang terdiri dari hutan belantara merupakan daerah yang sangat subur dan sangat cocok untuk dijadikan sebagai areal perkebunan dan pertanian. Hasil-hasil perkebunan yang sangat menonjol adalah kelapa sawit, karet, teh, dan coklat. Komoditi hasil perkebunan tersebut bukan hanya cukup untuk kebutuhan rakyat sendiri, melainkan juga cukup untuk diekspor ke luar daerah. Selain

22 Maknur Sinaga., (ed), Sejarah Perkembangan Pemerintahan Dalam Negeri Kabupaten


(42)

sebagai daerah perkebunan, tanah Simalungun juga sangat baik untuk dijadikan sebagai daerah pertanian, ini merupakan usaha dari rakyat. Areal-areal pertanian ini pada umumnya menghasilkan komoditi keperluan sehari-hari.

Melihat suburnya tanah Simalungun dan cocok untuk dijadikan sebagai tanah perkebunan maka pada tahun 1910 pemerintah kolonial Belanda membuka perkebunan teh pada tahun 1910 di Naga Huta. Sejak masa Cultuur Stelsel tahun 1830-1870 telah terjadi pergolakan dan perhatian terhadap pembukaan areal perkebunan secara besar-besaran berdasarkan UU agraria 1870. Berdasarkan penyelidikan “Rubber Plantation Investment Trust” bahwa tanah-tanah di Simalungun sangat cocok dibuka untuk areal perkebunan. Penyelidikan tersebut merupakan suatu proyek pemerintah Belanda tahun 1910. Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut wilayah Simalungun sangat cocok untuk tanaman teh, karet, kelapa sawit.

Pada tahun 1910 pembangunan irigasi yang dibangun oleh Belanda pada hakekatnya dibangun persawahan untuk masyarakat namun dipergunakan untuk kebutuhan perusahaan perkebunan. Pembukaan irigasi dengan menerapkan tenaga kerja dari rakyat untuk menanam padi di sawah agar dapat terpenuhi kebutuhan para kolonial, bukan untuk masyarakat pedesaan. Pembangunan irigasi di Simalungun walaupun merupakan satu paket dengan perkebunan, maka di partuanon-partuanon23

23 Partuanon adalah para bangsawan beserta keluarganya.

masih ada lagi pembangunan irigasi yang khusus untuk persawahan yang diorganisir oleh “panriahan pamokkahan” yang berubah menjadi Perkumpulan Petani Pemakai


(43)

Air (P3A) dan merupakan dasar untuk retribusi pengairan sawah yang berubah menjadi Yuran Pemakai Air (IPAIR).

Di Indonesia tingkat pemerintahan yang kedua adalah tingkat Kabupaten atau Kotamadya yang dipilih untuk menangani penyediaan air baik secara teknik maupun administratif. Pada zaman pemerintah Belanda tepatnya pada tahun 1925 yang berkuasa di Indonesia salah satunya di Sumatera Timur, mereka mendirikan beberapa sarana dan prasarana air minum yang pada zaman itu disebut Water Laeding Bedriyf. Mereka mendirikan enam unit produksi air yaitu: unit produksi Parapat tahun 1925, Pardagangan tahun 1928, Serbelawan tahun 1930, Saribu Dolok tahun 1933, Panei Tongah tahun 1933, Tiga Balata tahun 1934. Tujuan Belanda mendirikan unit produksi air tesebut tidak lain untuk keperluan perkebunan, dan pertanian.

Dalam rangka untuk melayani kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, maka dibangun lagi beberapa unit produksi di kota kecamatan yang dipegang oleh Dinas Air Minum di antaranya: Unit Produksi Tanah Jawa tahun 1968, Unit Produksi Pematang Raya tahun 1970, Unit Produksi Haranggaol tahun 1971, Unit Produksi Tigaras tahun 1975, Unit Produksi Sindar Raya tahun 1977.24

Perusahaan-perusahaan air minum pertama kali didirikan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. BPAM (Badan Pengelola Air Minum) merupakan nama sebelum beralih menjadi PDAM (Perusahaan Air Minum). Pembangunan sarana air minum di kabupaten Simalungun telah dimulai sejak tahun 1970 berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Daerah tingkat II Simalungun No. 2.

24 Wawancara dengan Rohana Sinaga, tanggal 11 November 2010 di Kantor PDAM Tirta


(44)

Badan yang mengelola air minum pada saat itu berstatus “Dinas” yaitu Dinas Air Minum. Dana pembangunannya bersumber dari bantuan Daerah tingkat I Sumatera Utara karena Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Simalungun kondisinya pada saat itu memprihatinkan dan sumber air minum kurang memadai bagi kesehatan masyarakat.

Pengelolaan air minum yang dilakukan oleh dinas air minum merupakan proyek statement (usulan) milik pemerintah daerah. Sebagai pelaksana teknis dari proyek statement, diserahi tugasnya kepada Dinas Perusahaan Umum Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sesuai dengan jiwa PP 49/50 tahun 1952 dan PP 18 tahun 1953 pada dasarnya penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan adalah tugas pemerintah daerah. Namun mengingat besarnya masalah yang dihadapi dan investasi dana yang diperlukan masih jauh dari kemampuan pemerintah daerah, sehingga pemerintah pusat perlu membantu pemerintah daerah dengan mengambil prakarsa dalam penyediaan air bersih.25

Berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Daerah tingkat II Simalungun No. 12 tahun 1983 perusahaan air minum Kabupaten Simalungun berubah statusnya menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou Kabupaten Daerah tingkat II Simalungun yang berkantor pusat di Jalan Haji Adam Malik No. 2 Pematang Siantar, Sumatera Utara dengan luas lokasi 2 Ha.

Melihat bahwa investasi dana dan besarnya masalah yang dihadapi sehingga pengelolaan tersebut perlu penanganan dari pemerintah melalui bantuan dana yang

25 Wawancara dengan Abidin Sinaga, tanggal 11 November 2010 di kantor PDAM Tirta


(45)

diserahkan kepada pemerintah daerah. Namun pelaksanaan perubahan status perusahaan air minum ini baru terlaksana setelah tahun 1987 hal ini terjadi karena perlunya pembenahan dalam sistem dan struktur pedoman tata kerja yang dijalankan dengan perubahan status tersebut.

Sesuai dengan surat keputusan Bupati tingkat II Simalungun No.188-342/1940/HUK/1987 tanggal 13 Januari 1987 tentang PDAM Tirta Lihou Kabupaten dalam lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Daerah tingkat II Simalungun dan kemudian didukung dengan surat keputusan Bupati Tingkat II Simalungun No. 188.45/3276/PDAM-1987 tanggal 17 Maret 1987 tentang susunan organisasi dan pedoman tata kerja PDAM Tirta Lihou Kabupaten Dati II Simalungun, dengan tugas pokok yaitu menyelenggarakan pengelolaan air minum secara baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam aspek sosial kebutuhan akan air minum Pelaksanaan tugas pokok PDAM Tirta Lihou Kabupaten Daerah tingkat II Simalungun melakukan fungsi-fungsinya sebagai berikut:

1. Pelayanan umum dan jasa

2. Menyelenggarakan pemanfaatan sumber-sumber air minum 3. Peningkatan operasional sarana air minum


(46)

BAB III

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA LIHOU PERIODE 1987-2000

3.1. Kondisi Perusahaan

Sama seperti perusahaan yang lain yang baru didirikan, perlu dilakukan pembenahan sebelum akhirnya diresmikan dan beroperasi. Perusahaan air minum Tirta Lihou juga mengalami hal yang sama. Sebagai sebuah perusahaan yang baru berdiri, pengelolaannya juga masih memerlukan proses yang panjang dengan dukungan dari berbagai pihak, maka PDAM Tirta Lihou belum begitu mendapat perhatian dan respon dari masyarakat sekitar karena mereka belum begitu mengetahui dengan jelas tentang air minum. Sehingga pihak Dinas Air Minum berusaha untuk memperkenalkannya kepada masyarakat.

Hal itu direalisasikan dengan cara melakukan penyuluhan secara langsung kepada penduduk, tentang tujuan dan manfaat dari perusahaan air minum yang dikelola oleh dinas air minum tersebut. Dengan demikian masyarakat lebih mengerti dan kemudian mereka akan terbantu dalam mendapatkan air.

Di daerah Simalungun terdapat sungai yang dipergunakan sebagai sarana untuk irigasi persawahan, selain itu terdapat mata air yang dipakai untuk keperluan memasak terutama mereka yang hidup atau tinggal di pinggiran kota dan juga di desa. Dengan kondisi seperti itu membuat masyarakat kurang berminat akan kehadiran perusahaan air minum, sehingga menyulitkan bagi perusahaan air minum untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.


(47)

Dalam penyediaan air minum pihak PDAM Tirta Lihou menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum adalah aman, higienis dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para pemakai air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitasnya.

3.2. Prinsip Pelayanan Air Bersih PDAM

PDAM merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang masuk dalam kategori penyelenggara pelayanan yang bersifat profit (memperoleh keuntungan) dengan tugasnya memberikan pelayanan air bersih kepada warga masyarakat pada suatu daerah. Pelayanan umum yang bersifat profit misalnya pelayanan yang diselenggarakan oleh Telkom, PDAM, dan PLN.

PDAM Tirta Lihou adalah salah satu Badan Usaha Milik Daerah di Kabupaten Simalungun yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan hidup sehari-hari. Seperti yang dirasakan bahwa air bersih merupakan barang kebutuhan yang sangat dibutuhkan dalam aktivitas hidup sehari-hari, seperti untuk dikonsumsi, untuk mandi, cuci kakus (MCK) dan banyak lagi manfaat yang dapat dinikmati dari keberadaan air bersih.

Kebutuhan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga yang diimbangi dengan peningkatan jumlah kebutuhan air per kapita.


(48)

Peningkatan kebutuhan air tersebut jika tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas produksi air bersih menimbulkan masalah dimana air bersih yang tersedia tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada wilayah tersebut. Sebagaimana yang sering terjadi pada wilayah/kawasan yang sedang berkembang, hal ini pun terjadi di Kabupaten Simalungun.

PDAM mengalami asimetri antara penerimaan dan pengeluaran yang mengakibatkan kinerja keuangan PDAM menjadi buruk. Kondisi PDAM akibat penerimaan yang rendah yang disebabkan oleh tarif air yang tidak dapat disesuaikan, sehingga turut menyebabkan tingkat pelayanan yang rendah, konsumsi air yang rendah, dan kehilangan air yang tinggi akibat kurangnya pemeliharaan. Sedangkan pengeluaran PDAM tetap tinggi akibat dari tingginya biaya operasi, cicilan hutang pokok, inefisiensi manajemen, dan beban-beban keuangan lain dari pemerintah daerah.

Pada PDAM di tingkat kabupaten, beban yang sangat mengganggu kondisi keuangan PDAM adalah adanya tugas untuk pelayanan air bersih di ibukota kecamatan yang umumnya biaya operasinya tinggi namun pelanggannya sangat terbatas. Biaya operasi yang tinggi ini disebabkan oleh karena sistem yang digunakan adalah sistem perpompaan dengan kapasitas kurang dari 10 liter/detik.

3.3. Struktur dan Sistem pengelolaan PDAM Tirta Lihou

Dalam suatu perusahaan perlu adanya struktur dan sistem pengelolaan yang baik yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses berkembangnya ataupun merosotnya suatu perusahaan. Tanpa adanya pengelolaan ataupun kerjasama dari


(49)

karyawan perusahaan, maka perusahaan tidak akan bertahan. Kehadiran PDAM Tirta Lihou dapat dikatakan kepada bentuk perusahaan yang bertujuan untuk mengabdi kepada masyarakat. R.C. Davis dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Management (Bagian Perencanaan dan Organisasi)”.

Tujuan pengabdian sebagai nilai-nilai ekonomis yang harus diberikan langsung atau tidak langsung. Tujuan-tujuan pengabdian tersebut terbagi atas dua tujuan pengabdian dilapangan organisasi dan tujuan dilapangan operatif. Tujuan pengabdian dilapangan organisasi dirumuskannya sebagai nilai-nilai yang harus disumbangkan kepada umum oleh organisasi sebagai suatu kesatuan. Tujuan operatif dianggap pula sebagai tujuan pengabdian karena pelaksanaannya langsung mengakibatkan kelahiran nilai yang berguna untuk umum.26

Tujuan umum pembentukan suatu perusahaan adalah membuat dan menjual produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Besarnya keuntungan yang diharapkan perusahaan tergantung pada pelayanan perusahaan. Perkembangan Perusahaan Air Minum juga berpengaruh terhadap perkembangan sosial ekonomi masyarakatnya dan merupakan sebuah gambaran sejarah sosial ekonomi.

Kemajuan teknologi dan kepadatan penduduk mengakibatkan sumber-sumber air menjadi terkotori, tercemar. Tugas pengelola air minum adalah menyebarkan air minum yang dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat. Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga harus menarik rasa dan baunya. Dalam perencanaan/pelaksanaan fasilitas penyediaan air minum harus bebas dari kemungkinan pengotoran dan kontaminasi.

26 Drs. M. Manulang, Dasar-dasar Management (Bagian Perencanaan dan Organisasi),


(50)

3.2.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan bahagian yang tidak terpisahkan dan sangat penting bagi sebuah lembaga ataupun sebuah perusahaan, karena dengan struktur organisasi yang jelas maka akan mempengaruhi perkembangannya. Adapun sasaran pokok suatu organisasi perusaahan adalah mampu bertahan, dapat berkembang, dan menghasilkan laba. Begitu juga halnya dengan perusahaan air minum yang ada di Kabupaten Simalungun yang didirikan pada tahun 1970, dan kemudian berubah nama pada tahun 1987 menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Lihou Kabupaten Simalungun. Berpedoman kepada surat keputusan bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pekerjaan Umum tanggal 23 Januari 1994 nomor 5 tahun 1994/28 KPTS menetapkan tipe struktur organisasi perusahaan daerah air minum, yaitu:

1. Tipe A (di atas 3000 pelanggan) 2. Tipe B (1000-3000 Pelanggan) 3. Tipe C (0-1000 Pelanggan)

Surat keputusan bersama tersebut ditindaklanjuti dengan keputusan Bupati Kepala Daerah tingkat II Kabupaten Simalungun nomor 188.342-408/1998 yang merupakan struktur organisasi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Lihou Kabupaten Simalungun. Struktur organisasi tersebut diambil berdasarkan surat keputusan Bupati Kepala Daerah nomor 188.45/3276/PDAM/1987 tanggal 17 Maret 1987. Adapun struktur organisasi PDAM Tirta Lihou, dapat dilihat di bahagian lampiran 1.


(51)

Semua direksi tidak dapat bekerja dengan maksimal tanpa adanya kerjasama yang baik dengan para karyawan. Adapun jumlah karyawan di perusahaan air minum Tirta Lihou setiap tahun mengalami peningkatan, hal ini karena semakin berkembangnya perusahaan tersebut. Untuk melayani para pelanggan diperlukan tenaga kerja yang sebanding, seperti pada tahun 1988 karyawannya berjumlah 144 orang, dan pada tahun 1999 jumlah karyawan meningkat menjadi 356 orang yang berarti mengalami peningkatan 212 orang. Pada tahun 1998 berjumlah 384 orang dan kemudian tahun 1999 berjumlah 356 orang. Latar belakang pendidikan para karyawan tersebut banyak berasal dari berbagai golongan atau tingkat pendidikan baik dari SMP sampai kepada sarjana. Selain itu ada juga dari mereka yang berasal dari pegawai negeri, pegawai perusahaan, maupun pegawai pemda tingkat II. Tingkat pendidikan para karyawan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3. Tingkat Pendidikan Karyawan

No Pendidikan 1988 1989 1998 1999

1 SMP 38 42 25 20

2 SMA 84 98 195 187

3 Sarjana 12 14 58 65

Sumber: PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun.

PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun merupakan Badan Usaha Daerah Tingkat II Simalungun yang dipimpin oleh seorang Direktur dan bertanggung jawab


(52)

kepada Bupati dan Badan Pengawas. Berdasarkan struktur organisasi PDAM Tirta Lihou dan pelaksanaan peraturan daerah bahwa semua unit mempunyai kantor kesatuan di Ibukota Kecamatan dan Kantor Besar di Ibukota Kabupaten.

3.2.2. Keuangan dan Administrasi

Pengelolaan keuangan yang transparan dengan dibuktikan dalam laporan keuangan membuat sebuah perusahaan tetap bertahan. Pengelolaan proyek air minum dilakukan oleh Dinas Air Minum, yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati Simalungun. Kebijaksanaan yang menyangkut masalah keuangan dinas dilakukan oleh Bupati sendiri dengan menugaskan bendaharawan Pemda.

Masalah yang menyangkut dengan bidang keuangan dan administrasi mencakup masalah anggaran dinas air minum, penerimaan, pengeluaran, posisi keuangan dan nilai usaha, sistem tarif, dan tunggakan. Adapun laporan keuangan dan administrasi yang ada di perusahaan air minum Tirta Lihou berdasarkan laporan tahunan pada awal tahun peralihan tersebut yaitu:


(53)

Tabel 4. Perhitungan Rugi/Laba Selama Periode 1988-2000.

Tahun anggaran

Uraian Pendapatan (Rp)

Biaya R/L

1988 Perhitungan R/L

248.271.986 226.987.377 21.284.609 1989 Sda 302.188.850 378.207.490 (75.928.640) 1990 Sda 334.920.589 417.239.308 (82.318.719) 1991 Sda 461.706.2260 525.614.501 (63.908.241) 1992 Sda 524.464.902 604.009.833 (79.544.931) 1993 Sda 654.823.447 631.955.400 (22.868.047) 1994 Sda 653.035.333 759.290.411 (106.255.078) 1995 Sda 714.146.793 856.361.409 (142.214.616) 1996 Sda 1.535.898.906 2.567.299.333 (1.031.400.427) 1997 Sda 1.742.406.349 2.082.879.116 (785.015.049) 1998 Sda 1.841.696.367 2.736.379.995 (1.659.967.128) 1999 Sda 2.612.062.085 3.446.707.217 (1.633.455.594) 2000 Sda 3.060.872.260 2.226.569.561 (1.062.883.306)

Sumber: Laporan Keuangan PDAM Tirta Lihou tahun 1988-2000.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa PDAM hanya sekali memperoleh keuntungan yaitu di tahun 1988. Hal tersebut dikarenakan perusahaan baru beroperasi dan masih dalam tahap pembenahan/pembangunan. Pada tahun 1989 PDAM mengalami kerugian dikarenakan banyak hal, seperti kebocoran pipa, manejemen perusahaan yang belum efektif dan efisien, banyak konsumen atau pemakai air yang


(54)

menunggak bayar rekening air, sehingga membuat pegawai perusahaan kewalahan dalam menghadapi permasalahan. Sejak tahun 1989-2000 PDAM terus mengalami kerugian hingga membuat perusahaan mengambil jalan tengah yaitu dengan mencari pinjaman ke Bank ataupun kebijakan dari pemerintah daerah agar perusahaan tetap bertahan demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih di Kabupaten Simalungun.

Sejak tahun 1994 PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun memiliki pinjaman yang digunakan untuk pengembangan usaha perusahaan, namun dalam perjalannya hingga tahun 2000 PDAM belum mampu untuk memenuhi seluruh kewajiban pembayaran pinjaman yang telah jatuh tempo. Pada saat itu PDAM Tirta Lihou dipimpin oleh Ir. Boundeth Damanik yang merupakan pemimpin Direksi ke II masa jabatan 1991-1995.

Sumber penerimaan Perusahaan Air Minum Tirta Lihou berasal dari penjualan air minum kepada pelangganan yaitu tarif penjualan air yang diterapkan oleh pemerintah daerah, ongkos pemasangan/penyambungan langganan baru, perawatan meteran, sewa meter, denda. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya operasi yang mencakup instalasi sumber, instalasi transmisi/distribusi, instalasi pengolahan, instalasi pompa, biaya rupa-rupa dan biaya penyusutan. Biaya umum yang mencakup biaya langganan, biaya umum dan administrasi, biaya lain-lain/biaya tak terduga.

Walaupun demikian untuk mendukung operasional perusahaan maka ditopang melalui peningkatan administratif perusahaan yang profesional, sehingga pada tahun 1987 dibangun gedung sebagai sarana/pusat kegiatan administratif perusahaan air


(55)

minum yang mana sebelum berdirinya perusahaan ini kantor dinas air minum berada di Jalan Haji Adam Malik no 2. Pada tahun 2001 kemudian menetap di Jalan Sinaksak Km.10 Pematangsiantar dan kemudian menjadi perusahaan yang mandiri melalui pembinaan personalia yang sebelumnya keuangan dan administratif perusahaan dipegang oleh tenaga-tenaga dari kantor bupati.

3.2.3. Kerja Sama dengan Pihak Luar

Langkah-langkah yang ditempuh PDAM Tirta Lihou dalam usaha pengembangan administratif keuangan, peningkatan sarana dan prasarana, pada dasarnya adalah untuk mempercepat proses pembangunan perusahaan khususnya dan untuk masyarakat Kabupaten Simalungun pada umumnya.

Mengingat besarnya masalah yang dijumpai dan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk pengembangan suatu perusahaan air minum di tingkat daerah, maka salah satu langkah yang diambil adalah melalui kerja sama dengan masyarakat dalam bentuk partisipasi. Dalam rangka mencapai usaha-usaha perkembangan perusahaan air minum di masa yang akan datang, tidak hanya mengandalkan sumber daya alam saja tetapi juga sumber daya manusia/masyarakatnya juga harus dimobilisasikan guna memudahkan proses ini.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini dilakukan lewat lembaga dan organisasi kemasyarakatan seperti LKMD/PKK, lembaga swadaya masyarakat, pramuka, dan lain-lain. Program-program pembangunan dalam banyak sektor telah membuktikan bahwa keterlibatan masyarakat sebagai konsumen.


(56)

Arti pentingnya kerja sama antara pihak PDAM Tirta Lihou dengan masyarakat Kabupaten Simalungun adalah dengan keikutsertaan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, maka lebih banyak pembangunan yang dapat diselesaikan; keikutsertaan peran serta masyarakat dalam pengurusan dan pemeliharaan, maka pelayanan menjadi lebih mudah dan penggunaan dana menjadi lebih hemat; keikutsertaan masyarakat dalam pendidikan dan latihan, maka perbaikan kerusakan dan penyelesaian masalah akan dapat diatasi dengan cepat; memperbesar tanggung jawab masyarakat; kepentingan dan kebutuhan masyarakat mendapat jaminan untuk diperhatikan; pengabdian dan pengalaman masyarakat mendapat perhatian dan mendapatkan tempat dalam pembangunan.

Adapun bentuk peran serta masyarakat Kabupaten Simalungun dalam usaha-usaha pengembangan air minum yang dilakukan selama ini antara lain turut serta mengendalikan kelestarian lingkungan, perlindungan terhadap sumber air (tidak melakukan penebangan pohon, pembuangan sampah ke arah sumber air), tidak melakukan pengembangan pemukiman perladangan ke arah daerah peresapan sumber air, menyadari penggunaan air seefisien mungkin, ikut aktif berperan dalam proses pembangunan, memikul jasa pelayanan, melaksanakan tata cara perizinan.

Dalam usaha pengembangan perusahaan air minum di Kabupaten Simalungun, langkah selanjutnya adalah dengan cara melakukan kerja sama dengan instansi atau lembaga Departemen atau Non Departemen, seperti:

1. Instansi Inti:

- Departemen Dalam Negeri - Departemen Kesehatan


(57)

- Departemen Pekerjaan Umum. 2. Kelembagaan:

- Organisasi Lokal LKMD/PKK - Organisasi Pendidikan/keagamaan - Pramuka

- Lembaga Swadaya Masyarakat.

3. Perusahaan/swasta Dalam Negeri (Nasional/Lokal): - Usaha-usaha Produksi

- Usaha-usaha distribusi sarana material pembangunan per-air minuman.

3.2.4. Aktivitas Usaha PDAM Tirta Lihou

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Lihou Kabupaten Simalungun mempunyai aktivitas usaha menjual air bersih atau air minum kepada masyarakat atau konsumen yang ada di Kabupaten Simalungun. Seluruh kebutuhan air bersih di Kabupaten Simalungun merupakan produk air bersih dari pengolahan PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun. Jumlah konsumen yang membutuhkan air bersih di Simalungun ini selalu bertambah setiap tahunnya.

Adapun tujuan lapangan usaha ini yaitu sesuai dengan pasal 6 yang berbunyi: 1. Turut serta melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam:

a. Pembangunan ekonomi dan pembangunan daerah pada umumnya b. Penyediaan air minum bagi seluruh masyarakat secara adil dan merata


(58)

2. Meningkatkan pendapatan pemerintah daerah

Lapangan usaha perusahaan ini adalah membangun, memelihara, mengoperasikan, mengembangkan dan mengawasi sarana penyediaan air minum secara merata dan efisien.

1. Sumber Air

Ruang lingkup operasional PDAM Tirta Lihou meliputi Kabupaten Simalungun yang terdiri atas 30 kecamatan. Akan tetapi keterbatasan dana yang belum memadai, maka masih ada beberapa kecamatan, desa, maupun kelurahan yang belum mendapatkan sarana dan prasarana air bersih. Sampai tahun 2000, PDAM Tirta Lihou sudah mampu melayani masyarakat dengan dibangunnya 29 unit produksi yang tersebar di beberapa kecamatan. Beberapa unit yang tersebar di berbagai kecamatan yaitu Unit Sinaksak, Kerasaan, Balimbingan, Tanah Jawa, Jawa Tongah, Totap Mojawa, Perdagangan, Marihat Bandar, Tiga Balata, Bangun, Karang Sari, Sidamanik, Serbelawan, Negeri Dolok, Pematang Raya, Raja Maligas, Tiga Dolok, Huta Bayu, Saran Padang, Panei Tongah, Jangger Leto, Raya Bayu, Seribu Dolok, Haranggaol, Siborna, Bah Gadu, Tiga Runggu, Sindar Raya, Sibuntuon, Merek Raya, Marihat Dolok, dan Seribu Jawa.

Pelayanan ditingkat kecamatan dilaksanakan oleh unit Ibukota kecamatan. Pembangunan unit-unit pelayanan air minum di Ibukota kecamatan akan membuka kesempatan bagi penduduk untuk dapat memperoleh kemudahan dalam mendapatkan air bersih bagi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sedangkan bagi pihak perusahaan sendiri dapat mengambil keuntungan dari jumlah/pemakaian air oleh penduduk maka


(59)

secara otomatis semakin besar pulalah pendapatan yang diterima olah perusahaan. Atau dengan kata lain keberhasilan suatu perusahaan ditentukan dari besarnya konsumsi pemakai dari hasil yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.

Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di Simalungun, PDAM berupaya memberikan sarana air bersih yang kebanyakan berasal dari mata air, dan hanya beberapa saja yang masih menggunakan sumur bor. Jenis sistem yang digunakan oleh perusahaan ini adalah gravitasi dan pompanisasi.

Distribusi air minum dilakukan dengan beberapa cara, tergantung kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan konsumen. Distribusi secara gravitasi dan pemompaan digunakan untuk menyuplai air ke konsumen dengan tekanan yang mencukupi.

Sumber air yang disalurkan kepada masyarakat atau konsumen berasal dari dua sumber, yaitu:

a. Sumber air dari gravitasi

Sumber ini adalah sumber yang berasal dari air yang mengalir karena adanya daya tarik bumi. Cara ini dianggap cukup ekonomis, karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi. Sumber air gravitasi per 31 Desember 2000 berjumlah 15 unit yang terletak di berbagai kecamatan-kecamatan yang ada di Simalungun.

b. Sumber air melalui pompanisasi

Sumber air ini adalah sumber air yang berasal dari mata air atau umbul yang dialirkan dengan menggunakan pompa dengan memakai tenaga listrik. Cara ini digunakan jika daerah pelayanan merupakan daerah yang


(1)

Dengan dibangunnya PDAM tersebut, maka semakin bertambah unit-unit produksi dan bertambahnya pelanggan setiap tahun yang tersebar di beberapa wilayah di Simalungun dengan tujuan agar masyarakat dengan mudah memperoleh air bersih. Selain dibangunnya unit-unit produksi di beberapa wilayah, PDAM juga membangun kerja sama dengan pihak instansi pemerintah guna pengembangan perusahaan dan mengimbangi tuntutan masyarakat akan kebutuhan air bersih. PDAM tidak bisa berkembang tanpa adanya permasalahan yang dapat menopang perusahaan kea arah yang lebih baik.

Ketiga, dampak yang ditimbulkan dari PDAM tersebut sangat terasa bagi terbukanya usaha-usaha rumah makan, penginapan, penyediaan air untuk perkantoran, untuk rumah-rumah ibadah, dan sekolah-sekolah. Masyarakat memanfaatkan air bersih untuk usaha rumahan seperti kedai kopi, rumah makan, pabrik tahu dan tempe, dan lain-lain. Pendapatan daerah juga berasal dari PDAM, yang ternyata membebani pendapatan dan belanja daearah. Pendapatan tidak seimbang dengan pengeluaran. Dimana pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, sehingga pihak PDAM melakukan upaya untuk mengembangkan usahanya dengan berbagai cara.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007.

Barnes, M. C., dkk., Organisasi Perusahaan: Teori dan Praktek, (terj. Bambang Kussriyanto), Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1988.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI-Press, 1971.

Joenarto, Pemerintahan Lokal, Jilid I, Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, 1967.

Joko Tri, Sistem Penyediaan Air Minum, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

Kodoatie, Robert J., dkk, Pengelolahan Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah, Yogyakarta: Andi, 2002.

Sinaga Maknur., (ed), Sejarah Perkembangan Pemerintahan Dalam Negeri

Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, Pematangsiantar, 2000.

Manulang, M., Dasar-dasar Management (Bagian Perencanaan dan Organisasi), Medan: Penerbit B. A. P. P. I. T. Cabang Sumatera Utara, 1962.

Sumarni, Murti dan John Soeprihanto, Pengantar Bisnis (Dasar-dasar Ekonomi

Perusahaan), Yogyakarta: Liberty, 1995.

T.B.A. Purba Tamba, Sejarah Daerah Simalungun. Pematangsiantar: T.B.A. Purba Tamba, 1982.

The Liang Gie, Pertumbuhan Pemerintah Daerah di Negara Republik Indonesia,

Jilid II, Jakarta: Gunung Agung, 1968.

Vila, Rafael Candel dan S. Gopinathan, Air dan Kehidupan, (terj. Soetjokro), Jakarta: Balai Pustaka, 1995.


(3)

Sumber Lain :

- Damanik, Noviyanti, Perkembangan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tirta Bulian (1977-1990), Skripsi S-1, Medan: Universitas Sumatera Utara,

2005.

- Siallagan, Linda, Peranan Manajemen dalam Meningkakan Kinerja Pegawai

PDAM Tirta Lihou Kabupaten Simalungun, Skripsi S-1, Pematangsiantar:

Universitas Simalungun, 2008.

- Pemerintah Kabupaten Simalungun, Corporate Plan Perusahaan Daerah Air


(4)

Lampiran 1

GAMBAR 1

STRUKTUR ORGANISASI PDAM TIRTA LIHOU KABUPATEN SIMALUNGUN

BUPATI

DIREKTUR UTAMA

BADAN PENGAWAS

DIREKTUR UMUM DIREKTUR TEKNIK

KABAG HUBUNGAN LANGGANA N KABAG KEUANGA N KABAG UMUM KASUB BAG RE KENING KASUB BAG PEMBACA METER KASUB BAG KAS KASUB BAG PEMBU KUAN KASUB BAG PENAGIH KEPALA SATPAM KASUB BAG TU /

PERSO NALIA KASUB BAG PENGA DAAN KABAG PERENCANAAN KASUB BAG KONS- TRUKSI KASUB BAG SURVEY/ PENGUKURAN KABAG PERALATAN TEKNIK KASUB BAG METER/ SEGEL KASUB BAG BENGKEL UMUM KABAG PRODUKSI KASUB BAG LABORA TORIUM KASUB BAG PENGO LAHAN KABAG TRANS/ DISTR KASUB BAG PERA WATAN KASUB BAG PENYAM BUNGAN KEP. SATUAN PENGAWAS INTERN (SPI) PENGA WAS BID

UMUM

PENGA WAS BID.


(5)

Lampiran 2

Badan Pengawas

1. Ketua : Bupati tingkat II Simalungun

2. Ketua pengganti : Sekretaris Wilayah Daerah tingkat II Simalungun 3. Sekretaris : Kepala Bagian Perekonomian Setwilda tingkat II

Simalungun

4. Anggota : Kepala Bagian Pemerintahan Umum Setwilda tingkat II Simalungun

5. Anggota : Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Daerah tingkat II Simalungun

6. Anggota : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah tingkat II Simalungun

Direksi

1. Direksi Utama : Sahiben Saragih, S.H 2. Direktur Bidang Umum : Drs. Saridin Siboro 3. Direktur Bidang Tehnik : Tamsyah Saragih

Bagian

1. Kepala Bagian Keuangan 2. Kepala Bagian Umum

3. Kepala Bagian Hubungan Langganan 4. Kepala Bagian Produksi

5. Kepala Bagian Transmisi/Distribusi 6. Kepala Bagian Perencana Tekhnik 7. Kepala Bagian Peralatan Tekhnik


(6)